Mohon tunggu...
Daryani El Tersanaei
Daryani El Tersanaei Mohon Tunggu... Dosen - Pencinta Ilmu dan Kebijaksanaan

Direktur Eksekutif Parameter Nusantara (PARA). Pengajar di FISIP IISIP Jakarta dan beberapa PTS lain di Ibu Kota. Mantan Ketua Umum ISKC (Ikatan Santri Se-eks Karesidenan Cirebon) Pon.Pest. Bahrul 'Ulum Tambakberas, Jombang periode 1994-1995, Ketua Presidium SOMASI (Solidaritas Mahasiswa Seluruh Indramayu) periode 1999-2000, Ketua Umum FKPM/KPM (Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa/Keluarga Pelajar dan Mahasiswa) Jawa Barat-D.I. Yogyakarta periode 2000-2002. Ketua PC ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul 'Ulama) Kabupaten Indramayu masa khidmat 2013-2017.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi Pemenangan Partai Dalam Kontestasi Pemilu 2014

12 Mei 2013   10:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:42 9290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila tak ada aral melintang, hajatan Pemilu Legislatif akan digelar pada 9 April 2014, tahun depan. Sebanyak 15 partai peserta Pemilu yang terdiri dari 12 partai nasional dan 3 partai lokal (Aceh) akan bertarung memperebutkan kursi legislatif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat (nasional). 12 Partai nasional dimaksud yaitu: (1) Partai NasDem; (2) PKB; (3) PKS; (4) PDI Perjuangan; (5) Partai Golkar; (6) Partai Gerindra; (7) Partai Demokrat; (8) PAN; (9) PPP; (10) Partai Hanura; (14) PBB; dan (15) PKP Indonesia. Sementara 3 partai lokal Aceh (dan nomor urutnya) yang akan bertarung yaitu Partai Damai Aceh (11); Partai Nasional Aceh (12); dan Partai Aceh (13). Pertarungan itu juga melibatkan 6.576 Caleg DPR RI, ribuan Caleg DPD RI, dan puluhan ribu Caleg DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Bagi partai nasional, kontestasi Pemilu 2014 dipastikan lebih berat ketimbang kontestasi Pemilu 2009 lalu. Sebab, PT (parliamentary threshold) atau ambang batas perolehan suara partai secara nasional untuk bisa menempatkan wakilnya di parlemen (DPR RI) pada Pemilu 2014 lebih tinggi, yakni 3,5 %. Sementara PT dalam Pemilu 2009 hanya 2,5 % suara. Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan partai juga dipastikan akan semakin besar.

Dalam kontestasi Pemilu, tidak ada satu pun partai yang ingin kalah. Semuanya bermaksud meraih kemenangan. Minimal, target lolos PT 3,5 % tercapai. Contohnya, target PKP Indonesia. Sebuah target minimal yang terlihat mudah diraih seandainya suara pemilih terbagi rata ke dalam 12 partai peserta Pemilu. Akan diperoleh rata-rata 8,33 % suara. Namun, hal itu merupakan sesuatu yang hampir mustahil. Persebaran suara pemilh ke partai selalu merata. Itu terjadi mulai dari Pemilu pertama 1955 di era orde lama, 6 kali Pemilu orde baru, sampai Pemilu 2009 atau pemilu ketiga di era reformasi ini.

Untuk bisa menang dalam pertarungan, partai mutlak membutuhkan strategi pemenangan yang tepat. Pada titik inilah, ada kesamaan antara kontestasi Pemilu dan perang dalam militer. Perang membutuhkan strategi. Tidak ada kemenangan yang lahir tanpa strategi. Menang dan kalahnya sebuah peperangan sangat bergantung pada tepat atau tidaknya strategi yang digunakan. Begitu pun kontestasi Pemilu.

Secara etimologis, strategi berasal dari kata Yunani strategia, yang diartikan art and science of directing military forces, seni atau ilmu tentang mengatur dan mengarahkan kekuatan militer. Dengan kata lain, strategia atau strategos berarti seni menjadi seorang jenderal atau panglima perang. Dalam konteks di atas, strategi dimaknai sebagai cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan. Jadi, partai yang ingin menang atau hanya sekedar lolos PT 3,5 % membutuhkan strategi untuk mencapainya. Di dalam strategi, tercakup taktik dan logistik.

Antara Perang dan Pemilu

Di dunia militer, ada adagium, "kenali dirimu sendiri, kenali musuhmu  maka seribu kali perang engkau akan menang". Oleh karena itu, dalam strategi perang seorang panglima perang harus mengenal kekuatan pasukannya dan kekuatan pasukan musuh, untuk menyusun strategi dan taktik pertempuran yang akan digunakan. Untuk bisa memilih strategi dan taktik yang tepat, seorang panglima perang harus mengenal betul kondisi CUMEMU (istilah dunia militer yakni Cuaca, Medan dan Musuh). Ini penting mengingat CUMEMU sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pertempuran.

Pada dasarnya, strategi dalam memenangi kontestasi Pemilu memiliki kemiripan dengan strategi perang. Tentu, ada pula yang membedakannya. Pembeda yang sangat kentara terletak pada target yang disasar untuk mencapai kemenangan. Dalam perang, target yang disasar adalah melemahkan dan merusak atau menghancurkan pasukan musuh baik fisik maupun moral (baca: mental), dan segala logistik perang serta hal pendukung lainnya sehingga pasukan musuh menyerah atau binasa. Dengan itu, kemenangan diraih. Sementara dalam kontestasi Pemilu, target yang disasar partai adalah simpati pemilih agar ia menjatuhkan pilihannya dalam Pemilu pada partai bersangkutan. Partai yang paling banyak dipilih oleh pemilih akan keluar sebagai pemenang. Jadi, pasukan menang dalam perang kalau musuh menyerah, sementara partai memenangi kontestasi pemilu kalau mendapatkan suara pemilih terbanyak.

Namun demikian, perbedaan tersebut tak menghalangi untuk mengadopsi dan memodifikasi strategi perang menjadi strategi pemenangan partai dalam Pemilu. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menerjemahkan istilah CUMEMU untuk kepentingan strategi pemenangan partai. Cuaca dapat diterjemahkan sebagai timing dan momentum, preferensi pemilih, budaya politik, perilaku pemilih, dan regulasi pemilu. Medan bisa diterjemahkan sebagai pemilih dan lingkungannya. Sementara musuh adalah partai kompetitor dan segala aspek pendukungnya. Terjemahan target yang disasar adalah menguasai medan atau pemilih dan lingkungannya.

Strategi pemenangan yang tepat hanya bisa dihasilkan tatkala interpretasi CUMEMU di atas dapat diidentifikasi dengan tuntas dan jelas, dan dijadikannya sebagai salah satu input pembuatan strategi. Input lainnya adalah pengetahuan mengenai kondisi eksisting partai dan kapasitas yang dimilikinya. Misalnya, struktur kepengurusan partai dan dana yang dimilikinya, serta para calegnya. Dalam konteksnya ini, caleg diibaratkan sebagai senjata utama yang berfungsi sebagai vote getter.

Dengan kedua input di atas, maka strategi pemenangan yang tepat dapat dibuat. Baru kemudian merumuskan taktik untuk tiap-tiap strategi yang dipilih, dan menyiapkan logistiknya. Kemenangan bisa diraih bila strategi dan taktik tersebut dapat diimplementasikan atau dieksekusi secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun