Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Partai Allah, yang Mana Yah?

15 April 2018   05:45 Diperbarui: 15 April 2018   08:29 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Geger isue baru terkait dengan jenis partai,  partai Tuhan dan Partai Syaitan yang disampaikan oleh Bapak Reformasi Indonesia, mantan Ketua Dewan Pakar ICMI  pada saat era ketua umumnya BJ Habibie, kontan saja membuat telinga mereka yang kurang familier dengan term Al Qur'an tentang partai (Al hizb). 

Padahal hal itu Terdapat lima kali sebutan  Hizb  (dalam bentuk tunggal)  dan Ahzab yang diidhofatkan (menjadi kata majemuk). Dua kali disandingkan  denga kata  Setan, Hizbusy-Syaithan yakni dalam surat Al-Mujadilah : 19. Sedangkan tiga sebutan lainnya disandingkan  dengan kata Allah, yakni Hizbullah  yakni  yang terdapat pada surat Al-Maidah : 56 dan surat Al-Mujadilah ayat 22.

Bagi penulis sendiri, "lontaran" Pak Amin sebenarnya hal yang wajar, bahkan  mengingatkan pada kuliah tafsir Al Quran, FII Dzilalil Qur'an (Sayid Qutub) yang beliau ajarkan kepada para santri Pondok Pesantren Budi Mulia (pondok pesantren mahasiswa) Tafsir FII Dzilalil ini salah satu tafsir yang diberikan kepada kami selain tafsir Jalalain , Ibnu Katsir, Al Maroghi diasuh oleh KH Abdurrahim (IAIN Sunan Kali Jaga) dan tafsir kauniah oleh KH Syahrul Alim Al Hafidz, yang juga seorang scientist. 

Selanjutnya perlu penulis sampaikan disini bahwa dalam Al-Qur'an kata Hizb terdapat tujuh kali dalam bentuk tunggal hizb yakni dalam surat Al-Maidah : 56, Al-Mukminun : 53, Ar-Rum : 32 dan Al-Mujadilah : 19 (dua kali) dan 21 (dua kali). Sepuluh kali dalam bentuk jamak; Ahzab  yakni surat Hud : 17, Ar-Ro'du : 36, Mayam : 37, Al-Ahzab : 20 (dua kali) dan 22, Shad : 11 dan 12, Ghafir : 30 dan Az-Zukhruf : 65.

Perlu kita perhatikan dari sepuluh kali sebutan kata Ahzab  partai-partai semua konotasinya negatif. Dalam surat Hud : 17, kata al ahzab  berarti al-milal (agama-agama/aliran-aliran sesat). Sementara itu dalam surat Ar-Ro'du : 36 berarti thawa-if (kelompok-kelompok pembangkang). Sedang dalam surat Al-Ahzab : 20 dan 22 berarti pasukan kafir multi nasional yang hendak menyerang Rasulullah dan kaum Muslimin di Madinah. Selanjutnya dalam surat Shad : 11, berarti para pemilik kekuatan, harta dan anak / pengikut yang banyak yang membangkang kepada Allah. Dan kemudian dalam surat Az-Zukhruf : 65 , al Ahzab berarti kelompok-kelompok sempalan atau separatis.

Lebih jauh dari hal itu bila dicermati secara mendalam ialah kata Hizb  dalam bentuk singular  dalam Al-Qur'an. Sebagaimana yang dijelaskan terdapat tujuh kali sebutan Hizb  (dalam bentuk tunggal). Dari ketujuh kali sebutan tersebut terdapat dua kali dalam bentuk nakirah (umum/tidak definitif), yakni dalam surat Al-Mukminun : 53 dan Ar-Rum : 32. Keduanya berkonotasi negatif, yakni memecah belah agama menjadi beberapa pecahan seperti beriman sebagain dan kafir pada sebagian lainnya. Uraian tentang HIzb, kelompok, partai ini bagi penulis menunjukan bahwa al Quran memang juga konsenern terhadap dinamikan sosial politik di dalamnya.

Kaum muslimin sudah barang tentu sangat meyakini bahwa hanya partai Allah lah yang akan mendapat kemenangan sejati, sebagaimana dinyatakan dalam QS Al Maidah ayat 56, dengan ciri husus bahwa Hizbullah, kelompok Allah, partai Allah, mengambil Allah, Rasul dan orang orang yang beriman sebagai penyokong kekuatannya, daan sudah seharusnya dalam membangun konstruksi partai harus berpegang pada idealisme Hizbullah, harus membangun partai idealis.

Hizbullah ini memiliki komitmen dalam menegakkan agama Allah, yang diwujudkan dengan mewujudkan nilai nilai kebaikan, kasih atau rahmatan lil Al-Amin. Ikatan yang digunakan untuk menjaga kesatuan gerak adalah ikatan takwa, sebab hanya ikatan taqwa lah yang akan terus terjaga dan tidak akan menjelma sebagai musuh satu dengan lain karena berbagai faktor non takwa, yakni berbagai tindakan yang menyalahi prinsip prinsip taqwa itu sendiri.

Berbagai tindakan keji seperti korupsi, manipulasi, fitnah, memecah belah, memandang remeh orang lain, mendzalimi dengan mengingkari hasil kerja orang lain, bahkan dengan umpatan dan kata kotor, jelas hal itu semua adalah tindakan yang melanggar nilai nilai takwa. Sayangnya, sebagaimana kita saksikan bersama, hal itu dilakukan oleh partai partai yang mengklaim dirinya partai Islam. Dengan melihat realitas yang ada, penulis melihat saat ini, tidak ada atau belum ada partai Allah (Hizbullah).

Yang ada hanyalah klaim klaim belaka, "sok menjadi partai Allah" namun realitasnya penuh kebobrokan, penuh ambisi pribadi yang tidak lebih didorong oleh paradigma hubuddunya. Apa yang disebut sebagai kualisi partai partai (Al ahzab) tidak lebih dari persekongkolan untuk merebut hak pengelolaan dan meraup keuntungan sebenarnya benarnya. bukanlah dalam kualisi ideologis, yakni ta'awun alal birri wattaqwa.

Jika kita amati fenomena partai di Indonesia saat ini , dari luar nampak bersatu namun realitas hatinya berseteru (wa qulubuhum Satta) sangat sering terjadi hal itu dapat kita kita amati dsengan munculnya berbagai perselisihan, pertentangan, pereutan, bahkan saling menjatuhkan diantara para kader bahkan elit partai. Pendek kata, Apa yang Pak Amin kritikkan kepada Orde Baru, yakni KKN, korupsi,kolusi dan nepotisme saat ini semarak mewarnai partaipartai di Indonesia. Mana Partai Allah ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun