Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Film Penghianatan G 30 S/PKI Membangun Dendam Kolektif

17 September 2017   07:51 Diperbarui: 17 September 2017   08:30 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang ahir bulan September 2017 ini berbagai pihak mencoba untuk membangkitkan memori kolektif bangsa akan kekejaman PKI melalui pemutaran Kembali Film Penghianatan G 30 S/PKI, yang pada zaman ORBA menjadi tontonan wajib tiap menyambut tanggal 1 Oktober, yang lebih populer diperingati sebagai Hari Kesaktian Panca Slla. Penulis teringatan di tahun 1988, saat penulis KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa Tawang Sari Kecamatan Tretep, Temangung Jawa Tengah, ramai-ramai bersama masyarakat setempat Nobar film tersebut melalui TV yang "semutan" dan layarnya makin menyempin. Yang penulis pahami, penayangan film itu sebagai upaya kewaspadaan terhadap ancaman Indeologi panca sila oleh paham komunis. Tentu ssja berbagai upaya untuk mempertahankan ideologi bangsa sangat penulis hargai.

Namun, berbicara tentang ancaman Panca Sila oleh Ideologi lain, tentu tidak hanya mewaspadai PKI.  Selain komunisme, ada ideologi lain yang harus diwaspadai pula, yakni kapitalisme/neoliberlisme. Jika PKI dengan idiologi komunismenya, maka sesungguhnya  ORBA sangat kental dengan ideologi  kapitalismenya, keduanya sama sama mengancam Panca Sila, dengan demikian memilih medi pembelajaran untuk bangsa melalui film pun harus diseleksi, jangan sampaia memutar film yang mengganyang satu ideologi pengancam Panca sila, pada saat yang sama kita mengagungkan pengusung Ideologi lain.

Pada ahir  tahun 80 an, sebagian keedzaliman dan kekejaman ORBA pernah dipentaskan  lakon dengan mengambil setting diantaranya "kasus kedung Ombo" (Jateng) oleh theater Shalahuddin di Gelanggang Magasisw UGM Yogyakarta dengan judul "Dajjal".  Satire Ironisme  kekejaman dan kedzaliman ORBA dalam Dajjal, selain terdapat pada dialog dua Cinde, juga melalui pengadegan dimana  rakyat yang dijadkan kuda tunggangan dengan jeratan tali tali besar, sementara tokoh ORBA yang dikenal sangan ABS menikmati dan bercengkerama  menaikinya sebagai kendaraan,  sungguh, mampu menggambarkan ironisme dan pengjhanatan ORBA. Dajjal  yang kemudisn dipentaskan di kota kota lain, sangat  mampu membangkitkan rakyat, hususnya mahasiswa bahwa ORBA menang kejam, dan membangkitkannya untuk melawan. 

Paradigma berpesta saat berkuasa, selalu menggiurkan kader ORBA untuk tampil ke muka dengan menghalalkan sgl cara. Penghianatan Orde Baru selaian pembantaian umat dan petrus, juga tergadainya NKRI, Lost Generation ahibat korupsi, bahkan kekejaman itu sampai ada di sel-sel aktivis (terutama aktifis Islam) yang secara tidak adil ditangkap semena-mena.

Cerita penyiksaan di penjardoxsen dari dosen UGM yang ditangkap ORBA sungguh memilukan, sehingga kami (penulis dan kawan-kawan) bergerak mengumpulkan obat-obatan dari dokter muslim Yogyakarta karena para tahanan dibiarkan sakit tanpa diobati dan diharuskan melakukan aktivitas fisik yang tidak sanggup dilakuannya, juga penyiksaan yang mirip "pesta Bunga" di film Penghianatan G 30 S/PKI, seperti, pencabutan paksa kuku-kuku, bulu mata maupun bagian tubuh lain dalam rangka mendapatan pengakuan para aktivis bukanlah hal yang susah untuk didapatkan.

Dari fakta yang ada, sesungguhnya Penghianatan Orde Baru tidak kalah sadisnya dengan Penghianatan G30S/PKI, kedua penghianatan itu tentu saja tidak diinginkan oleh kita semua untuk berulang. Disisi lain  kebijakan Screening yang diterapkan Orde Baru, justru telah menyingkirkan putra putra bangsa potensial yang tidak berdosa untuk ikut serta membangun bangsa dan  mengurus negeri Di tangan kader ORBA  yang ABS, NKRI menjadi salah dikelola. Kesalahan mengelola NKRI inilah yang membawa ke krisis multi dimensi dan berkepanjangan yang dampaknya masih sangat terasa sampai kini. Inilah sesungguhnya penghianatan ORBA yang Juga sangat perlu direnungkan .

Film Pengjianatan G 30 S /PKI memang mrngganyang PKI, namun dibalik itu juga merupakan Film propaganda  yang mengherokan tokoh tokoh penghianat bangsa dengan keslahan pengelolaannya dan jelas mengusung ideologi kapitalisme, jadi bagi penulis, film itu  sangat tidak layak untuk pembelajaran bangsa. Apalagi terdaat pengadegan kekejaman "pesta bunga" yamg menurut berbagai kesaksian tidak permah ada. Adegan itu  bisa memanipulatif gwnerasi muda bangsa untuk belajar dam menumbuhkan i dendam dan kekejaman kolektif pula. 

Bagi penulis, menjaga kemurnian Ideologi Pancasila, tidak hanya harus waspada terhadap komunisme, tetapi juga ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, termasuk Kapitalisme/neoliberalisme, dan itu sangat nampak diusung oleh tokoh yang diherokan dalam film Penghianatan G 30 S/PKI. Waspadalah ! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun