Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Cara Mengembangkan Sebuah Sistem?

8 November 2021   15:41 Diperbarui: 8 November 2021   16:01 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Freepik

Sistem dibuat pasti untuk seseorang. Seseorang itu bisa berupa perorangan ataupun perusahaan. Jika sistem dibuat hanya untuk membuktikan teknologi semata maka sifatnya tidak sustainable, artinya hanya keren-kerenan semata dan setelahnya menjadi barang rongsokan. Generasi Z sekarang ini yang telah menyelesaikan pendidikan kuliahnya banyak yang langsung membangun start-up. Start-up pada dasarnya adalah bisnis, yang menjadi pembeda antara bisnis dan start-up adalah di bagian penggunaan teknologinya. Kerap kali juga start-up disebut sebagai disrupsi yaitu perubahan dan inovasi secara besar-besaran, bahkan mampu menyelesaikan masalah pelanggan secara cepat dibandingkan solusi yang ditawarkan bisnis konvensional pada umumnya.

Perlu diketahui bahwa teknologi seyogyanya hanya sebuah tool yang digunakan untuk menjalankan bisnis, jadi tidak boleh diperlakukan sebaliknya. Analoginya seorang tukang bangunan yang telah memiliki keahlian dalam membangun rumah juga harus mengetahui bagaimana bentuk dan arsitektur dari rumah yang diinginkan, baru setelahnya tukang akan menggunakan alat-alatnya untuk membangun rumah tersebut. Bayangkan saja jika perlakuannya dibalik, tukang yang menentukan bentuk rumah si pemilik. Kira-kira cocok tidak?

Pengembangan sebuah sistem harus diawali dengan perencanaan yang matang. Analisa apa yang menjadi kebutuhan pengguna sistem, bahkan kadang harus perhatikan sampai kepada lingkungan kerja pengguna. 

Jika pengguna sistem adalah orang kantoran dimana terdapat peraturan tidak boleh menggunakan handphone selama bekerja, maka sistem yang dibangun harus berbasis web atau desktop. Akan tetapi jika sistem dibuat untuk orang sales yang mobilitasnya tinggi, maka sistem lebih cocok berbasis apps.

Sumber Gambar : Freepik
Sumber Gambar : Freepik

Pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan sangat memerlukan kemampuan komunikasi yang baik. Pelanggan terkadang menginginkan sesuatu tetapi tidak mampu mengutarakannya dengan kata-kata secara baik dan benar. Contohnya pelanggan hanya mengatakan ingin "memantau sales". Hanya ada dua kata, tetapi bisa menghasilkan arti lebih dari satu. Bisa jadi maksud memantau tersebut adalah memantau pencapaian omzet, atau memantau apakah sales benar-benar ada melakukan kunjungan ke tempat pelanggan. 

Ketika terjadi dualisme seperti contoh tersebut, maka harus ada komunikasi lanjutan untuk memastikan keinginannya. Andaikata pelanggan masih belum mampu menjelaskan secara mendetail, maka boleh disajikan prototype. Prototype adalah model visual yang menjelaskan usability (kegunaan) sistem, karena terkadang kemampuan berekspresi seseorang adalah berbasis visual sehingga lebih efektif dengan menggunakan prototype. Pelanggan yang mampu menjelaskan kebutuhan terhadap sistem secara mendetail pun ada baiknya disajikan prototype sebagai konfirmasi final.

Setelah perencanaan selesai, tahapan berikutnya adalah pengembangan sistem dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu. Sekarang ini arsitektur sistem lebih banyak berbasis backend dan frontend, karena bisnis perlu berkolaborasi dengan pihak lain, bisa itu dengan dunia perbankan, payment gateway, atau sistem perusahaan lain.

Dengan arsitektur backend dan frontend ini, integrasi dengan menggunakan API menjadi lebih mudah dan cepat. Jika ingin memaksimalkan waktu, tim internal bisnis bisa memfokuskan diri hanya kepada pengembangan backend, dan untuk frontend bisa diserahkan kepada software house tertentu. Disarankan backend dipertanggungjawabkan oleh internal karena backend adalah inti dari proses bisnis, sedangkan frontend hanya masalah user interface.

Sumber Gambar : Freepik
Sumber Gambar : Freepik

Sistem mirip dengan seorang manusia. Manusia perlu dibekali informasi untuk menjadi orang yang bijaksana dan melakukan segala sesuatunya dengan baik dan benar. Sistem juga demikian, kebutuhan pengguna harus dicari tahu pertama kali untuk dituangkan ke dalam sebuah sistem sehingga mampu menyelesaikan masalah bisnis secara tepat. 

Sistem hanyalah alat bantu (tool). Sistem membuat segala sesuatunya menjadi cepat, dan mudah dikontrol. Bayangkan saja tanpa sistem, untuk mengetahui untung ruginya suatu bisnis harus dilakukan tutup buku terlebih dahulu. Dengan hadirnya sistem, kapanpun dan dimanapun tinggal klik laporan sudah bisa diketahui kondisi bisnis secara real time.  Bukan berarti sistem akan menggantikan manusia seutuhnya, akan tetapi sistem memudahkan manusia, dan manusia bisa melakukan upgrade diri menuju tingkatan yang lebih strategis menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat.

Selengkapnya bisa tonton di YouTube channel saya (ingat like dan subscribe, terima kasih) :


Salam Pengetahuan,

By: Darwin, S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun