Mohon tunggu...
Aditya Darmasurya
Aditya Darmasurya Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang WNI aja...^bingung mau bilang apa^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Tolong Jangan Robohkan Bangunan Bersejarah Itu! Tolong!

24 Oktober 2011   20:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:33 2084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekas Rumah Sakit Kadipolo, mangkrak, tak terurus. RS Mangkubumen (sekarang tidak bersisa), RS Kadipolo dan RSJ Mangunjayan menandakan kemajuan di bidang kesehatan kota Solo pada awal abad XX. RSJ Mangunjayan dan RS Kadipolo merupakan peninggalan Sunan PB X. Pada zaman kemerdekaan, Keraton Solo telah menyerahkan semua asetnya kepada negara agar dipergunakan dengan baik, sayang sekali bila semua aset itu tidak dirawat dengan baik. Akankah RSJ Mangunjayan dihancurkan? sumber pic : tentang solo @flickR

Siapa seh yang tidak kenal Jokowi? Pamor Jokowi sebagai penyelamat cagar budaya langsung naik setelah kasus Sari Petojo yang melibatkan perseteruan antara beliau dengan Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah. Akan tetapi, benarkah Jokowi benar-benar penyelamat cagar budaya? Dengan slogan ngInggris yang dipromosikannya, Solo's Future is Solo's Past, Jokowi hendak mengembalikan kejayaan kota Solo seperti pada masa pemerintahan Pakubuwono X dan Mangkunegoro VII yang berkuasa pada awal abad XX. Kedua pemimpin pra kemerdekaan itu berhasil membawa kota Solo sebagai salah satu kota dengan penataan terbaik se-Asia Tenggara saat itu. Baru-baru ini pula Pemkot Solo juga membentuk Tim Ahli Cagar Budaya untuk menginventarisir cagar budaya atau heritage di kota Solo. Namun, gelar 'penyelamat cagar budaya' patut dipertanyakan lantaran rencana Jokowi merobohkan salah satu bangunan peninggalan Pakubuwono X hanya demi ambisi Green City yang juga gencar dipromosikannya. Bangunan itu adalah bekas Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan yang terletak di sebelah barat daya Stadion Sriwedari Solo. Rumah sakit ini didirikan oleh Pakubuwono X pada tahun 1918 dan diresmikan penggunaannya 17 Juli 1919 dengan nama Doorganghuis voor Krankzinningen, oleh masyarakat dikenal dengan RSJ Mangunjayan. Pendiriannya bebarengan dengan RS Kadipolo dan RS Mangkubumen. Ketiga rumah sakit itu mengukuhkan kota Solo sebagai kota negara yang maju dalam bidang kesehatan. Pada perkembangannya, tahuan 1986 RSJ Mangunjayan pindah ke daerah Kentingan,  sementara bangunannya kini dipakai sebagai Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Solo. [caption id="attachment_143756" align="aligncenter" width="646" caption="Bekas RSJ Mangunjayan Solo, salah satu penanda identitas kota Solo. RSJ Mangunjayan menunjukkan kemajuan di bidang kesehatan kota Solo awal abad XX. Walaupun bangunannya biasa dan sederhana namun bangunan ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari sejarah kota Solo. Sumber : Solopos.com. "][/caption] Nasib malang dialami RS Mangkubumen, bangunan lama dihancurkan dan sekarang dijadikan mal dan apartemen Paragon, sementara RS Kadipolo bak rumah hantu saking tidak ada yang merawatnya. RSJ Mangunjayan dan RS Kadipolo merupakan peninggalan Sunan PB X. Pada zaman kemerdekaan, Keraton Solo telah menyerahkan semua asetnya kepada negara agar dipergunakan dengan baik, sayang sekali bila semua aset itu tidak dirawat dengan baik. Akankah nasib malang dialami pula oleh bangunan bekas RS Mangunjayan? [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Bekas Rumah Sakit Kadipolo, mangkrak, tak terurus. RS Mangkubumen (sekarang tidak bersisa), RS Kadipolo dan RSJ Mangunjayan menandakan kemajuan di bidang kesehatan kota Solo pada awal abad XX. RSJ Mangunjayan dan RS Kadipolo merupakan peninggalan Sunan PB X. Pada zaman kemerdekaan, Keraton Solo telah menyerahkan semua asetnya kepada negara agar dipergunakan dengan baik, sayang sekali bila semua aset itu tidak dirawat dengan baik. Akankah RSJ Mangunjayan dihancurkan? sumber pic : tentang solo @flickR"][/caption] Ketua Tima Ahli Cagar Budaya Solo, Kusumastuti (ahli urban planning dari UNS), menyarankan agar dilakukan kajian terlebih dahulu terkait kesejarahan bangunan itu, mengingat kota Solo adalah salah satu kota heritage dan RSJ Mangunjayan merupakan salah satu identitas sejarah kota Solo. Sayangnya, Jokowi beralasan bahwa perobohan bangunan bekas RSJ Mangunjayan sudah merupakan program Pemkot dalam rangka menjadikan kawasan itu sebagai area hijau (demi terwujudnya green city).  Soedarmono, sejarawan kondang yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya, menyesalkan rencana Pemkot Solo untuk merubuhkan bangunan itu. Beliau menganggap Pemkot Solo tidak memiliki komitmen serius dalam menjaga kelestarian heritage, padahal Solo telah dicanangkan sebagai salah satu World Heritage Cities beberapa tahun yang lalu dan ironisnya lagi, baru-baru ini Pemkot juga telah membentuk Tim Ahli Cagar Budaya yang salah satu tugasnya menginventarisis bangunan cagar budaya di Solo. [caption id="" align="aligncenter" width="199" caption="Soedarmono, anggota Tim Ahli Cagar Budaya, menyayangkan rencana Pemkot Solo merobohkan RSJ Mangunjayan. Sumber : solopos.com"]

Soedarmono, anggota Tim Ahli Cagar Budaya, menyayangkan rencana Pemkot Solo merobohkan RSJ Mangunjayan. Sumber : solopos.com
Soedarmono, anggota Tim Ahli Cagar Budaya, menyayangkan rencana Pemkot Solo merobohkan RSJ Mangunjayan. Sumber : solopos.com
[/caption] "Ini yang saya sayangkan, kenapa mesti dirobohkan? Bangunan RSJ itu masih terlalu kuat jika sekadar untuk dirobohkan," terang Soedarmono kepada harian lokal Solopos (24/10). Saya sendiri sangat menyesali rencana Jokowi (atau Pemkot Solo) yang akan menghancurkan bangunan bersejarah yang menjadi identitas kota Solo itu. Bukankah demi mewujudkan green city ada cara-cara lain yang bisa dilakukan sehingga tidak kontradiksi dengan status sebagai heritage city dan tidak menghancurkan bangunan bersejarah? Ataukah mungkin alasan perobohannya karena bangunan bekas RSJ Mangunjayan tidak memiliki arsitektur unik? Loh, Pabrik Es Sariptojo juga tidak berarsitektut unik, hanya "ngotak", kenapa dibedakan, toh sama-sama penanda identitas kota Solo? Lagipula, walaupun bentuknya hanya "ngotak" bekas RSJ Mangunjayan berperan besar dalam membentuk sejarah kota Solo. Kepada Bapak Jokowi, tolong dunk Pak, jangan merobohkan bangunan itu hanya demi ambisi green city, robohkan saja ruko-ruko yang menjamur di kota Solo (yang beberapa ruko di antaranya juga merobohkan bangunan kuno). Alangkah baiknya jika bangunan bekas RSJ Mangunjayan dijadikan semacam "Museum Kesehatan" atau "Museum Wayang" atau "Museum Olah Raga" (karena sekompleks dengan Stadion Sriwedari, stadion pribumi pertama di nusantara sekaligus Monumen PON I). Pekan ini, sejumlah aktivis kebudayaan di kota Solo akan menggelar aksi keprihatinan untuk memperingatkan Jokowi terkait rencana perobohan bangunan bekas RSJ Mangunjayan, semoga Jokowi sadar bahwa pembangunan kota tetap harus menjaga kelestarian bangunan bersejarahnya. (Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menurunkan citra Jokowi, namun sebagai kritik membangun agar tidak melupakan nilai-nilai yang beliau sendiri promosikan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun