Mohon tunggu...
Darma BC
Darma BC Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis di berbabagai media

Penulis "Satu Buku Sebelum Mati"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Grup WA Literasi Memacu Adrenalin Menulis Guru di Sumut

1 Mei 2017   14:22 Diperbarui: 1 Mei 2017   14:36 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa anggota Grup LGS berpose bersama, semasa kuliah di PGSD IKIP Medan tahun 1995

Meski istilah Literasi sudah dipakai secara umumpuluhan tahun yang lalu tapi nampaknya istilah ini masih asing bagi kita. Banyak guru yang bertanya-tanya, “Istilah apa lagi ini…?!” dan meski sebagian dari mereka sudah pernah mendengar istilah ini tapi mereka tidak paham apa yangdimaksud dengan ‘Literasi’

Literasi biasanya dipahami sebagai kemampuanmembaca dan menulis. Pengertian itu berkembang menjadi konsep literasifungsional, yaitu literasi yang terkait dengan berbagai fungsi dan keterampilanhidup.

Pada saat ini, gerakan literasi untuk para siswamulai tingkat sekolah dasar sampai menegah atas sedang digalakkan. Kekuatan membacayang menanamkan buku sebagai sumber ilmu perlu terus didorong. Berbicaraberdasarkan fakta dan berdasarkan sumber yang terpercaya sudah merupakan sebuahkeharusan. Sudah saatnya siswa berbicara dengan sumber yang kuat. Bukumerupakan salah satu sumber tersebut.

Para siswa harus dibekali semangat membaca. Membaca dari sumber yang benar dan terpercaya sudah merupakan keharusan. Bukusebagai sumber berita kebenaran yang menyimpan berbagai macam ilmu dapatmendidik mereka kelak dalam menyampaikan sebuah berita.

Berita-berita hoax, simpang siur, tanpa dasar dan fakta yang berseliweran di media sosial menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua dan guru. Informasi yang yang tak terbendung kini dengan mudah masuk tanpa mengetahui kebenarannya.

Disebabkan hal tersebut pula beberapa orang gurusekolah dasar di Sumatera Utara, bersepakat membuat grup whatsapp literasi. Para Guru SD ini awalnya membentuk grup alumni. Grup alumni yang bersifat silaturrahmi biasa, tanya kabar sana-sini akhirnya dirasakan kosong. Canda berupa bualan menarik yang disampaikan para anggotanya biasanya bersumber dari copas (duplikat)  tetangga sebelah yang tak jelas sumbernya.

Timbul rasa kekosongan di grup tersebut, dan untuk mengisi hal ini beberapa anggota grup itupun kini bersepakat mendirikan grup literasi. Grup Literasi Guru SD yang disingkat LGS ini pun akhirnya didirikan oleh sebelas orang dari mereka. Jarak yang jauh antar kabupaten pun tidak menyurutkan mereka untuk menyampakaikan informasi dan gagasan.

Jika siswa sekolah, siswa berliterasi sebatas membaca dan menceritakan bacaannya, disini para anggota LGS ini pula berliterasi dengan menyampaikan ide, informasi, atau gagasannya melalui tulisan. Banyaknya permasalahan yang ditemui mereka selama mengajar menjadi guru, merupakan salahsatu gagasan menarik yang selalu mereka bincangkan.

Grup whatsapp LGS yang di bentuk ini pun akhirnya memacu adrenali menulis para anggotanya. Aturan tidak boleh mengirimkan tulisan hasil duplikat pun menantang dan  memaksa mereka untuk menulis dengan gagasan sendiri. Kiriman tulisan setiap harinya masuk ke grup whatsapp ini. Keterampilan menulis yang selama ini dirasakan sukar, dengan seiring berjalannya waktu dirasakan tidaklah sesulit yang mereka pikirkan. Ide dan gagasan baru, selalu muncul yang dibuktikan dengan tema tulisan yang berbeda disetiap minggunya. Isi yang begitu mengalir tersampaikan seakan tiada hambatan lagi untuk menulis. Kini mereka sedang berusaha menuliskan ide dan gagasan untuk dapat dijadikan sebuah buku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun