Mohon tunggu...
Darju Prasetya
Darju Prasetya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis freelance

Pemerhati kehidupan....penyuka dunia tulis menulis....Pengembara di dunia.......Pencari dunia baru untuk kehidupan yang lebih baik......Email: prasetya58098@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluhan Sang Guru

12 November 2018   13:00 Diperbarui: 12 November 2018   13:22 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

oleh: Darju Prasetya

Setiap kali memasuki kelas di pojok sekolah itu, Pak Firman merasa tak nyaman. Setiap kali melihat tampang muridnya seolah menyulut emosinya karena di kelas itu ia banyak menemui perilaku siswa-siswanya yang sering menjengkelkan hatinya.

Bagaimana tidak? Di kelas itu banyak muridnya tak mempunyai motivasi belajar. Sulit diatur. Seenaknya sendiri. Kalau ditunjuk tak mau. Disuruh mengerjakan tak mau mengerjakan. Ketika disuruh maju tak mau mengerjakan. Sering ramai sendiri saat ia menerangkan. Guru itu nampak pusing tujuh keliling.

"Jadi guru sekarang ini serba repot. Kalau anak ditegasi katanya melanggar HAM. Kalau dikerasi untuk mendisiplinkan mereka, bisa jadi nanti orang tuanya lapor ke polisi! Jadi ini jaman apa namanya? Jadi guru sekarang ini serba susah seperti terjepit dalam tembok besar!" keluhnya ketika menyaksikan wajah-wajah muridnya yang nakal dan sangat keterlaluan.

Bahkan ia sering mendengar ucapan-ucapan muridnya yang sering tak sopan. Bahkan dia pernah dilempar oleh muridnya dari belakang. "Banyak murid sekarang ini perilakunya tak beradab!" gerutunya.

Setiap memasuki kelas yang ada di pojok sekolah itu guru itu merasa berat. Seandainya ia tak terlanjur jadi guru mungkin ia akan berhenti saja jadi guru karena perilaku murid sekarang ini yang sudah sangat keterlaluan dan kadang sulit ia kendalikan.

Namun ia seperti sudah kepalang basah, dan ia harus terus melangkahkan kakinya entah apa yang harus ia tanggung berikutnya. Kadang ia merasa tak betah menghadapi kenakalan mereka. Kadang dalam hatinya ia ingin pensiun dini saja dan melanjutkan hobinya yang paling ia sukai yaitu membaca dan menulis serta melakukan petualangan -petulangan ke tempat-tempat baru.

Ia selalu ingin mencari tempat yang tenang dan menyenangkan hatinya yang bisa menbangkitkan imajinasinya untuk bisa menuliskan apa yang ia pikir bisa ia tuliskan. "Aku kadang sudah jenuh dengan keramaian!" ujarnya.

Sebagai seorang yang lebih menyukai dunia sunyi namun ia harus menghadapi sebuah kegaduhan di kelas membuatnya tak betah. Kadang ia hanya mengelus dada saja. Jika ia terus ada di lingkungan seperti itu bisa jadi ia akan mengalami tekanan batin dan kemudian jatuh sakit. Ia tak ingin sakit secara konyol.

Suatu saat ia selalu bermimpi ingin mempunyai sebuah perpustakaan di sebuah rumah yang tenang yang menghadap bukit yang tenang, danau atau pantai yang sejuk dan ia bisa banyak melakukan dunia tulis  menulis di sana. Ia bisa membaca buku-buku yang menarik hatinya. Ia bisa lebih banyak berkarya yang lebih bermanfaat dan berguna bagi masyarakat luas. Itu adalah impiannya.

Setelah lepas dari lamunanya, hari ini Pak Firman harus kembali memasuki kelas yang ia pikir bagai neraka itu. Hatinya kembali emosional setiap kali memasuki kelas itu. Dilihatnya wajah-wajah muridnya yang suka cengengsan dan nampak tak  serius. Mereka nampak lari ke sana kemari dan tak merasa sungkan dengan keberadaan Pak Firman sehingga Pak Firman  merasa dilecehkan oleh murid-murid yang sangat nakal dan sulit dinasehati itu. Pak Firman berusaha bertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun