Mohon tunggu...
Darju Prasetya
Darju Prasetya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis freelance

Pemerhati kehidupan....penyuka dunia tulis menulis....Pengembara di dunia.......Pencari dunia baru untuk kehidupan yang lebih baik......Email: prasetya58098@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepemimpinan Kampret

29 Juli 2018   07:44 Diperbarui: 29 Juli 2018   08:25 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepemimpinan Kampret

Oleh: Darju Prasetya

Seorang pemimpin itu selayaknya bisa mengayomi, adil, bijak, bisa membimbing dan memberi cahaya yang terang dan damai bagi semua anak buahnya supaya suasana tempat mereka berada bisa membahagiakan semua warganya agar kerja lebih produktif sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Namun apa yang saya lihat dari sang pemimpin kampret ini penuh dengan temperamental, provokatif dan mengancam dan ucapannya tak bisa dijadikan pegangan serta cara berpikirnya yang sering mengacaukan. Apalagi mereka mendapatkan jabatannya itu dengan cara-cara penuh kelicikan maka yang terjadi adalah sebuah kepemimpinan cara-cara mafia.

Bisa anda bayangkan bagaimana suasana sebuah tempat kerja yang dipimpin oeh seorang mafioso yang lebih banyak mengandalkan egoisme mereka dan tak mempunyai nilai kebijakan dan cara-cara berpikirnya yang mengacaukan dan tak membangun keteraturan cara berpikir yang konsisten dan bisa dipercaya? Maka yang terjadi suasana di tempat kerja itu akan menjadi panas. Orang-orang tidak merasa bahagia karena rasa takut. Tingkat stress semakin meningkat.

Kepemimpinan tipe ini akhirnya juga akan melahirkan otoriteriasme. Mereka tak mau mendengar suara bawahan tapi dengan egoisme merekalah yang menjadi keputusan mutlak yang harus diikuti. Cara-cara kepemimpinan mafia macam ini akan merusak dunia kerja dan yang lebih ironis ini adalah dunia pendidikan yang semakin banyak dimasuki para mafioso semacam ini.

Ini karena sistem perekrutan pimpinan di birokrasi negeri ini masih sangat korup hingga era reformasi ini. Contohnya seorang yang ingin menjadi kepala sekolah sekarang ini bukanlah seorang guru yang berprestasi dengan kepribadian yang baik dan jujur tetapi seberapa jauh orang tersebut mempunyai kedekatan dengan pimpinannya.

Cara-cara perekrutan kepala sekolah pun seolah-olah hingga sekarang seperti rahasia dan tertutup dan hanya kepala sekolah yang berhak tahu dan boleh menyampaikan info pada orang yang ia sukai. Cara-cara penunjukan sepihak dan tak memberikan kesempatan pada semua guru yang potensial untuk berkompetisi sekarang inilah yang melahirkan pemimpin yang korup dan bodoh yang hanya mengandalkan otot dan dengkul dan bukan pemimpin berkualitas yang cerdas dan berakhlak baik. Akibatnya apa yang terjadi jika perekrutan tak diumumkan ke publik dan semua orang berhak untuk ikut berkompetisi maka yang terjadi akan terus menerus lahirnya sang pemimpin kampret yang penuh dengan koruptif dan otoriter.

Kapan kira-kira di biroikrasi kita saat ini bisa melahirkan pemimpin yang baik dan bermutu jika cara-cara koruptif terus saja menggerogoti hingga di era yang dikatakan era reformasi ini? Rasanya seperti pungguk merindukan bulan saja karena nampaknya budaya birokrasi yang korup masih saja berlangsung hingga hari ini. Kebijakan pusat masih tak bisa menembus budaya koruptif birokrasi yang sudah akut hingga ke daerah-daerah.

Jika seorang pemimpin seperti kepala sekolah yang seharusnya menjadi contoh yang baik apalagi di dunia pendidikan yang merupakan pilar dari budaya yang berbudi dan berkarakter namun malah dimasuki sebuah kepemimpinan cara-cara mafia maka yang terjadi adalah sebuah kehancuran karena sistem yang sangat buruk dan tidak memberikan ruang bagi orang yang baik untuk masuk dalam birokrasi yang baik. Bahkan orang-orang baik yang seharusnya mennjadi pemimpin ini malah justru banyak yang disingkirkan karena orang baik dan jujur ini tak mau berkompromi dengan cara-cara mafioso.

Jika kepemimpinan kampret semacam ini masih saja tak mampu dihentikan hingga hari ini karena cara-cara kelicikan yang terus saja terjadi yang seperti duri dalam daging yang akan terus menyebarkan racun yang bisa merusak kehidupan di masa datang bahkan mampu menular terus seperti tanpa ujung pada generasi-generasi lebih muda mendatang maka yang terjadi adalah akan hancurlah sebuah kehidupan karena cara-cara pemilihan pemimpin dengan sistem kampret dan mafioso yang masih saja terus membudaya dalam budaya kita. Ini harus segera dihentikan bila kita tak ingin melihat kehancuran yang lebih besar di masa datang!

Tuban, 29 Juli 2018

Penulis freelance tinggal di Tuban,  Jawa Timur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun