Mohon tunggu...
Darin Salsabila S
Darin Salsabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030079

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mengadu Nasib kepada Bunga Hias, Bertahan dengan Hasil 25%

26 Juni 2021   13:55 Diperbarui: 26 Juni 2021   14:11 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOKPRI: proses pertumbuhan bunga

Di belakang pemukiman warga desa, sebelum terhampar sawah yang berjajar, berdiri tiga gubuk kayu besar diatas lahan seluas 21x14 meter. Terlihat beberapa orang yang sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing, menyiram tanaman, menyemprot bunga, dan memanen bunga yang biasa disebut "mritili kembang" atau dalam bahasa indonesianya memetik bunga.

Gubu-gubuk tadi berisi bunga krisan. Gubuk itu terbagi atas proses pertumbuhannya, dimulai dari proses pembibitan sampai proses siap mekar ditempatkan di gubuk yang berbeda. Bunga-bunga krisan tersebut disusun sedemikian rupa sesuai jenis dan warnannya sehingga membuat suasana kebun belakang pemukiman warga desa itu menjadi lebih hidup.

DOKPRI: dokumentasi dan bunga krisan dengan 3 jenis yang berbeda
DOKPRI: dokumentasi dan bunga krisan dengan 3 jenis yang berbeda
Sebelumnya lahan seluas 21x14 meter tersebut adalah lahan yang ditumbuhi semak bekukar dan tumbuhan salak tak beratur. Hingga pada 3 tahun terakhir ini anak pemilik lahan tersebut mengubahnya menjadi tempat budidaya bunga.

"Waktu itu karena nganggur, mencari pertimbangan usaha, akhirnya tergiur dengan usaha bunga ini..." ujar Muhammad Azmi Hiqma (29) saat menceritakan awal mula terbentuknya usaha budidaya bunganya. "Pertimbangannya karena risiko yang minim seperi risiko dihutang dan risiko pesaing. Selain itu, untuk berkembangnya bisnis ini masih luas dan panjang," lanjut pemuda yang akrab disapa Ami itu.

Saat dia menceritakan bagaimana sampai berhasil membudidayakannya, ia hanya mengatakan bahwa itu hasil otodidak saja. "Hanya mencoba cara apa yang benar, bagaimana seharusnya agar hasil bagus, hasil efisien, dan seiring berjalannya waktu itu akan mudah dengan sendirinya dan menemukan cara yang tepat versi kita," tuturnya.

Ami juga membagikan bagaimana proses penanaman bunga krisan. Ia memulai dengan membeli bibit-bibit bunga krisan terlebih dahulu ke agennya. Kemudian menyiapkan medianya dengan cara mendiamkan campuran tanah dan pupuk kandang selama satu minggu yang nantinya akan ditempati oleh bibit-bibit tadi.

Selanjutnya, bibit yang sudah berupa tunas dan sudah keluar akarnya akan ditempatkan pada media tersebut. Dan berlanjutlah ke proses penyiraman.

Setelah disiram kemudian lanjut ke proses penyinaran. Penyinaran ini dilakukan ketika malam hari selama 4 jam oleh lampu-lampu pijar atau neon yang memang sudah dipasang di gubuknya. Proses ini dilakukan karena bunga krisan bukan bunga asli Indonesia dan diasalnya bunga krisan mendapatkan sinar matahari selama 12 jam sedangkan di Indonesia matahari hanya bersinar selama 8 jam. Jadi kekurangannya dibantu oleh pencahayaan lampu pijar.

Proses penyinaran tadi selama 40 hari. Dalam jangka waktu itu, setelah tanam sampai 10 hari dilakukan proses penyiraman setiap hari sampai akarnya hidup. Setelah itu masuk ke proses penyemprotan yang juga rutin dilakukan selama 10 hari. Ketika berakhir masa 40 hari maka lampu bisa dimatikan.

Untuk proses dari tanaman ke calon bakal bunga menghabiskan waktu selama satu bulan. Kemudian dari bakal bunga atau kuncup sampai mekar juga memakan waktu satu bulan. Jadi, dari proses awal sampai mekar berkisar selama 3 bulan.

DOKPRI: proses pertumbuhan bunga
DOKPRI: proses pertumbuhan bunga
Usaha yang dirintis Ami sejak September 2018 yang bertempat di Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang ini memang sudah ada pasarannya. Dari mulai daerah sekitaran Magelang saja sampai daerah Jogjakarta. Umumnya bunganya dimanfaatkan sebagai dekorasi-dekorasi acara terutama acara pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun