Mohon tunggu...
Darin Salsabila S
Darin Salsabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030079

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Serba-serbi Cara Membuat Mi Instan ala Anak Pondok

28 Maret 2021   09:25 Diperbarui: 28 Maret 2021   09:29 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: merdeka.com

Kehidupan pondok dan segala serba-serbinya akan dirasakan ya kalo sudah mondok. Di pondok itu semua serba bareng, makan bareng, tidur bareng, bahkan masalah kamar mandi pun barengan. Mau tidak mau memang harus begitu, jadi ya harus hilangkan sifat individual dan egoisme, biar kita nyaman dan orang lain juga nyaman.

Teruntuk masalah makan, biasanya kalau pondok yang belum terlalu modern, makan itu pasti barengan. Bukan hanya jamnya tapi tempatnya juga, misal satu wadah untuk 6-7 orang atau bahkan lebih. Biar apa? Biar sederhana dan terjalin kebersamaan katanya. Tapi yang pasti biar hemat tempat, hemat makan, praktis, dan efisien tentunya.

Okay, membahas tentang mi instan. Makanan sejuta umat dengan cita rasa yang khas dan menjadi candu. Anak pondok pasti juga akrab sekali dengan ini. Alternatif ketika makanan di pondok tidak enak, alternatif pengganjal perut ketika belum waktunya makan, dan solusi ketika malam hari kelaparan. Alasan ini pasti sangat umum, bukan hanya untuk anak pondok saja.

Kalau yang unik, kadang dalam membuat mi instan itu ada momen tertentu dulu. Seperti ketika malam hari dan besok adalah hari libur, atau ketika hari h libur, atau ketika malam perpulangan untuk liburan semester. Biasanya saya dan teman-teman saya akan membuat banyak mi instan bersama-sama dalam wadah besar dan memakannya beramai-ramai.

Nah, untuk masalah pembuatan mi instan ketika di pondok tidak semudah di rumah. Nyalakan kompor, rebus air, rebus mi, sajikan, dan siap makan deh. Tidak semudah itu Ferguso! Di pondok itu semua serba terbatas, dari kompor, air panas, tempat makan, dan lain-lain pokoknya serba terbatas. Jadi harus pintar-pintar mengakalinya.

Kalau di pondok saya, disana tidak ada kompor yang disediakan untuk para santri karena memang sudah ada yang membuatkan makanan. Jadi gimana caranya untuk membuat mi?

Nah, biasanya setiap kamar memiliki teko listrik (hitter), ini dia solusi dari pembuatan mi instan di pondok saya. Tapi cara membuat mi-nya tidak direbus bersamaan dengan air. Caranya adalah air direbus dalam hitter dulu, kemudian tunggu matang, lalu air rebusan tadi dituang ke mi yang sudah disiapkan. Setelah itu, tunggu sampai mi-nya melunak dan siap dimakan. Disini juga kreativitas kita harus digunakan, biasanya kita tidak menggunakan wadah berupa piring atau mangkok karena di pondok saya makannya itu menggunakan lengser atau nampan yang besar. Jadi sudah dipastikan jarang sekali anak yang mempunyai wadah kecil-kecil.

Berikut beberapa cara yang sering kami gunakan untuk membuat mi yang praktis dan efisien:

  • Menggunakan wadah

Ini adalah hal yang paling normal untuk membuat mi. Mi ditaruh ke wadah, dituang air panas, tunggu matang, dan siap sajikan. Biasanya yang membuat seperti ini tentunya punya wadah sendiri atau kadang pinjam dengan yang punya. Sangat sedikit sebenarnya orang yang mempunyai wadah-wadah kecil seperti ini.

  • Menggunakan bungkusnya langsung

Yap, sering kali saat sudah kelaparan dan tidak menemukan barang untuk dijadikan wadah, kita akan langsung membuat pada tempatnya. Tinggal dibuka bagian atasnya lalu tuangkan air mendidih, tuang bumbu, tunggu sampai mi melunak, dan siap dimakan langsung pada tempatnya. Dan ini adalah mi bungkus plastik biasa ya bukan mi yang ada cup nya. Jadi biasanya saat menunggu mi nya melunak harus sambil dipegang atau disandarkan ke dinding agar tidak tumpah. Simple tapi agak ribet dan berisiko tumpah.

  • Menggunakan gayung

Siapa yang pernah mendengar bahwa anak pondok membuat mi dengan gayung? Ini benar adanya sih. Karena memang tidak ada wadah yang bisa digunakan gayung pun bisa menjadi solusinya. Tapi tentunya gayungnya yang sudah bersih dan memang biasa digunakan untuk membuat mi yaa. Ada dua cara makan menggunakan gayung ini. Yang pertama adalah dituang langsung pada gayungnya dan yang kedua adalah gayung hanya sebagai sarana untuk memudahkan makan. Maksud dari jenis yang kedua ini adalah ketika makan mi menggunakan bungkus plastiknya langsung maka otomatis akan panas saat dipegang, jadi gayung hanya sebagai saranan agar mi tetap bisa berdiri tanpa memegang langsung pada plastiknya.

  • Menggunakan katong plastik

Biasanya kantong plastik yang digunakan adalah kantong plastik transparan yang berukuran 1 kg-an, sekiramya muat untuk satu bungkus mi. Kenapa menggunakan kantong plastik? Kembali lagi karena tidak ada wadah dan yang terpenting adalah akan lebih praktis. Lebih praktis dari menggunakan bungkus mi-nya langsung, karena ketika menggunakan kantong plastik, hanya perlu meletakkan semua bahan dalam kantong itu, kemudian atasnya diikat agar tidak tumpah, tunggu matang dan selesai.

  • Menggunakan nampan besar

Karena di pondok semua serba barengan, sering kali membuat mi pun barengan, istilahnya adalah mayoran, makan besar bersama-sama. Disini setiap orang yang ikut mendonasikan satu atau dua mi atau kadang tidak ikut patungan mi juga tidak apa-apa, tergantung kesepakatan bersama saja. Ini juga ada dua cara dalam pembuatannya, pertama adalah direndam air panas dalam masing-masing bungkusnya agar cepat matang dan kedua adalah semua mi dikumpulkan dalam satu nampan kemudian baru dituangkan air panas. Yang kedua ini agak lama matangnya karena permukaan nampan yang besar dan tidak ada tutupnya, jadi airnya juga mudah menguap.

Itulah beberapa cara yang pernah saya lakukan dalam perjuangan membuat mi instan. Mungkin agak jorok atau tidak higienis atau mungkin juga tidak sehat. Tapi its okay, itu adalah pengalaman menarik dan mengasikkan dari kisah di pondok. Kebersamaan dan keseruan bersama sahabat dan teman itu yang tak terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun