Mohon tunggu...
Darin Salsabila S
Darin Salsabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030079

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Yakin Scrolling Bukan yang Membuat Overthinking? Tanyakan pada Dirimu Hal-Hal Ini!

20 Maret 2021   08:42 Diperbarui: 20 Maret 2021   08:44 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebiasaan yang membuat lupa waktu, scrolling media sosial. Dimanapun dan kapanpun, akses bermedia sosial sangatlah mudah. Hanya membutuhkan jaringan internet dan kita bisa berselancar sepuasnya disana.

Sebenarnya apa sih yang kita cari dari scroll medsos ini? Berita terbaru, kabar teman, aktivitas orang lain, tren yang digunakan, informasi tertentu, atau hanya sarana penghilang rasa bosan?

Bingung menjawab atau memang itu yang kita lakukan. Hemm, sebaiknya segera tetapkan skala prioritas kita dalam scrolling ini. Batasi waktu dan penggunaanya juga tentunya.

Kenapa harus begitu? Lihatlah sudah banyak fenomena pengaruh buruk dari terlalu sering scrolling di media sosial ini. Seperti fenomena FoMO (Fear of Missing Out) yang takut akan ketertinggalan tren. Atau fenomena insecure karena merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki dengan cara membandingkan hidup dengan orang lain. Itu dia yang akan membuat kita banyak pikiran dan menjadi overthinking, memikirkan postingan yang kita dapat entah itu benar atau tidak dan selalu memikirkan apa yang sebenarnya tidak penting bagi diri kita sendiri. Jika ini terus-terusan dibiarkan, tanpa kita sadari mungkin kita akan melangkah ke dampak yang lebih serius, yaitu depresi.

Sungguh sangat disayangkan jika kegabutan ini malah menimbulkan dampat negatif  yang serius bagi tubuh kita ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui sampai mana pengaruh buruk dari scolling ini, tanyakan 4 hal ini pada diri kita:

1. Apakah kita melihat postingan yang membuat kita menjadi tidak bahagia?

Bukan berarti tidak bahagia yang merupakan perasaan sedih karena tersentuh dengan suatu peristiwa ya. Yang dimaksud adalah ketika kita malah tidak bahagia dengan kehidupan nyata yang kita miliki karena melihat kehidupan virtual orang lain yang bahagia.

Selain itu, mungkin setelah seharian scrolling, entah kenapa bukan perasaan bahagia karena terhibur oleh berbagai konten yang ada tapi malah perasaan mengganjal yang ada di hati dan pikiran.

2. Apakah kita mengikuti akun yang membuat ingin menjadi seseorang yang bukan diri kita sendiri?

Cek lagi akun yang kita ikuti, story yang selalu kita lihat, postingan yang selalu kita scroll, dan pastikan kita tidak menginginkan kehidupan maya mereka. Ketika kita sudah mulai menjadikan diri kita seperti orang lain, ingin berpenampilan atau berkehidupan seperti orang yang kita ikuti di media sosial, lama kelamaan kita pasti punya ekspektasi tinggi terhadap perubahan yang sebenarnya itu tidak diperlukan bagi diri kita.

3. Apakah kita membandingkan hidup atau tubuh atau kesuksean yang kita miliki?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun