Mohon tunggu...
Ahmad Ikhwanul Muslimin
Ahmad Ikhwanul Muslimin Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator, desainer, komikus

Arts, musics, movies, cultures, books, cats, and human enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Ulang Arti Bahagia

31 Desember 2020   17:05 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:30 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak terasa, sudah hampir setahun sejak Covid-19 teridentifiaksi dan menjadi pandemi global. Sebuah pencapaian fantastis sekaligus mengerikan, melihat jumlah kasus sebanyak 83 juta, dengan angka kematian 1,8 juta dan kesembuhan 58,5 juta jiwa di seluruh dunia, di dalamnya 735 ribu kasus, 21 ribu kematian serta 600 ribu jiwa kesembuhan di Indonesia per 31 Desember 2020 (Sumber: worldometers.info).

Angka tersebut hanyalah data yang diperoleh secara sistemik yang dapat dipantau secara kasat mata sebagai laporan dan acuan perkembangan kasus Covid-19. Lalu bagaimana mengukur tingkat "kebahagiaan" seseorang yang sifatnya abstrak dan tak bisa dinominalkan? Apa hubungannya dengan kasus Covid-19?

Tak dapat dipungkiri bahwa Covid-19 membawa dampak signifikan terhadap perubahan di dunia. Seperti bidang politik,  sosial, budaya, kesehatan hingga ekonomi. Segera penduduk merasakan kemerosotan dalam bidang-bidang tersebut, khususnya ekonomi yang berimpak langsung terhadap kondisi kejiwaan dan mentalitas masyarakat. 

Rasa takut, ketidakamanan, hingga paranoid, menjangkiti diri masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kebahagiaan mereka. Terlebih kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan Prokes (Protokol Kesehatan) memaksa kita untuk membatasai berbagai kegiatan. Sebagai makhluk sosial, hal ini tentu memberatkan, karena dengan pembatasan tersebut kita semakin rentan terhadap stress, bahkan depresi.

Pada akhirnya masyarakat yang mengalami kemunduran secara kejiwaan dan mentalitas akan menempuh berbagai cara untuk mempertahankan rasa bahagianya yang telah tergerus akibat pandemi. Namun di sinilah pangkal masalah sebenarnya; banyak orang yang justru melanggar kebijakan PSBB dan Prokes demi meraih kembali rasa bahagianya, dengan implikasi angka-angka yang sudah kita beberkan di atas bukannya menurun malah bertambah.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk meraih kembali perasaan bahagia? "Berbagi" adalah cara paling mudah yang dapat kita lakukan untuk meraih kembali rasa kebahagiaan. Kita bisa berbagi dengan hal-hal sederhana yang kita miliki. Tak harus mewah maupun mahal, karena nilai terbesar dalam berbagi adalah kekhlasan dalam memberi, terlebih bila sesuatu yang kita berikan mendatangkan manfaat bagi yang menerimanya.

Bagaimana cara kita berbagi, sementara segala gerak-gerik kita dibatasi? Belakangan ini jasa antar-kirim barang menjadi sangat populer dan sangat memudahkan. Kita bisa saling berkirim makanan kepada sahabat dan kerabat terdekat maupun menyantuni anak-anak dan orang-orang yang membutuhkan berupa hadiah atau alat-alat kesehatan dan barang layak pakai.

Sebagai salah satu terbesar di Indonesia dalam layanan antar-kirim barang, JNE telah menjadi mitra masyarakat selama 3 dekade. Dengan jaringan di seluruh Indonesia mencapai 6.000 lokasi --dan terus bertambah---, jumlah karyawan tak kurang dari 40.000 orang, serta 150 lokasi yang telah terhubung dengan sistem komunikasi online, JNE merupakan "perpanjangan tangan kita" dalam berbagi. 

Kita bisa berbagi dengan siapapun di negara ini, bahkan tak terbatas hingga ke luar negeri. Kirim apa saja, mulai dari barang, makanan, hingga dokumen-dokumen penting dengan prioritas waktu pengiriman ekspres maupun reguler, dan beragam pelayanan lainnya, menjadikan JNE mitra terpercaya.

Tak hanya menjadi mitra terbaik dalam layanan antar-kirim barang, JNE yang lahir pada 26 November 1990, dengan nama PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir juga konsisten dalam kegiatan berbagi melalui program CSR (Customer Service Responsibility) yang mencakup pelestarian lingkungan (JNE Hijau), pendidikan (JNE Pendidikan), dan grup sosial (JNE Komunitas).

Sepanjang 2020 saja JNE telah membuktikan komitmennya kepada masyarakat melalui bantuan pemulihan bencana alam bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Sinabung (Agustus 2020), banjir bandang Sukabumi (September 2020), pemberian air bersih dan sembako untuk masyarakat di Gunung Kidul akibat kekeringan (September 2020), maupun donasi alat kesehatan bagi tenaga medis dan warga untuk penanggulangan Covid-19 di berbagai wilayah di pulau Jawa.

Daftar di atas hanyalah sebagian kecil dari kepedulian JNE terhadap masyarakat, karena masih banyak kontribusi JNE baik dalam bidang sosial maupun bisnis yang berdampak langsung terhadap perekonomian dan kemasyarakatan, sehingga tidak aneh bila JNE diganjar tak kurang dari 118 penghargaan atas prestasinya, sebagai perusahaan antar-kirim barang di Indonesia.

Semangat berbagi dari JNE kepada masyarakat selaras dengan semangat berbagi yang kita miliki, pada akhirnya merupakan sinergi untuk saling berbagi kebahagiaan. Dan tanpa kita sadari dengan berbagi kebahagiaan kepada sesama, kita sedang menanam kebahagiaan untuk diri kita sendiri. Karena dengan berbagi kita menjadi berarti, sebab telah memberikan kontribusi terhadap orang lain. 

Dengan berbagi akan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa dengan segala keterbatasan yang kita miliki, masih ada sesuatu yang bisa diberi. Dengan berbagi kita merasa berdaya; daya juang yang tumbuh lebih besar untuk tetap bertahan dan bangkit dalam segala situasi.

JNE 3 Dekade Bahagia Bersama. Sekiranya bukan hanya jargon yang didengungkan dalam rangka peringatan ke-30 tahun berdirinya. Namun menjadi falsafah di dalam tubuh perusahaan, untuk tetap memberikan pelayanan terbaik dan menjadi kebanggaan anak bangsa.

Dengan berbagi kita berarti, dengan berbagi kita percaya diri, dengan berbagi kita berdaya, dan dengan berbagi kita bahagia. Bahagia untuk diri sendiri dan bahagia untuk sesama.

Sudahkah kita berbagi kebahagiaan hari ini? Jangan lupa bahagia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun