Mohon tunggu...
Dara Ninggar
Dara Ninggar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adaptasi Kebiasaan Baru Malioboro Yogyakarta di Tengah Pandemi

14 Januari 2021   16:11 Diperbarui: 14 Januari 2021   16:20 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sektor Pariwisata adalah sektor yang terkena paling parah terkena dampak pada masa pandemi COVID-19. Hampir di seluruh Indonsia indsustri pariwisata mengalami penurunan jumlah pengunjung domestik maupun mancanegara dikarenakan pemberlakuan berbagai pembatasan perjalanan untuk membendung penyebaran dan penularan virus. 

Yogyakarta, salah satau kota yang tidak luput dari imbas ini.Saat awal persebaran Covid-19 di Yogyakarta, hampir semua tempat wisata tutup karena bertujuan untuk pemberlakuan berbagai pembatasan perjalanan yang berusaha membendung penyebaran dan penularan virus.

Kini dengan menyambut New Normal perlahan kawasan wisata di Yogyakarta kembali di buka. Dibukanya kawasan wisata ini bukan tanpa alasan. Industri pariwisata berhenti, dan pengelola pun harus memutar otak untuk menghindari kerugian.

Kawasan Malioboro yaitu Jalan yang terletak di sisi utara Kraton Yogyakarta ini dikenal sebagai kawasan wisata populer. Malioboro telah menjadi bagian penting dalam roda perekonomian masyarakat Yogyakarta. 

Selain dikenal sebagai pusat berburu cinderamata, tempat ini juga tidak lepas dari sejarah panjang perkembangan Kota Jogja dari masa ke masa. 

Bahkan, objek wisata ini seakan mewakili wajah Yogyakarta di Indonesia bahkan dunia. Wisatawan yang berkunjung disini biasanya melakukan kegiatan yaitu sekedar berjalan-jalan di jalur pedestrian yang kini semakin tertata, biasanya juga wisatawan berkunjung kesini untuk berbelanja berburu oleh-oleh khas Yogyakarta karena di kawasan in terdapat banyak toko-toko yang berjejer di samping kanan kiri jalur pedestrian, dan wisatawan yang berkunjung di kawasan ini tak lupa juga berfoto ria mengabadikan momen di sekitar kawasan ini yang biasanya paling banyak para wisatawan berfoto di Titik 0 Kilometer Yogyakarta.

Di awal pandemi, kawasan Malioboro ini sempat ditutup untuk wisata. Namun kini saat New Normal kawasan ini telah dibuka kembali dengan menerapkan berbagai fasilitas protokol kesehatan agar tidak menambah penyebaran penularan virus.  

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini Yogyakarta sudah menyiapkan protokol kesehatan yaitu Standar Operasional Protokol (SOP) untuk tempat wisata dan restoran,khususnya di Kawasan Malioboro. Berikut adalah fasilitas protokol kesehatan yang ada di Kawasan Maliboro agar tidak terkena penularan virus :

  • Pemeriksaan Suhu Tubuh

Cara ukur suhu tubuh di Malioboro disini cukup unik yaitu dengan cara ada patung-patung prajurit Keraton Yogyakarta diletakkan di Malioboro yang berfungsi ukur suhu tubuh pengunjung. Keberadaan patung itu tidak hanya sebagai dekorasi untuk mempercantik di kawasan Malioboro tetapi juga sebagai upaya pencegahan virus Corona dan cara penggunaannya adalah setiap pengunjung yang dating diwajibkan melalui patung ini dengan berdiri di titik yang telah ditentukan lalu wajah menghadap layar pengukur suhu yang dipegang oleh patung prajurit tersebut. Jika suhu tubuh pengunjung 37,4 derajat celsius ke atas, maka pengunjung tidak diizinkan masuk Malioboro.

  • Stiker pengingat jaga jarak

Pemerintah Kota Yogyakarta memasang stiker sebagai pengingat jaga jarak di kawasan Malioboro dan juga memasang stiker jalur searah di pedestrian agar pengunjung tidak berpapasan satu sama lain saat di Malioboro. Di gerbang masuk Malioboro dari arah utara, tepatnya di pedestrian sisi timur tampak terpasang stiker kuning di lantai. Stiker berwarna kuning itu terpasang secara menyilang untuk memberi jarak para pengunjung. Melihat lebih dekat, stiker itu berupa gambar sepasang alas kaki yang di bawahnya terdapat tulisan 'berdiri di sini' dan 'jaga jarak'. Pengingat jaga jarak tak hanya di jalur pedestrian tetapi jugaa terdapat di kursi yang ada sepanjang pedestrian untuk mengingatkan social distancing dengan ditandai stiker silang untuk tidak duduk di kursi itu.

  • Kusir Andong di Malioboro pakai masker, face shield dan memasang tirai pembatas untuk keamanan.

Beberapa kusir andong yang beroperasi di kawasan Malioboro juga ikut dalam mencegah penyebaran Covid-19. Mereka turut serta dengan menggunakan masker, sekaligus face shield. Tak tanggung-tanggung, kursi andong pun dipasang tirai pembatas antara kusir dan penumpang agar memberikan kenyamanan penumpang yang sebagian besar merupakan wisatawan tersebut.

  • Sediakan Barcode

Pemkot Yogyakarta dalam menerapkan protokol di Malioboro juga terbentuk dengan menggunakan sistem barcode bagi pengunjung. Fungsi barcode ini untuk mempermudah tracing jika terjadi kasus positif Covid-19 di Malioboro dan memonitoring keberadaan pengunjung. Barcode tidak dibagikan per orang, melainkan ditempel dan diletakkan di beberapa titik lokasi Malioboro yang terlihat jelas oleh pengunjung. Setiap pengunjung kemudian diminta untuk memindai barcode tersebut ke smartphone-nya. Selanjutnya, akan ada data yang diminta untuk diisi pengunjung.

  • Sistem zonasi di Malioboro

Penerapannya, Jalan Malioboro yang berada dari ujung utara hingga titik nol kilometer Kota Yogyakarta akan terbagi dalam lima zona, baik pedestrian timur maupun barat. Adapun zona pertama dimulai dari Grand Inna Malioboro hingga Malioboro Mall. Zona kedua, dari Malioboro Mall-Hotel Mutiara, Zona ketiga dari Halte Transjogja 2-Suryatmajan. Sementara untuk zona empat, dari Suryatmajan-Pabringan, dan zona lima dari Pabringan-Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Selain itu di setiap zona telah dibatasi kuota maksimal pengunjung yang bisa berada di zona yang sama dalam satu waktu tertentu dengan terdektesi dari barcode yang wajib dipindai tiap zona.

  • Sediakan Wastafel 

Di kawasan Malioboro telah disediakan sebanyak 40 wastafel di beberapa titik jalur pedestrian Malioboro yaitu di 20 watafel di sisi kanan dan 20 di sisi kiri untuk melayani kebutuhan cuci tangan pengunjung disini dan fasilitas cuci tangan gratis ini sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona atau covid 19 di Malioboro.

Dengan adanya fasilitas yang telah disediakan di kawasan Malioboro ini diharapkan bisa mengembalikan perekonomian sektor pariwisata dan para wisatawan bisa berkunjung ke kawasan Malioboro juga tetap harus menjalankan kedisiplinan mengikuti protokol kesehatan dengan memakai masker di kawasan Maliboro dana rajin mencuci tangan di watafel yang telah disediakan. Bagaimana pun, standar protokol kesehatan harus diimbangi dengan kesiplinan dan kesadaran para wisatawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun