Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Serta Posyandu untuk Mengetuk Pintu Ego Orangtua demi Masa Depan Anak

28 November 2022   13:38 Diperbarui: 28 November 2022   13:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Peran Serta Posyandu Untuk Mengetuk Pintu Ego Orang Tua Demi Masa Depan Anak

Indonesia sukses memutus mata rantai wabah polio selama beberapa periode. Di tengah kejar tayang imunisasi, tetiba dikabarkan bahwa ada seorang anak telah menderita polio. Ibarat sedang mengendalikan nahkoda di tengah laut lalu terhantam badai. Terasa patah hati sekali apalagi setelah melihat riwayat si anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi apapun. Masa yang serba informatif masih saja kecolongan dalam hal imunisasi.

Tingkat kesadaran warga harus terus diupayakan meski zaman sudah serba modern. Gaya hidup sehat harus semakin digalakkan agar polio tidak lagi menjadi wabah. Masih ditemukannya warga yang BAB di sembarang tempat (sungai, selokan, kebun, ladang dan lain sebagainya) merupakan PR bagi semua pihak. Seperti kita ketahui, virus polio dapat menular dari makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran (feses) dari orang yang terinfeksi sebelumnya. Lingkungan yang kotor ditambah sanitasi MCK yang buruk akan memperparah kondisi jika tidak segera ditangani. Pembiaran gaya hidup seperti ini tidak hanya berpeluang dalam sebaran virus polio saja tetapi juga penyakit-penyakit lainnya.

Posyandu dengan kader-kader terlatihnya memiliki tugas untuk mengetuk pintu ego para orang tua khususnya yang masih terasa berat untuk mengikutkan imunisasi pada anak-anaknya. Sekali lagi, peran serta posyandu di sini tidak memaksakan kehendak. Penyuluhan yang disampaikan berdasarkan pengarahan dari dinas kesehatan sehingga bukan berupa bungkusan opini kosong belaka.

Menghadapi warga dengan berbagai background yang berbeda bukan hal yang mudah. Penolakan demi penolakan oleh warga tertentu harus diimbangi dengan strategi pendekatan sosial yang familiar. Posyandu tidak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap gagalnya imunisasi anak yang bersangkutan  karena hak sepenuhnya dipegang oleh para orang tua.

Dengan ditemukannya kasus polio yang lantas ditetapkan sebagai KLB menjadi pemicu semangat agar setiap lapisan masyarakat saling mengingatkan untuk mengentaskan wilayahnya dari wabah polio. Sukses imunisasi bukan ditujukan untuk kelangsungan masa depan posyandu melainkan untuk masa depan bangsa. Jika tonggak penerus bangsa dalam kondisi sehat maka keberlangsungan hidup negara kita juga akan berjalan sebagaimana mestinya. Era digitalisasi ini membutuhkan penerus bangsa yang sehat dan kuat secara fisik maupun mental.

Menghadapi kepercayaan beberapa warga tentang hukum imunisasi dari sudut pandang agama, mitos dan juga keyakinan garis keturunan keluarga tidak harus disikapi secara berapi-api. Kader posyandu tidak akan menghakimi pandangan tersebut. Dengan penjelasan secara rasional diharapkan sisi warga yang mungkin jumlahnya minoritas dapat membuka diri. Karena imunisasi ini ditujukan untuk pewaris generasinya juga.

Perlu digarisbawahi juga bahwa posyandu sebagai pundak payung paling dasar untuk menyampaikan sosialisasi tentang imunisasi pada warga setempat. Keputusan akhir tetap dikembalikan ke tangan warga jika yang bersangkutan memang benar-benar keberatan. Untuk tindak lanjut berikutnya tentu akan menjadi perhatian dinas kesehatan terkait. Jika ada asumsi kader posyandu tukang mengadu maka ini sangat tidak benar. Para kader akan membuat laporan berdasarkan data riil di lapangan. Data ini selanjutnya akan diolah, dipantau dan ditindaklanjuti demi kesehatan warganya juga.

Kekhawatiran warga terhadap Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI dapat diredam dengan komunikasi yang aktif dengan kader atau tenaga kesehatan yang telah ditunjuk. Posyandu sebagai posko paling mudah bagi warga (jika ada KIPI) akan menjadi fasilitator agar dampak tersebut tidak berakibat fatal. Apalagi sebelum imunisasi juga akan dilakukan screening terlebih dahulu untuk meminimalisir KIPI. Jadi tunggu apalagi? Lengkapi imunisasi dasar bagi balita dan imunisasi lanjutan sesuai arahan dinas kesehatan.

Sebagai orang tua sekaligus warga  yang taat, alangkah bijaknya jika kita memikirkan masa depan anak-anak. Imunisasi yang diberikan tersebut  sudah jelas dasar hukumnya demi kesehatan generasi bangsa. Orang tua tetap bisa beribadah dengan menanam saham berupa memperbaiki gaya hidup, meningkatkan kualitas kesehatan didukung dengan imunisasi yang lengkap untuk anak-anaknya. Mari saling bekerjasama untuk mengembalikan citra Indonesia yang sudah bebas dari polio. Jangan jadikan sakit sebagai budaya kambing hitam. Terima kasih.

Kebumen, 28 November 2022
Penulis : Danu Supriyati, S.Si

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun