Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneladani Kesederhanaan Rasulullah

8 Oktober 2022   21:42 Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:44 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehadiran Baginda Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi semesta alam. Rasulullah memiliki sifat yang lemah lembut, tutur kata yang halus dan sikap cinta kasih terhadap seluruh penghuni bumi. Kasih sayangnya tidak hanya tertuju pada umatnya saja namun termasuk umat yang menentangnya, hewan, tumbuhan dan seluruh makhluk di alam ini. Sikap saling menghormati, menghargai dan tenggang rasa pun selalu diutamakan Rasulullah agar terhindar dari sengketa yang fatal.

Kesahajaan atau kesederhanaan Rasulullah sudah sepantasnya kita contoh dan diterapkan dalam kehidupan sekarang yang serba butuh uang. Sebagai muslim alangkah bijaknya meneladani junjungannya yang selalu hidup dengan sederhana. 

Era masa kini memang tidak bisa terlepas dari modernisasi. Semua berkembang sesuai zamannya. Sederhana yang sepatutnya kita adopsi bukan berarti harus sama persis dengan yang diterapkan pada zaman nabi. Namun lebih ke manajemen hati dan gaya hidup.

Zaman serba teknologi canggih, informasi dapat dijelajahi hanya dengan rebahan, sajian iklan disuguhkan agar kebutuhan lahir dan batin penggunanya dapat terjangkau bahkan hanya dengan satu sentuhan semua sampai ke rumah. Itu semua menjadi godaan yang menjerumuskan. Jika hati sudah dibutakan hasrat maka status muslim yang seharusnya berakhlak baik terabaikan sudah. Bahkan kalau perlu, hutang pun ditempuh demi memenuhi berbagai macam kebutuhan dengan topeng kepuasan lahir dan batin. Berbeda jika hari dibiasakan nrimo untuk hidup apa adanya maka akal dan pikir kita akan tidak akan neko-neko. Otak akan bersinergi hidup tanpa tuntutan melebihi batas kemampuan finansial.

Gaya hidup terbentuk karena lingkungan pergaulan. Temanmu adalah busanamu, ungkapan ini menjelaskan bahwa arus pertemanan akan berpengaruh pada akhlak. Tidak jarang gaya hidup yang dijalani hanya sebatas ikut-ikutan dari lingkup pergaulan sosialnya.

Paham hedonisme saat ini mulai jamak diikuti sebagai tren gaya hidup milenial. Paham ini mengeksplorasi kebahagiaan dan kesenangan secara berlebihan sebagai tujuan hidup. Bagi orang yang hidupnya bak sultan, uang tentu bukan menjadi penghalang. Bagi orang yang masuk kategori menengah ke bawah akan berdampak sangat buruk. Cara apapun akan dilakukan asal hedon ini bisa menjadi pilihan hidupnya. 

Tentu sikap berlebihan seperti ini sangat tidak sesuai dengan perilaku Rasulullah. Bagaimana cara sederhana agar bisa meneladani kesahajaan Rasulullah? Caranya adalah dengan bersyukur. Mensyukuri segala nikmat yang ada meski menurut pandangan kita sangat kecil. 

Setelah bersyukur kemudian melatih diri untuk menerima kehidupan apa adanya. Berdamai bahwa rezeki yang diberikan oleh Allah SWT tidak pernah keliru, tidak pernah tertukar. Allah SWT tidak akan pernah mengingkari apa yang sudah tersurat dalam Lauhul Mahfudz. Jika hati masih mengeluh maka menundukkan pandangan ke insan yang nasibnya berada di bawah kita. Dengan begitu batin akan lebih tenang. Jangan biarkan nafsu menguasai jiwa dan raga kita hanya demi kepuasaan sesaat. 

Kesederhanaan bukan bentuk pembodohan apalagi menjatuhkan harga diri. Hidup bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan sendiri melainkan juga untuk generasi penerus masa depan. Apa jadinya anak dan cucu jika dari awal sudah dibiasakan hidup boros dan bermalas-malasan? Masa depan yang sesuai impian tentu tidak akan dapat terwujud.

Menyambut milad Rasulullah dengan shalawat, salam dan doa secara sederhana pun tidak keliru. Semua itu sebagai bukti rasa cinta dan rindu pada Rasulullah. Tentu saja dengan harapan agar kita mendapat syafa'at dari Rasulullah kelak di hari akhir.

Tidak ada tuntutan harus merayakan milad nabi harus seperti apa. Pengajian, pawai maulid, lomba-lomba islami merupakan wadah yang sudah menjadi tradisi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun