Pernah bertemu dengan seseorang yang mengalami kesulitan membaca? Atau memiliki anggota keluarga yang susah berbicara meski sudah memasuki usia 6 tahun atau bahkan masih kesulitan berbicara atau membaca meski sudah berusia diatas 17 tahun?. Jika kita memiliki teman atau anggota keluarga yang mengalami kondisi tersebut, jangan dikucilkan atau diolok-olok. Mereka kemungkinan seorang disleksia. Sebelum saya menjelaskan apa itu disleksia, saya ingin berbagi cerita singkat tentang orang yang memiliki kondisi disleksia.Â
Salah satu anggota keluarga saya sejak  kecil mengalami proses belajar yang cukup sulit, khususnya untuk hal pemahaman, membaca, berbicara, dan menulis. Kesulitan dalam proses pembelajaran ini dia alami hingga lulus SMA, pada saat itu karena kurangnya informasi tentang disleksia, maka sejak kecil dia bisa dikatakan tidak mendapatkan konseling dokter atau perlakuan medis lainnya. Butuh proses yang cukup lama untuknya sampai dia benar-benar menemukan bidang bakat yang dia minati sebagai karirnya sekarang ini.
Kita kembali kepengertian disleksia. Disleksia adalah gangguan yang dialami seseorang dalam membaca, menulis, mengeja, ataupun berbicara. Disleksia dapat diketahui pada anak-anak usia dini, sebelum anak-anak memasuki sekolah, dan saat anak-anak dimasa sekolah. Pada usia dini biasanya salah satu hal yang dapat dilihat saat anak mulai berjalan tanpa melalui proses merangkak atau masa berbicara anak yang terlambat.Â
Pengenalan anak disleksia dapat juga terlihat saat anak mulai memasuki masa-masa sekolah, biasanya diikuti dengan ciri-ciri seperti mengalami kesulitan dalam membaca, mengeja, dan menghapal. Kesulitan-kesulitan ini pastinya memberikan efek terhadap tingkat pemahaman anak yang rendah terhadap pelajaran, dengan pemahaman yang rendah pasti akan berpengaruh pada nilai hasil belajar di sekolah.
 Anak-anak dengan disleksia pada umumnya akan memiliki nilai-nilai yang kurang baik pada pelajaran sekolah, akan tetapi bukan berarti bahwa anak disleksi bodoh. Mereka hanya memerlukan perlakuan yang khusus untuk memahami pelajaran karena penanganan anak disleksia tidak sama dengan anak-anak yang terlahir normal. Dengan mengubah teknik pengajaran terhadap anak, adalah salah satu solusi yang bisa diterapkan. Guru dan orang tua khusunya harus bertindak lebih dalam memberikan perhatian.
Tantangan terberat bagi anak-anak disleksia adalah lingkungan sekitar. Jika anak-anak berkembang dengan lingkungan yang mendukung, maka akan sangat membantu dalam mencari jati diri anak. Untuk penjelasan tentang lingkungan sosial, saya akan menulis berdasarkan pengalaman dari salah satu keluarga yang memiliki disleksia. Â Saat menulis artikel ini, ada beberapa pertanyaan yang saya tanyakan:
1.Apakah Anda tahu apa itu disleksia?
" Tidak tahu, apa itu?" ( lalu saya menjelaskan tentang disleksia kepadanya)
2.Bagaimana dukungan keluarga dan lingkungan dengan gejala-gejala disleksia yang dialami?
" Tidak ada pengalaman yang buruk, khususnya di sekolah. Meskipun saya lambat dalam memahami pelajaran bahkan tidak naik satu kelas, teman-teman tidak ada yang berkata kasar atau membully. Saya sih percaya diri saja.. ya meski kadang merasa berbeda, tapi sejauh ini semua baik-baik saja"
3.Apa ada perlakuan tidak adil dilingkungan sosial?
" Seingat saya tidak ada, teman-teman juga baik"
4.Pengalaman buruk apa yang sering dialami?
" Apa ya,.. Tidak ada"
5.Apa pekerjaan sekarang?
"Saya bekerja sebagai karyawan Salon"