Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang karyawan swasta

Segala Sesuatu Ada Masanya, Ikhlas dalam Menjalaninya disertai dengan Pengucapan Syukur.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[CLICK] Seorang Lelaki dengan Ibunya

24 Oktober 2015   07:18 Diperbarui: 24 Oktober 2015   08:01 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Laki-laki yang berbaju biru ini berbincang akrab dengan ibunya/dokpri"][/caption]

Biasanya kalau naik commuter line pada saat berangkat kerja, adalah biasa kalau melihat orang-orang berdesakan di dalam gerbong kereta. Mungkin sudah menjadi pandangan yang biasa, jika mendapati mayarakat yang memaksa masuk ke dalam gerbong walau pun sebenarnya di dalam gerbong sudah penuh sesak. Tapi bagi mereka yang mengejar waktu untuk masuk kerja, hal tersebut pasti diabaikan, yang penting bisa masuk kerja tepat pada waktunya.

Bersyukur jika naik commuter line pada hari Sabtu, kepadatan yang biasa terlihat, pada hari ini begitu lenggang. Bagi kita yang berangkat kerja pasti mendapatkan tempat duduk jika berangkat dari stasiun Bogor atau pun stasiun Cilebut sekalipun. Sesuatu yang sangat mustahil terjadi pada hari Senin sampai hari Jumat. Hari ini pun saya mendapatkan tempat duduk, yang mungkin hanya bisa nikmati seminggu sekali.

Situasi yang lenggang ini, membuat saya dapat menikmati tingkah laku para penumpang commuter line. Seperti biasa, ada penumpang yang terlelap dengan masker di wajah, ada yang sibuk dengan gadgetnya, dan tentu ada juga yang menikmati perjalanan dengan membaca koran harian.

Di antara sekian penumpang yang segerbong dengan saya, saya mendapati seorang laki-laki yang naik dari stasiun Bogor bersama dengan seorang wanita tua, yang belakangan baru saya tahu bahwa wanita tersebut adalah ibundanya. 

Sepanjang perjalanan terlibat percakapan antara laki-laki tersebut dengan ibunya, tampak sangat akrab antara keduanya. Terlihat sekali-sekali mereka tertawa diantara percakapan mereka, entah apa yang mereka perbincangkan, karena suara mereka hanya sayup-sayup terdengar diantara suara deru commuter line.

Tapi bukan percakapan mereka yang penting buat saya, tetapi sikap laki-laki tersebut kepada ibunya sungguh menarik perhatian saya. Sepanjang perjalanan sikap laki-laki tersebut kelihatan sangat menghormati ibunya. Dari gestur tubuhnya, tampak bahwa laki-laki ini sangat mencintai ibundanya. Suatu hal yang sudah jarang terlihat pada saat ini.

Kita sering mendengar banyak anak yang rela memasukkan ibunya di panti werdha hanya karena sang anak tidak punya waktu untuk memperhatikan kehidupan orangtuannya, atau mungkin sang anak sudah tidak sanggup tinggal serumah dengan ibunya yang pikun atau pun cerewet. Itulah kenyataan masa kini. 

Atau pun sering kita lihat si anak membunuh ibunya, hanya karena permintaannya untuk membeli sebuah sepeda motor tidak dipenuhi oleh sang ibu yang tidak mempunyai uang yang cukup. 

Penampakan di commuter line hari ini, sangat menyejukkan bagi saya. Karena masih ada seorang laki-laki yang begitu menghormati dan mencintai ibunya. 

Salam,

 

*DanSet*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun