Mohon tunggu...
Danri Agus Saragih
Danri Agus Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Social Antropology

Setiap Individu adalah bagian komunitas Budaya. Hargailah setiap Budaya yang ada, maka kamu sudah menghargai Manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pariwisata Danau Toba Bukan Hanya tentang Berkunjung

10 Januari 2021   12:43 Diperbarui: 16 Mei 2021   14:54 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mata Pencaharian

Sistem pendidikan masyarakat lokal didaerah Danau Toba, masih tergolong rendah karena masih banyak yang hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) dan Sekolah Menengah Atas ( SMA ). Orang - orang yang memiliki tamatan dari Universitas atau bergelar Sarjana, sebagian besar pergi merantau keluar Sumatera Utara, dan hanya sedikit yang mengabdi bagi tanah Batak. Putra - putri daerah yang telah menempuh pedidikan tinggi, lebih memilih meninggalkan kampung halaman dengan alasan peluang kerja dan karir.

Masyarakat yang tinggal menetap di daerah pinggiran Danau Toba, sebagian bekerja sebagai petani. Petani di daerah pinggiran Danau Toba, mengeluh akan situasi tanah yang tidak baik dan berbatu - batu. Hanya tanaman - tanaman tertentu dan terbatas yang bisa tumbuh. 

Salah satu tanaman yang banyak terlihat di pinggiran Danau Toba adalah Mangga, padi dan bawang. Pohon mangga yang ditanam masyarakat pun, jumlahnya hanya terbatas dan sangat kurang untuk kebutuhan ekonomi keluarga yang harus menyekolahkan anak. Tanaman bawang, para petani tidak selamanya bisa bertahan dengan tanaman bawang, karena kualitas tanah yang tidak lagi cocok apabila ditanami bawang selalu. Tanaman padi masih cukup dan sangat membantu, untuk sebagian wilayah pinggiran Danau Toba.

Danau Toba sebagai destinasi Super Prioritas, pemerintah akan membuka persaingan antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang dengan modal ilmu pengetahuan yang baik, beserta ekonomi yang baik juga, tentunya akan mudah bersaing dengan masyarakat lokal. Masyarakat lokal untuk membuka usaha, masih sangat minim akan modal ekonomi dan kurang akan ilmu pengetahuan berwirausaha.

Masyarakat lokal masih sangat penting dampingan dari pemerintah, dalam hal ikut andil dalam pengembangan destinasi pariwisata Danau Toba. Apa bila pemerintah hanya membuka persaingan terbuka, tanpa memposisikan atau membentuk masyarakat lokal sebagai individu yang siap untuk bersaing, tentunya akan terjadi kesenjangan sosial, antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang.

Konflik

Proses pembukaan lahan untuk pengembangan pariwisata Danau Toba diwarnai kericuhan di desa Sigapiton, kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir. Kaldera Toba Nomadic Escape yang diwacanakan akan dibangun resort dan hotel dilokasi desa Sigapiton. Masyarakat menolak pembukaan lahan tersebut, karena mereka mengklaim tanah tersebut sebagai tanah ulayat.

Perlawanan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak pemerintah, berujung aksi buka baju oleh kaum ibu - ibu. Sikap para ibu - ibu tersebut, menandai tidak semua masyarakat Batak didaerah Danau Toba mendukung sikap dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata Danau Toba. Perlawanan yang ditunjukan oleh kaum ibu -- ibu didesa Sigapiton, bukti kelompak kaum perempuan yang mempertahankan hak mereka, bersikukuh mempertahankan tanah nenek moyang mereka.

Tanah ulayat dalam budaya Batak, sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat petani. Selain sebagai sumber ekonomi, tanah ulayat adalah sebagai identitas budaya. Teritorial tanah ulayat dalam masyarakat Batak, menunjukkan kekuasaan (Klen/Marga) tertentu oleh pendahulu mereka. Jauh sebelum sistem pemerintahan terbentuk, tanah ulayat menjadi saksi bagi masyarakat Batak sebagai daerah kekukasaan nenek moyang mereka, yang mempunyai nilai dan makna.

Tidak hanya tentang konflik antara masyarakat dan pemerintah saja, yang terjadi di daerah Danau Toba. Penelitian Andrew Causey (Antropolog) dalam bukunya yang berjudul Danau Toba, terjadi penolakan masyarakat Batak terhadap wisatawan asing yang berpakaian "seksi". Masyarakat didaerah Danau Toba masih sangat memegang teguh, cara berpakaian yang sopan dalam perspektif budaya Batak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun