Mohon tunggu...
Danri Agus Saragih
Danri Agus Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Social Antropology

Setiap Individu adalah bagian komunitas Budaya. Hargailah setiap Budaya yang ada, maka kamu sudah menghargai Manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Kehidupan Petani dari Aspek Budaya

27 Agustus 2020   02:20 Diperbarui: 27 Agustus 2020   14:34 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan di artikan sebagai sebuah proses pengubahan sikap atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. 

Mereka yang memiliki gelar akademik, belajar dengan proses pelatihan dan didikan dengan jangka waktu yang berbeda-beda, dan di bimbing oleh seorang yang ahli dalam bidang tertentu.

Bagaimana dengan petani? Apakah petani juga berpendidikan? Jika bertolak ukur dari gelar akademik akan ada dua jawaban yang berbeda, yaitu berpendidan dan tidak berpendidikan. Tetapi jika kita pandang tidak dari gelar akademik, maka jawabnya hanya satu yaitu berpendidikan. Pendikan tidak bisa dipandang hanya lewat gelar akademik, karena sejatinya ilmu pengetahuan tidak diwujudkan dari gelar akademik, tetapi terwujud dari sebuah aktualisasi.

Petani desa adalah sekelompok indvidu, yang belajar secara otodidak lewat pengalaman pengalaman hidup. Seorang petani belajar dengan pengetahuan lokal (etnosains), dalam bertani. Pengetahuan lokal ini di dapatkan dari pengalaman bertani. Seorang petani belajar dari pengalaman pendahulunya, dan dari pengalaman kegagalanya dalam bertani, untuk meningkatkan kualitas bertaninya.

Beberapa pembelajaran dari pengetahuan lokal petani adalah, rasa kekeluargaan dan menjaga llingkungan, yang berbentuk sebuah kearifan lokal. Seperti kearifan lokal suku Arfak di Papua, yaitu igya ser hanjop, ini adaalah sebuah pengetahuan tentang menjaga kelestarian hutan. dalam budaya Simalungun yang merupakan salah satu sub etnis Batak, ada namanya marharoan bolon. Marharoan bolon adalah salah satu pengetahuan tentang kebersamaan-gotong royong masyarakat dalam panen padi. Dua hal tersebut adalah nilai pendidikan dalam membentuk rasa tolong menolong, dan kebijkasanaan dalam menjaga alam.

Selain belajar dari pengetahuan lokal, aktualisasi diri seorang petani dalam mencapai hasil panen yang baik, dilakukan dengan rasa emosional untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Rasa emosional untuk memenuhi ekonomi keluarga dalam bertani, sebuah hal yang tidak bisa di dapat lewat dunia akademik. Rasa emosional ini menjadi salah satu, faktor pendorong bagi petani untuk meningkatkan mutu pertanian dengan tujuan hasil panen yang lebih baik.

Pengetahuan-pengetahuan lokal petani tersebut, terbukti sangat berkualitas untuk diterapkan dalam dunia pendidikan formal. Petani memang tidak memiliki gelar akademik, tetapi mereka juga orang berpindidikan yang memiliki ilmu pengetahuan. Hanya petani belajar dengan cara belajar dari pengetahuan lokal. Seorang yang memiliki gelar akademik, belum tentu lebih baik, dari petani yang belajar dengan pengetahuan lokal dalam bertani.

Regenerasi Petani

Untuk menjaga keberlangsungan sesuatu hal adalah salah satunya harus ada regenerasi (penerus). Ada beberapa hal penghambat regenerasi dalan dunia pertanian.

  1. Tuntutan pendidikan

Bagi masyarakat desa, untuk mendapatkan gelar akademik harus bersekolah di luar tempat tinggal mereka. Tidak sedikit anak-anak petani bisa bersekolah di desa mereka, hanya sampai sekolah dasar saja. 

Apabila ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, seperti SMP dan SMA, harus pergi ke pusat kecamatan dan pusat kabupaten. Aktivitas bersekolah di luar desa, tentunya memakan waktu dan sebagian dari mereka harus tinggal dengan sistem kos. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun