Mohon tunggu...
Danny Wibowo
Danny Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa semester 3

Punten

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Selalu Ada Selalu Bisa" Apakah Itu?

9 Maret 2021   18:46 Diperbarui: 9 Maret 2021   19:25 2760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: Youtube.com/Tokopedia)

Dari zaman ke zaman, perubahan yang terjadi di dunia ini sangat pesat, tak lain adalah tak bukan adalah dampak dari globalisasi. Penyeberan internet adalah salah satu contoh dampak globalisasi yang telah mengubah perhatian masyarakat terhadap pengaruh media baru. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) melahirkan  yang namanya istilah digitalisasi, menurut Sukmana (2005 dalam Sitokdana, 2015: 100) Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, ataupun video dalam bentuk digital. Proses digitalisasi membutuhkan perangkat keras seperti computer, laptop, dan alat pemindai (scanner) dan perangkat lunak (software) yang mendukung.

Dengan adanya istilah digitalisasi ini, kebudayaan yang ada di masyarakat berubah dan beradaptasi menyesuaikan perkembangan jaman. Digitalisasi kebudayaan adalah suatu gagasan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang kebudayaan, utamanya dalam hal pengelolaan, pendokumentasian, penyebarluasaan informasi dan pengetahuan (Sitokdana, 2015: 99). Contoh digitalisasi adalah kegiatan menulis yang dahulu hanya bisa dilakukan dengan pulpen dan kertas, sekarang bisa dilakukan lewat gawai atau perangkat komputer atau proses berbelanja yang dahulu hanya bisa dilakukan dengan menghampiri langsung penjual sekarang bisa dilakukan secara daring dengan menggunakan gawai atau perangkat komputer yang terhubung dengan koneksi internet.

Dari banyaknya contoh digitalisasi, penulis akan memfokuskan pada produk digital dalam sektor bisnis atau jual beli, yaitu Tokopedia. Tokopedia adalah salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, e-commerce adalah aktivitas penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa yang dilakukan melalui media elektronik. Lahirnya Tokopedia di era digital ini telah mampu membantu banyak orang dalam aktivitas jual beli dan mengubah kebudayaan jual beli yang tadinya dilakukan secara konvensional menjadi dapat dilakukan secara daring.

Pada tulisan kali ini, penulis akan membahas representasi kemudahan berbelanja dalam Tagline atau slogan "Selalu Ada Selalu Bisa" oleh Tokopedia dengan menggunakan konsep Circuit of Culture dari Stuart Hall. Secara sederhana, representasi dapat dimaknai sebagai produksi makna melalui bahasa (Junifer, 2016: 111). Dalam representasi, ada sesuatu yang ingin ditunjukkan atau diinformasikan untuk mengkomunikasikan sebuah gagasan atau konsep, dalam hal ini penulis akan membedah representasi menggunakan kata-kata yang dipilih dalam iklan Tokopedia "Selalu Ada Selalu Bisa di Tokopedia!" yang berdurasi 30 detik diunggah pada tanggal 13 Oktober 2020.

"Pengen sampo murah
kalo aku sampo mewah
Beli di Tokopedia
selalu ada selalu bisa"

Jika pembeli menginginkan harga yang murah sampai yang mahal barang, di Tokopedia selalu ada.

"Pengen sampo today
sampo bayi bebas ongkir
Beli di Tokopedia
selalu ada selalu bisa"

Jika pembeli menginginkan gratis ongkos kirim, Tokopedia menyediakannya.

"Beli sampo warna bayarnya di tempat
Nyicil sampo salon di Tokopedia aja"

Apabila pembeli menginginkan sistem pembayaran di tempat atau menggunakan sistem cicilan, Tokopedia juga menyediakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun