Mohon tunggu...
Politik

Kawan Lama Indonesia

25 Februari 2018   14:36 Diperbarui: 25 Februari 2018   16:02 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rusia merupakan pecahan dari negara Uni Soviet pada masa Perang Dunia II. Negara ini merupakan salah satu negara adidaya yang dapat menyaingi Amerika Serikat hampir di semua bidang, termasuk Sumber Daya Nuklir. Bukan tidak mungkin negara-negara berkembang di seluruh dunia berniat untuk menjalin kerja sama dengan Rusia. Salah satunya Indonesia.

Indonesia pertama kali menjalin kerja sama dengan Uni Soviet pada bulan Mei 1950. Kerjasama ini terjalin karena tahun 1946 dan tahun 1949, terjadi peristiwa Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Hal ini merupakan suatu hal yang dapat mengganggu perdamaian dunia. Tanggal 21 Januari 1946, pada pertemuan DK PBB, Uni Soviet mengangkat masalah mengenai Indonesia dan Agresi Militer Belanda yang  mengancam perdamaian dan keamanan. 

Uni Soviet menghimbau DK PBB untuk segera melakukan langkah-langkah yang tepat untuk segera menghetikan tindakan Belanda tersebut. 4 tahun setelah Indonesia merdeka, Belanda kembali melakukan agresi militernya. Kali ini Uni Soviet sangat mengecam tindakan itu dan menyerukan kepada seluruh dunia untuk mengakui kemerdekaan Negara Indonesia.

Pada bulan Mei 1950 Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh N. Palar dengan anggotanya terdiri dari Yusuf Wibisono, Yamin dan Hadinoto berkunjung ke Moskow untuk melakukan perundingan dan hasil dari perundingan tersebut disampaikan pada Sidang Kabinet yang dihadiri Presiden Soekarno, 16 Mei 1950, yaitu kesepakatan untuk saling membuka Kedutaan Besar dan tanggapan positif Uni Soviet mengenai masuknya Indonesia menjadi anggota PBB.

Setelah peristiwa tersebut, hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet semakin lama semakin erat. Petinggi negara dari kedua negara ini saling mengunjungi satu sama lain. Pada tanggal 28 Agustus-12 September 1956 Presiden Soekarno berkunjung ke Moskow. Pada bulan Februari 1960 Perdana Menteri Nikita Khuschev berkunjung ke Indonesia. Dari berbagai kunjungan itu, terjalinlah kerja sama dalam berbahai bidang. 

Contohnya : Bidang ekonomi, sosial, politik, militer, dan kesehatan. Dari kerja sama itu, dapat dilihat dampaknya bagi Negara Indonesia. Beberapa diantara hasil kerja sama itu terbentuklah: Rumah Sakit "Persahabatan", stadion "Gelora Bung Karno", Hotel Indonesia, pembangunan jalan, jembatan dan bandara di sejumlah daerah di Indonesia, pembangunan pabrik-pabrik, dan lain sebagainya.

Namun pada tanggal 25 Desember 1991 Uni Soviet dinyatakan bubar akibat dari Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. 3 hari setelahnya, Uni Soviet melalui Menteri Luar Negerinya Andrei Vladimirovich Kozyrev, mendapat surat dari Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas yang mengakui secara resmi bahwa Federasi Rusia merupakan pengganti yang "sah" dari Uni-Soviet. Maka pada tahun 1990-an sampai sekarang, kedua negara ini saling bekerja sama baik di bidang ekonomi, politik, militer, dan perdagangan.

Sekarang pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan diplomatik antara Indonesia-Rusia menjadi lebih luas. Pada tanggal 18 Mei 2016, Indonesia-Rusia akan menandatangani kesepakatan pemasokan senjata di sela-sela KTT Rusia-ASEAN. KTT ini diselenggaran selama dua hari di resor Laut Hitam, Sochi. Rusia menawarkan pasokan senjata dan amunisinya dalam jumlah yang dirahasiakan. Rusia menginginkan agar produksi amunisi dilakukan di Indonesia dan memperbolehkan Indonesia untuk memproduksinya sendiri tetapi harus di bawah lisensi Rusia. Sedangkan Indonesia menginginkan pesawat jet tempur jenis Sukhoi Su-35 milik Rusia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Racudu.

Pada tanggal 31 Mei 2016, Indonesia-Rusia juga melaksanakan kerja sama di bidang intelijen. Hal ini merupakan pertanda baik bagi kedua negara. Kesepakatan ini terjadi lantaran Indonesia dan Rusia belajar dari pengalaman pada tahun 1960-an dimana mata-mata CIA mengetahui proses transaksi jual-beli antara Indonesia-Rusia di bidang militer. Mata-mata Rusia ini berhasil mendapat data yang sangat akurat, baik dari segi finansial yang dikeluarkan Indonesia untuk Rusia dan jumlah barang yang diberikan Rusia untuk Indonesia.

Kerja sama antara Indonesia-Rusia ini didasari dari konfik yang ada di negara masing-masing. Salah satu yang paling hangat adalah isu terorisme. Ancaman terorisme setiap hari semakin meningkat, baik ancaman dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dua negara ini sangat terkenal di dunia. Indonesia dikenal sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, sedangkan Rusia dikenal dengan negara adidaya yang bersaing dengan Amerika Serikat. Fakta ini menunjukkan bahwa kedua negara ini sangat rentan akan isu-isu terorisme dan spionase. Diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

Daftar Pusaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun