Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Pemimpin atau Pelayan ?

20 Oktober 2021   09:47 Diperbarui: 20 Oktober 2021   09:49 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Siapakah dari anda yang mau jadi pemimpin? Pasti jika pertanyaan ini diajukan kepada kita, mungkin sebagian besar orang pasti akan langsung mengangkat tangannya.

Akan tetapi, bagaimana jika kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, siapakah diantara anda yang mau jadi pelayan? Tentu tidak banyak orang yang akan mengacungkan tangannya, seperti pertanyaan pertama tadi.

Hal ini tentu bukan hal yang mengherankan, karena mana ada orang bercita-cita menjadi pelayan yang disuruh-suruh, pasti mereka semuanya mau jadi pemimpin bukan? Karena yang akan menyuruh bukan pelayan tetapi seorang pemimpin.

Lebih mudah untuk "menjadi" seorang pemimpin dibandingkan "melakukan" kepemimpinannya. Menjadi seorang pemimpin berbicara soal status atau jabatan, akan tetapi ketika menjalankan tugas tentu yang dilihat adalah kompetensi serta kemampuan  mempengaruhi.

Jika kita merenungkan lebih dalam, memimpin itu bukan bicara tentang kekuasaan, tetapi justru bicara tentang melayani. Dengan demikian, menjadi seorang yang berstatus pemimpin itu seharusnya mendengar apa yg menjadi masukan dan keluhan bawahan.

Mendengar keluhan dan masukan dari orang lain untuk kemudian dilakukan, bukankah itu adalah tugas seorang pelayan bukan pemimpin? Sebagai contoh, ketika kita pergi ke tempat makan, lalu kita mengeluh tentang makanan atau minuman yang kita pesan, dan memprotesnya, bukankah kita protes langsung saat itu kepada pelayannya?

Itulah mengapa kita belajar bahwa pemimpin itu harus melayani dan bukan dilayani. Memang secara status dia adalah pemimpin, akan tetapi, tugas utamanya justru bukan memimpin dengan memerintah tetapi dengan melayani.

 Ketika seorang pemimpin dapat melayani maka hal tersebut justru menunjukkan kerendahan hati yang dimilikinya. Alih-alih merendahkan, justru sebaliknya bawahan pasti akan makin hormat dan respek, karena mereka memiliki pemimpin yang mau untuk melayani dan bekerja bersama dengan mereka bukan semata memerintah saja.

Tidak mudah memang menjadi seorang pemimpin, karena pasti tuntutannya lebih banyak dibandingkan hanya menjadi bawahan saja. Seorang bawahan dapat dengan mudah memprotes kebijakan pemimpinnya dan bahkan dapat memberikan solusi yang terlihat masuk akal dan logis, tetapi ternyata tidak mudah diterapkan saat dirinya menjadi seorang pemimpin.

Ketika menjadi seorang pemimpin yang merupakan status saja butuh perjuangan, apalagi harus memimpin orang lain, tentu lebih berat lagi. Meski demikian, bukan berarti menjadi seorang pemimpin itu merupakan hal yang tidak menyenangkan, namun justru sebaliknya itu adalah hal yang juga menyenangkan.

Selayaknya dua sisi dalam mata uang koin, ada angka dan gambar, demikian pula dengan seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Ada waktu ketika harus teguh dan kuat dengan kebijakan yang sudah diputuskan, namun ada waktu juga untuk mendengarkan masukan, aspirasi bahkan keluhan dari bawahan terhadap hasil dari pelaksanaan kebijakan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun