Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kenyamanan Ternyata Bisa Menjatuhkan

4 Juni 2021   10:22 Diperbarui: 4 Juni 2021   10:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tidak suka dengan kenyamanan? Bukankah hal itu yang dikejar sebagian orang sampai mereka bekerja keras dalam kariernya demi mendapatkan sebuah kenyamanan?

Hidup dalam kenyamanan menjadi salah satu hal yang biasanya menjadi jawaban seseorang ketika dia ditanya, apakah yang dicari dalam hidup ini. Memiliki harta pribadi yang lengkap yaitu pekerjaan mapan, rumah pribadi, mobil pribadi, tabungan pribadi, dll, menjadi ukuran bagaimana seseorang dikatakan telah mendapatkan kenyamanan dalam kehidupan ini.

Hal ini karena ukuran secara umum tentang kenyamanan adalah harta kekayaan atau bisa juga status / jabatan. Memiliki salah satu saja dari sudah membuat orang nyaman apalagi jika kedua hal tersebut dapat dimiliki, wah ibaratnya mungkin orang ini akan berkata ingin hidup lebih lama untuk menikmati kenyamanan yang dimilikinya. 

Akan tetapi, tahukah kita bahwa ketika seseorang berada dalam zona nyaman justru disitulah dia perlu berhati-hati, karena jika tidak itu bisa saja menjadi awal dari kejatuhannya. Seorang yg berada dalam zona nyaman, biasanya tidak ingin adanya perubahan yang mendasar dalam kehidupannya, dan hanya ingin segala sesuatu berjalan seperti biasanya saja. 

Zona nyaman ini bukan hanya bicara soal memiliki harta saja seperti disebutkan di awal tulisan ini, tapi juga ketika berada dalam sebuah rutinitas, misalnya dalam pekerjaan kita. Jika sudah berada dalam zona nyaman, maka tidak mudah bagi kita untuk mengerjakan sesuatu yg berbeda dari biasanya atau istilahnya melakukan perubahan-perubahan kecil, apalagi melakukan suatu inovasi.

Ibaratnya jika digambarkan dalam sebuah grafik timeline, maka situasi zona nyaman itu akan membuat seseorang berada pada suasana stagnan dan biasanya ujung dari hal tersebut bukan justru naik tapi malah turun atau jatuh. Seringkali situasi ini tidak disadari seseorang dalam pekerjaan yang sudah rutin dilakukannya, dan ketika ada ide atau masukan baru, maka yang muncul adalah penolakan.

Jika hal ini terus terpelihara maka besar kemungkinan dampaknya tidak hanya bagi individu orang tersebut tapi juga organisasi atau perusahaan dimana dia meniti kariernya. Tentu saja hal ini menjadi sebuah kerugian layaknya sebuah efek domino yang akan berimbas kepada hal-hal lainnnya.

Lalu bagaimana solusi yang harus dilakukan? Pertama, belajarlah untuk terbuka dengan perubahan dari mulai hal-hal yang kecil atau sederhana. Kedua, milikilah mindset untuk terus belajar hal-hal lain diluar dari kegiatan rutinitas yang kita lakukan, misal daripada nonton televisi, main gadget atau handphone terus, cobalah untuk menggantikannya dengan membaca buku, berkebun, mencoba resep masakan, berolahraga ataupun menulis seperti yang saya juga lakukan di kompasiana ini.

Ketika kita berkomitmen memulai dari hal-hal kecil atau sederhana, maka tanpa sadar perubahan-perubahan kecil yang kita lakukan akan menjadi sebuah perubahan besar nantinya. Jika hal tersebut kita konsisten melakukannya maka tanpa sadar kita sebenarnya sedang menarik diri keluar dari zona nyaman hidup kita. 

Zona nyaman itu menyenangkan tapi jangan hidup selamanya dalam kenyamanan tersebut

4 Juni 2021

-dny-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun