Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Itu Sebuah Perjalanan Kehidupan

2 Januari 2021   09:06 Diperbarui: 2 Januari 2021   09:15 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Akhirnya 2 buku  selesai juga aku membacanya di waktu liburan ini," seolah-olah saya memiliki hutang dan bersyukur bisa melunaskannya, padahal hanya membaca buku.  Saya tidak tahu bagaimana dengan kawan pembaca lainnya, apakah mengalami seperti yang saya alami atau justru memang saya saja yang memiliki sifat menunda untuk menyelesaikan sebuah bacaan. 

Membaca kelihatannya merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena kita pasti sering melakukannya minimal membaca berita atau artikel seperti yang saya tulis ini. Akan tetapi, untuk membaca ternyata membutuhkan suatu perjuangan dan bukan hal yang mudah untuk dilakukan, karena ibaratnya membaca itu seperti sebuah perjalanan kehidupan dari awal kita bisa membaca hingga saat ini.

Membaca memang menjadi hobi sejak kecil, karena seingat saya ketika masih duduk di sekolah dasar dan sudah bisa membaca, apapun yang ada di rumah saya baca. Beruntung saat itu, orang tua saya langganan koran (pada masa saya SD belum ada internet apalagi handphone), maka jadilah saya menyukai berita dan artikel karena hampir tiap hari membaca koran.

Makin beranjak remaja, koran tetap menjadi bacaan "wajib" saya dan mulai membaca buku dalam bentuk komik atau bergambar. Beberapa yang saya sangat sukai bacaan komik itu adalah komik wayang seperti Mahabharata dan Ramayana. Meski ada yang berbentuk tulisan tanpa gambar, namun saya lebih tertarik untuk membaca yang berbentuk komik karena saya orang yang visual sehingga mudah untuk membayangkannya. 

Menjadi seorang mahasiswa, merupakan titik balik saya untuk dipaksa membaca buku tanpa gambar, karena merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan. Tentu bukan bukan hal mudah dan butuh perjuangan, namun karena sedari kecil suka membaca maka kesulitan tersebut tidak terlalu lama untuk saya jalani. Hal inilah yang kemudian makin membuka pemikiran saya bahwa ternyata bacaan dalam bentuk tulisan tanpa gambarpun tetap dapat membuat saya berimajinasi bahkan bisa mengajarkan banyak hal yang tanpa saya pikirkan sebelumnya.

Membaca itu seperti membuka dunia imajinasi kita, sehingga seperti berada dalam alam yang dibawa oleh penulis artikel ataupun buku tersebut. Tanpa sadar, kita seolah menjadi seseorang yang mungkin diajak untuk memiliki gagasan seperti yang penulis buku tersebut atau kita menjadi seorang yang sedang diceritakan dalam buku atau novel yang kita baca.

Hal yang makin membuat saya bersyukur adalah mantan pacar yang sekarang menjadi istri saya juga memiliki kesukaan yang sama yaitu membaca. Kesukaan pada membaca inilah yang menjadikan kami sering pergi ke pameran buku atau ke toku buku dan membeli buku yang disukai, meski terkadang menunggu waktu jika ada diskon atau potongan harga. 

Pengalaman menarik kami diantaranya menghabiskan ratusan ribu dalam satu hari pada suatu pameran buku karena diskon yang diberikan cukup besar. Hal ini karena prinsip yang kami miliki adalah yang penting bukunya dibeli dulu membacanya bisa kemudian, karena tidak ada batas kadaluarsa seperti halnya jika membeli makanan. Alhasil rumah kami penuh dengan buku bukan barang-barang lainnya atau pajangan yang mungkin lebih menarik untuk dilihat.

Beberapa tahun lalu, kami sempat pindah rumah dan yang membuat kami kaget adalah barang-barang yang paling banyak harus dibereskan adalah buku dan bukan pakaian atau barang pajangan lainnya. Dengan kata lain, buku menjadi salah satu harta berharga yang kami miliki dimana jika ditotal nilai atau harganya mungkin bisa membeli kendaraan meski tidak baru atau second. 

Seperti yang saya tulis di awal bahwa saya menyelesaikan membaca buku yang memang sudah lama kami beli tapi belum sempat membacanya, karena kesibukan pekerjaan (terkadang menjadi sebuah alasan saja bagi saya untuk tidak membaca). Meski demikian, membaca ternyata bukan sebuah hal yang mudah dilakukan, karena membaca bagaikan sebuah perjalanan kehidupan, akan tetapi kita menyadari bahwa kita membutuhkannya. 

Membaca bukanlah proses yang selesai ketika sudah membaca satu buku, namun justru akan membuat kita "ketagihan" untuk melanjutkan pada buku lainnya, mungkin juga dengan tema lainnya dan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir. Bukankah membaca bagian dari kita untuk menjadi seorang manusia pembelajar selain juga menulis dan berhitung, seperti yang kita lakukan sejak dahulu yaitu calistung (baca-tulis-hitung). 

2 Januari 2021

-dny-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun