Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Kita Itu seperti Kepingan Puzzle

7 April 2020   10:37 Diperbarui: 7 April 2020   10:57 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah anda melihat sebuah puzzle atau memainkannya sehingga menjadi suatu gambar yang utuh? Jika berhasil untuk menyelesaikannya pasti ada rasa kepuasan tersendiri yang mungkin kita akan rasakan, sehingga tampak gambar seperti apa yang akan muncul dari setiap keping puzzle tersebut. 

Akan tetapi, bagaimana jika dari puluhan ataupun bahkan ratusan keping puzzle tersebut ada 1 saja yang hilang? Hal apa yang kira-kira akan muncul dalam benak anda, tetapkah akan merasa puas? Bisakah anda tetap berdamai dengan diri anda ketika gambar tersebut memang sudah terlihat namun masih ada 1 saja yang bolong atau kosong karena sekeping puzzle yang hilang?

Hidup kita sebenarnya bagaikan sekeping puzzle bagi orang lain, lingkungan tempat pekerjaan kita atau komunitas lain yang kita ikuti di dalamnya. Tidak akan bisa kita berbuat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yaitu butuh bantuan orang lain. Tidak peduli sekeping puzzle itu besar atau kecil, namun ketika ada satu saja yang hilang, rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka yang terjadi ialah gambaran utuh sebuah organisasi atau komunitas tidak akan sempurna. 

Pernahkah mendengar istilah rumput tetangga lebih hijau dibandingkan dengan rumput kita sendiri? Secara tidak langsung hal ini bisa dimaknai kita terkadang memandang orang lain lebih hebat dibandingkan dengan diri kita, sehingga kita tidak bisa melakukan seperti yang dia bisa lakukan. 

Tanpa sadar kita sedang memandang diri kita itu mungkin tidak terlalu berfungsi, entah itu di komunitas atau organisasi apapun yang sedang kita ikuti. Akan tetapi, tahukah anda jika hal tersebut yang dipikirkan maka secara tidak langsung kita sedang tidak menyadari bahwa hidup kita itu berharga dan Pencipta kita menciptakan pasti memiliki rancangan indah bagi kita dimanapun kita ditempatkan. 

Bayangkan jika dalam suatu organisasi pekerjaan yang kita ikuti adalah sebuah gambar puzzle dan setiap orang yang bekerja masing-masing adalah sekeping puzzle yaitu dengan bagian dan fungsi pekerjaaan (job description) masing-masing, maka tentu visi atau gambar utuh organisasi tersebut tidak akan tampak jika ada sekeping yang rusak, tidak berfungsi atau bahkan hilang. 

Dengan menyadari ilustrasi tersebut, maka kita sebenarnya dapat lebih percaya diri bahwa setiap kita memiliki kemampuan yang unik dan berbeda pemberian dari Sang Pencipta. Menjadi pertanyaan ialah apakah kita sendiri menyadari apakah yang menjadi kemampuan atau kompetensi dalam organisasi yang kita ikuti tersebut? 

Menyadari bahwa kita diciptakan unik dan memiliki bagian selayaknya sekeping puzzle dalam dunia ini, minimal pada organisasi atau komunitas kita, maka sudah seharusnya kita mengucap syukur dan bukannya berkeluh kesah. 

Ibaratnya dalam sebuah negara pasti ada rakyat, pemerintah, DPR, aparat keamanan, lembaga kehakiman, organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan yang masing-masing memiliki bagian dan fungsi masing-masing seperti kepingan puzzle. 

Hanya dengan bekerja sama satu sama lain dan menyadari bahwa setiap puzzle saling membutuhkan untuk dapat terciptanya suatu gambaran utuh, dan bukannya saling menyalahkan serta menganggap dirinya yang paling benar. 

Dalam menghadapi setiap peristiwa atau masalah bersama, maka sadarilah bahwa setiap kita adalah kepingan puzzle dan sekecil apapun peran kita ternyata itu sangat bermakna dan dibutuhkan. Pasti ada kepingan yang memang besar sesuai porsi dan bagiannya, akan tetapi ada juga kepingan yang kecil karena memang itu sesuai dengan bagiannya juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun