Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kasus Jiwasraya Membuat Orang Takut Berinvestasi?

16 Januari 2020   14:46 Diperbarui: 16 Januari 2020   19:06 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Awal tahun 2020 ini tidak hanya banjir air yang menjadi berita utama di berbagai media, tetapi juga terkuaknya kasus dari salah satu perusahaan asuransi PT Jiwasraya, yang notebenenya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kasus ini bahkan sampai menyita perhatian presiden dan juga jajaran menteri yang terkait, karena melibatkan dana nasabah yang mencapai triliunan rupiah. Meski demikian, tulisan ini tidak akan membahas tentang kasus PT Jiwasraya tersebut, tetapi dampaknya terhadap keinginan seseorang dalam melakukan investasi.

"Hemat pangkal kaya" merupakan pepatah yang sering kita dengar sejak dari sekolah. Akan tetapi, tentu tidak hanya dengan hemat saja kita bisa menjadi kaya, tetapi harus memiliki tabungan atau istilah lainnya memiliki investasi. Orang tua akan selalu menanamkan kepada anaknya bahwa mereka harus menabung sejak dari kecil agar tidak hidup boros ataupun jika ingin membeli sesuatu barang, maka menabunglah. Meski demikian, tentu kalau hanya menabung dan mengandalkan bunga bank setiap tahun, tidak akan menambah aset atau penghasilan kita secara maksimal dibandingkan jika kita melakukan investasi.

Menurut KBBI, investasi sendiri memiliki pengertian penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan, sedangkan menabung memiliki makna menyimpan uang di suatu tempat bisa bank atau lainnya (sumber : kbbi.web.id). Dari kedua hal tersebut tentu ada perbedaan antara investasi dengan menabung, khususnya dari segi tujuannya. Ketika menabung, seseorang hanya ingin menyimpan uang atau barangnya di suatu tempat agar aman dan resiko kehilangan tentu minim. Hal yang berbeda jika melakukan investasi, karena tentu ada resiko dari investasi yang dilakukan, entah itu dalam bentuk properti, uang atau yang lainnya dan tentu saja memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.

Kasus asuransi PT Jiwasraya, menurut penulis merupakan bagian dari investasi dan bukan menabung, karena tentu ketika nasabah mengikuti program yang ditawarkan pasti ada keuntungan yang diharapkan pada masa mendatang. Hal yang sama juga dilakukan oleh pihak PT Jiwasraya ketika mengelola perusahaan yaitu untuk mencari keuntungan karena memang tujuannya investasi dan bukan menabung. Tentu ada kelebihan dan kekurangan jika membandingkan apakah harus menabung atau berinvestasi, khususnya resiko yang akan didapat, karena dengan menabung tentu modal kita pasti akan lebih aman, tapi pertambahannya sangat lambat dibandingkan jika kita menginvestasikannya. 

Munculnya kasus PT Jiwasraya ini, tentu membuat sebagian orang akan lebih memilih untuk menabung saja biar aman daripada khawatir akan kehilangan modal (baca : uangnya) jika diinvestasikan. Justru sebaliknya, adanya kejadian ini setiap kita bisa makin mempelajari tentang investasi dan bukannya kemudian menjauhinya, karena dianggap hanya akan membawa kepada kerugian atau kehilangan modal saja. Bukankah penambahan aset secara maksimal akan didapat jika kita berinvestasi dan bukan hanya menabung? Selain itu, dengan kita berinvestasi maka sebenarnya kita juga sedang mempersiapkan masa depan kita dengan baik, karena jika hanya menabung (menaruh dan menyimpan uang di bank) maka bisa jadi modal kita akan tergerus karena inflasi dari nilai mata uang. Sebagai contoh gampangnya, mungkin uang Rp 10.000,- saat ini sudah tidak cukup untuk membeli ayam goreng di warung pecel lele, tetapi nominal yang sama 5 tahun lalu bisa jadi tidak hanya dapat ayam goreng, tapi masih ditambah es teh. 

Hal yang lebih penting  sebelum kita menginvestasikan modal (uang) kita, maka kita perlu juga berinvestasi bagi diri kita sendiri yaitu membaca buku, literatur ataupun juga sharing dengan rekan-rekan yang terlebih dahulu sudah terjun ke dalam dunia investasi. Ibaratnya, sebelum ujian bukankah kita juga harus belajar dan mengenali materinya terlebih dahulu?

Ada banyak instrumen investasi yang sebenarnya dapat kita masuki, misalnya : deposito, reksadana, saham, emas, asuransi unit link, dll. Tentu kasus perusahaan milik negara yang bergerak di bidang asuransi dan investasi di atas jangan juga dijadikan patokan bahwa investasi itu membahayakan. Kenali diri anda, kenali resikonya dan masuki investasi yang sesuai dengan profil resiko yang anda siap untuk masuki. Jadi sekarang pilihan ada di diri anda, apakah hanya mau menyimpan saja (menabung) modal anda atau anda akan menambahkannya dengan menginvestasikannya?

16 Januari 2020

-dny-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun