Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Nature

2019 Tahun Baru dan Energi Ter-(Baru)-kan

5 Januari 2019   15:48 Diperbarui: 5 Januari 2019   16:06 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Orang bilang tanah kita tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman" merupakan sepenggal lirik dari lagu kolam susu dari band legendaris Koes Plus. Tentu bukan sebatas lirik lagu saja yang dinyanyikan namun memang tanah kita (baca: sumber daya alam), merupakan anugerah dari Yang Kuasa karena begitu banyak hal yang terdapat di negeri yang sudah lebih dari 70 tahun merdeka ini. Menyambut tahun politik 2019 ini, dimana bangsa ini akan memilih seorang pemimpin untuk periode lima tahun mendatang, tentu dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki visi untuk mengolah dengan baik sumber daya alam di bangsa ini. 

Seperti yang ditulis oleh bapak Siswono Yudo Husodo (sumber:  kolom opini harian kompas 5 Januari 2019)  bahwa dari data kementrian ESDM ternyata pasokan listrik di Indonesia 95,8 persen dihasilkan dari sumber energi fosil dan "hanya" 4,2 persen dari energi baru dan terbarukan. Tentu saja data ini seharusnya dapat menjadi salah satu program dari pasangan calon pemimpin yang bersaing untuk membuat bangsa ini kembali kepada jati dirinya yaitu memanfaatkan energi terbarukan. Padahal potensi yang kita miliki sangat berlimpah diantaranya panas bumi 29 GW dan PLTA 94 GW dan dari keduanya tidak sampai 10 persen yang sudah dimanfaatkan maupun dioptimalkan.

Pekerjaan Rumah atau PR besar selain infrastruktur dan pembangunan manusia bagi pemimpin Indonesia 5 tahun mendatang adalah bagaimana dapat mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki oleh negeri ini. Bangsa ini tidak hanya memiliki tongkat kayu dan batu saja, tetapi juga sumber daya alam yang melimpah, bahkan ditambah lagi sumber daya manusia yang melimpah yang sering dikenal dengan istilah bonus demografi. Kompetensi tentu amat diperlukan untuk menghadapi kompetisi dalam persaingan global dimana banyak negara-negara lain makin meninggalkan energi fosil dan beralih kepada energi ramah lingkungan. 

Belajar dari negara-negara skandinavia diantaranya Norwegia yang menjadi negara makmur di dunia dan juga salah satu negara produsen minyak bumi. Di negeri tersebut minyak bumi diekspor tetapi mereka justru menggunakan tenaga air untuk mencukupi kebutuhan listrik negaranya. Menarik juga mencermati perkembangan negara-negara yang justru mungkin hanya memiliki sedikit saja sumber daya alam, tetapi dapat menjaga serta mengoptimalkan pemanfaatannya. 

Bangsa Indonesia yang dianugerahi sumber daya melimpah tentu saja seharusnya dapat lebih dari bangsa-bangsa skandinavia ini, apalagi jika didukung oleh kepemimpinan yang memang concern dan memberikan perhatian kepada energi terbarukan ini. Hal ini dikarenakan, pemimpin tentu memberikan teladan serta memiliki rancangan dan visi yang jelas khususnya untuk pemanfaatan energi terbarukan ini, karena biar bagaimanapun seorang pemimpinlah yang memiliki kesempatan untuk membuat kebijakan yang digunakan untuk kesejahteraan raktyat.

Bukan hal yang tidak mungkin jika kita mulai dari saat ini, maka di tahun 2045 atau tepat 100 tahun Indonesia merdeka dimana kita mendapat sumber daya manusia melimpah melalui bonus demografi, kitapun mendapat bonus sumber daya alam optimal yaitu sudah menjadi negara yang mampu mencukupi kebutuhan energi, khususnya listrik dengan menggunakan energi panas bumi, air, angin maupun energi lainnya yang kita miliki secara melimpah. Memasuki tahun 2019 ini, dimana euforia menyambut tahun baru dengan kembang api ataupun perayaan lainnya, maka kitapun harusnya semangat baru menggunakan energi terbarukan, karena seperti penggalan lirik di atas, tanah kita adalah tanah sorga. 

selamat tahun baru, salam kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun