Republik Indonesia adalah rumah bersama bagi seluruh tumpah darah bangsa Indonesia. Siapa yang disebut sebagai Bangsa Indonesia ini beragam dan berbeda-beda identitasnya, baik dari segi agama, suku, etnis, maupun pandangan politiknya.
Untuk itu, Indonesia merupakan rumah bagi keberagaman. Ia bukan milik satu agama, suku, dan etnis saja, melainkan milik semuanya dan untuk semuanya. Diantara satu identitas dengan yang lainnya tak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah, selama Ia warga negara Republik Indonesia maka memiliki kewajiban dan hak yang sama.
Perbedaan harusnya menjadi sumber kekuatan bangsa Indonesia ini, bukan justru menjadi alasan perpecahan. Oleh sebab itu, kita perlu jaga Indonesia ini dari bahaya penyeragaman dan pemaksaan kehendak oleh kelompok identitas tertentu.
Bila ada gerakan yang mengarahkan pada hal demikian, seyogyanya kita tak boleh biarkan karena tak sesuai dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Namun mirisnya, mobilisasi-mobilisasi massa dengan dalih membela agama atau identitas tertentu makin marak akhir-akhir ini. Kita ingat setahun lalu, aksi 'tanggal cantik' 411 dan 212 sempat mewarnai geliat Pilkada Jakarta.
Mereka memanfaatkan sentimen agama untuk tidak memilih gubernur yang tak seagama dengan mereka. Bahkan, menjebloskan seorang mantan Gubernur karena dianggap melecehkan agama mereka.
Pasca itu, mereka masih menggelar aksi-aksi serupa. Bahkan, dalam beberapa pekan ke depan, mereka juga akan menggelar aksi kembali guna mengulang dan memperingati aksi tahun lalu.
Sentimen SARA dengan dalih perintah agama masih menjadi senjata ampuh untuk memobilisasi massa. Padahal kita tahu, di balik itu terdapat banyak kepentingan politik yang bekerja. Tunggang menunggangi terjadi di antara elit. Massa hanya jadi sapi perahan untuk mendapatkan tujuan politik para elit tersebut.
Hal di atas bila diteruskan sebenarnya membawa banyak dampak, terutama pada instabilitas politik dan keamanan di Indonesia. Selain itu juga mempertajam sentimen agama dan isu SARA di masyarakat. Sehingga berpotensi mencabik-cabik kerukunan di masyarakat yang sudah terjalin selama ini. Akibat buruknya, bisa mengarah pada disintegrasi bangsa.
Tentu, kita tak ingin itu semua terjadi di Indonesia yang kita cintai ini. Untuk itu, kita sebagai warganet tak perlu terprovokasi oleh agenda para elit di atas. Apalagi turut serta dalam aksi-aksi yang menggunakan sentimen agama dan akhirnya mengganggu ketertiban umum, yang mana itu skenario besarnya untuk mengguncang pemerintahan yang sah.
Lebih baik energi kita disalurkan pada hal-hal yang positif dan produktif sehingga bermanfaat untuk diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.