Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perseteruan Gus Samsudin vs Pesulap Merah dan Alasan Orang Indonesia Masih Percaya Dukun

3 Agustus 2022   13:33 Diperbarui: 3 Agustus 2022   13:47 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perseteruan antara Gus Samsudin vs Pesulap merah kian memanas. | Sumber: detik.com

Persentase yang mengatakan percaya pada sains dan ilmu pengetahuan naik 10 persen di wilyah Asia Timur (terutama China), Amerika Latin, dan Eropa Timur.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Ketika covid-19 melanda pada awal 2020 lalu, banyak masyarakat kita yang tidak percaya. Beberapa teori konspirasi pun muncul.

Indonesia saat itu menjadi salah satu episentrum covid-19. Masih dalam laporan Wellcome Global Monitor, orang-orang di Indonesia menunjukkan kepercayaan yang sama kepada ilmuwan dan dukun.

Orang yang percaya pada ilmuwan sebesar 12 persen, sementara yang percaya pada dukun 13 persen. Artinya, orang-orang Indonesia lebih percaya pada dukun daripada sains dan ilmuwan.

Pendekatan covid-19 secara ilmiah dinilai kurang ampuh. Hal itu karena banyak masyarakat yang tidak percaya dengan covid-19. Barulah ketika Agustus 2021, semua rumah sakit penuh, dan kasus meninggal banyak orang-orang mulai menerima.

Lebih jauh dari itu, tidak bisa dipungkiri jika hal yang berbau mistis masih melekat di masyarakat Indonesia. Meski zaman sudah modern, hal-hal berbau mistis masih saja laku.

Tentu kita masih ingat dengan kejadian babi ngepet di Depok. Dalam satu survei, orang-orang di Indonesia justru lebih senang membicarakan babi ngepet daripada BRIN.

Tentu ini miris, pola pikir yang mengedepankan hal-hal mistis daripada ilmiah menunjukkan bahwa masyarakat kita belum maju secara pikiran alias ketinggalan zaman.

Pola pikir yang mengedapankan hal gaib sangat kuno. Jika kita tarik ke belakang, orang-orang Yunani dan Skandinavia menciptakan hal-hal mistis untuk menjawab fenomena alam seperti hujan hingga penciptaan dunia. Dari sinilah muncul dewa-dewa.

Pandangan itu kemudian ditentang oleh para filsuf yang mulai memakai akal untuk mencari solusi tersebut. Dalam Madilog, Tan Malaka menyebut pola pikir tersebut dengan sebutan logika mistik.

Jika sains dan ilmu alam lain tidak merdeka, maka Indonesia akan selamanya tertinggal. Begitulah kiranya menurut Tan Malaka. Ditambah lagi, praktik dukun seperti Gus Samsudin selalu membungkus hal itu dengan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun