Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Konten tentang Kemiskinan Begitu Digemari?

20 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 20 Oktober 2021   12:03 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, kakek Suhud dan Baim Wong menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Pasalnya Baim melakukan perbuatan yang dinilai tidak terpuji pada kakek Suhud. 

Baim dianggap tidak sopan terhadap kakek berusia 70 tahun tersebut. Namun, bukan hal itu yang ingin saya bahas. Datangnya kakek Suhud pada Baim tidak lain karena citra yang ia bangun melalui konten youtubenya. 

Baim kerap membagi-bagikan uang pada mereka yang membutuhkan. Tidak jarang juga Baim cosplay menjadi ojol hingga menjadi tunawisma. Pada akhirnya Baim memberikan sejumlah uang pada mereka yang membutuhkan. 

Jika kita melihat chanel YouTube Baim Wong, video dengan konten tersebut cukup banyak. Mungkin saja berjumlah ratusan, selain itu setiap konten yang diunggah tersebut mengundang jutaan penonton dan subscriber baru. 

Konten yang seakan menjual kemiskinan itu berhasil menarik khalayak umum untuk singgah dan menonton chanel Baim Wong. Lantas, mengapa konten bertema kemiskinan tersebut begitu digemari? 

Saya kira tidak hanya Baim Wong yang melakukan hal itu. Bahkan, acara TV pun kerap melakukan hal serupa. Acara TV bertema seperti itu bahkan cukup banyak. 

Tidak sedikit juga dalam ajang pencarian bakat, kontestan tertentu justru digali latar belakang mereka yang kekurangan. Aksi menyanyinya hanya lima menit, tapi menelanjangi soal kemiskinan bisa sampai 30 menit. 

Ketika sang kontestan menceritakan kehidupan mereka yang kurang beruntung, satu studio menjadi hening dan haru mendengar kisah itu. Pada akhirnya berujung dengan motivasi dari sang juri. 

Mirisnya lagi, setelah ditelanjangi soal kemiskinan mereka, si kontestan ada juga yang tidak juara. Bahkan pulang saat itu juga dengan dibekali uang saku dari juri.

Tapi, konten yang menjual kemiskinan atau penderitaan orang lain kerap menyita banyak penonton, mengapa demikian? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun