Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Halo Effect, Bias Penilaian Saat Bertemu Seseorang

14 September 2021   06:35 Diperbarui: 14 September 2021   06:40 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi halo effect. Via: ms.reoveme.com

Bagaimana kesan pertama pembaca saat bertemu orang urakan, lusuh, rambut panjang, tatoan dan sebagainya. Pastinya akan menilai orang tersebut sebagai preman atau orang tidak baik. 

Kemudian apa kesan pertama pembaca saat melihat seseorang berpenampilan rapi, ramah senyum, pasti dengan cepat menilai bahwa orang tersebut baik. 

Kita tentu pernah menilai seseorang meskipun hanya berjumpa sedetik saja. Penilaian itu bisa dari sikap, perbuatan, bahkan dari cara berpakaian. Namanya juga sekilas, tentu bisa keliru bukan? 

Bisa saja si urakan adalah orang baik dan si orang rapi sebaiknya. Tidak ada yang tahu soal itu. Apalagi penilaian tersebut hanya pada kesan pertama.

Bahasa kekiniannya mungkin first impression. Nah, ternyata istilah tersebut dalam dunia psikologi adalah halo effect. Lalu apa sih halo effect itu? 

Istilah halo effect diperkenalkan pertama kali oleh Psikolog Edward L. Thorndike sekitar tahun 1920. Menurut beberapa sumber, istilah ini tidak sengaja ditemukan. 

Thordike saat itu melakukan penelitian melibatkan kemiliteran. Thordike meminta para petugas kemiliteran untuk melalukan perangkingan. 

Uniknya lagi, sang petugas tersebut sudah mendapatkan siapa saja yang memiliki rangking tertinggi. Meskipun tidak berbicara dengan bawahannya. 

Umumnya, tentara yang memiliki postur tubuh tinggi, menarik, dianggap memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Tentu saja hal itu diambil secara generalis dari salah satu karakter saja. 

Dari hal itu kita dapat menyimpulkan bahwa terjadi bias penilaian. Penilaian positif kepada seseorang terlalu subjektif dan tidak dilakukan secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun