Hampir 5 Tahun di Kompasiana, Apakah Saya Termasuk Senior?

Awal mula "kenal" dengan kompasiana adalah ketika HP saya berevolusi cukup canggih. Meskipun tidak canggih-canggih sekali. Bahkan untuk line saja tidak bisa dipake karena terlalu jadul, meskipun sudah android.

Ketika itu, teman-teman saya yanh ingin bertanya soal tugas, mau tidak mau harus sms atau telefon biasa. Kala itu, pada tahun 2017 semester 2 atau 3 saya sering menggunakan hp super canggih saya untuk googling. Dari situlah saya menemukan kompasiana. 

Isinya berupa opini pribadi. Dari situlah saya mencari tahu bagaimana caranya menulis di platform ini. Akhirnya saya punya akun juga, meskipun artikel yang saya posting begitu kaku untuk dibaca. 

Saya sendiri geli membacanya, saya tidak akan menghapusnya. Tapi itulah awal mula perkenalan saya dengan blog kroyokan ini. Dibanding dengan yang lain, saya memang jarang menulis di sini.

Karena pada saat itu berbenturan dengan kuliah dan juga nyambi jadi kuli. Saya hanya mampu menulis 1 artikel setiap bulan. Itupun jika mampu. Sekitar tahun 2020, artikel saya kurang lebih 50an. Itupun tidak ada headline sama sekali. 

Yah maklum, tulisan saya jelek, gak sebagus yang lain yang bisa meraup views banyak hingga nilai yang tinggi. Headline pertama saya adalah ketika membahas omnibus law. Nah bagi yang mau tahu ini artikelnya.

Kerja Senyap DPR dan Pemerintah dalam Mengesahkan RUU Cipta Kerja

Saya senang tentunya bisa mendapatkan hedline. Apalagi kategorinya hukum, ilmu yang saya memang geluti. Jadi capaian tersendiri. Artikel tersebut saya posting sekitar Oktober 2020.

Pada bulan itu, saya hanya menulis 6 artikel. Headline satu, pilihan lima (termasuk headline) satu artikel lagi tanpa label apapun. Memang jelek sih harus saya akui. Lima artikel tersebut saya tulis pada kategori politik. 

Saya tidak tahu persis, karena artikel itu saya mendapatkan setifikat penghargaan dari kompasiana, katanya sih sebagai 30 kompasianer terbaik periode Oktober 2020.