Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal "Sakola Kautamaan Istri", Sekolah Khusus Perempuan di Tanah Pasundan

2 April 2021   18:43 Diperbarui: 5 April 2021   12:19 3403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang kelas peninggalan Dewi Sartika. Foto oleh Huyogo Simbolon

Bulan April merupakan bulan lahirnya salah satu pejuang emansipasi wanita di Indonesia. Pejuang emansipasi itu, ialah Raden Adjeng Kartini. 

Kartini merupakan salah satu tokoh wanita yang aktif menyuarakan hak-hak perempuan. Kartini mencurahkan pemikiran dalam surat-suratnya bahwa kaum perempuan mempunyai hak yang sama dengan kaum laki-laki. Oleh karenanya, baik laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama. 

Begitu pun dalam hal pendidikan, kaum perempuan sama hal nya dengan laki-laki, pendidikan tidak hanya untuk kaum laki-laki saja, tetapi perempuan juga memiliki hak yang sama. 

Ditambah lagi dengan budaya waktu itu, bahwa perempuan sejatinya hanya untuk menjadi ibu rumah tangga saja, asalkan bisa masak, melayani suami, cukuplah untuk dinikahkan meskipun usia pernikahan amat muda. 

Perjuangan Kartini tidak menggunakan senjata, senjata satu-satunya yang dipakai Kartini hanyalah pena, dan buah pikiran Kartini tersebut abadi, bahkan bisa kita nikmati saat ini. 

Untuk menghormati jasa Kartini tersebut, setiap tanggal 21 April sering diperingati sebagai Hari Kartini. Nama Kantini juga diabadikan menjadi sebuah lagu yang kini dikenal oleh semua anak bangsa. 

Beberapa seniman juga mengabadikan jasa Kartini dalam sebuah film. Selain itu, Kartini juga diabadikan dalam bentuk karya Sastra oleh Parmoedya Ananta Toer dengan judul "Panggil Aku Kartini Saja". 

Di tanah Sunda, ada satu lagi pejuang emansipasi wanita, dia adalah Dewi Sartika. Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Bandung 4 Desember 1884.

Dewi Sartika lahir dari keluarga yang terpandang. Ayahnya, Raden Rangga Somanagara, adalah Patih Bandung. Ibunya, Rajapermas, adalah putri Bupati Bandung saat itu, R.A.A. Wiranatakusumah IV. 

Sakola Kautamaan Istri. Sumber foto : disparbud.jabarprov.go.id
Sakola Kautamaan Istri. Sumber foto : disparbud.jabarprov.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun