Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Para Pejuang Amplop Cokelat

19 Maret 2021   16:32 Diperbarui: 20 Maret 2021   17:55 2271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian pencari kerja yang mencari peruntungan di Cianjur Job Fair 2019 di Lapang Prawatasari, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (25/06/2019) (KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Dunia seakan tidak pernah berpihak pada pejuang amplop cokelat, ketika ada satu temannya yang dengan gampangnya mendapatkan satu pekerjaan dengan jalan nepotisme.

Mereka semua seakan-akan diberikan karpet merah dan melangkah ke dunia yang lebih wah. Tanpa usaha, tanpa keringat, semua bisa tersisihkan hanya karena nepotisme.

Skill, IPK, prestasi hilang begitu saja ketika orang dalam berbicara. Pejuang amplop cokelat hanya bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Apakah sebenarnya yang kau tunjukan padaku Tuhan? Haruskah aku berpasrah pada takdir yang mana orang-orang materialis menganggap itu sebagai satu mesin mekanis.

Atau haruskah aku melawan takdirmu itu dengan usahaku? Lalu, sampai batas mana usaha itu aku kerjakan Tuhan? Begitu kiranya keluh kesah para pejuang amplop cokelat di tengah pandemi ini.

Kesenjangan sosial, ekonomi, status, keadilan menjadi terlihat jelas. Ingin rasanya menciptakan dunia tanpa kelas, tanpa kesenjangan, yang ada hanya kompetisi.

Seperti yang disebutkan oleh Friedrich Nietzsche bahwa dunia paling ideal adalah dunia yang natural, dunia di mana yang unggul dia akan bertahan dan yang lemah akan tersingkir. Dunia dimana setiap orang akan berjuang dengan caranya sendiri demi bertahan hidup tanpa iming-iming nepotisme.

Tetapi wahai para pejuang amplop cokelat, dunia ini tidak statis, dunia ini dinamis, akan selalu berputar. Hidup adalah ujian, setiap orang akan dianggap hebat jika telah menyelesaikan satu ujian, apa pun itu. Keadaan ini mau tidak mau harus dijadikan pecutan untuk membuat karakter yang tangguh.

Satu karakter yang siap menggandrungi kerasnya rimba kehidupan. Keadaan ini akan membuat kita sadar, bahwa orang yang mengeluh karena pekerjaan, orang yang menolak pekerjaan karena uang, atau orang yang mendapatkan pekerjaan lewat jalan nepotisme tidak akan pernah tahu akan arti pentingnya perjuangan, waktu, dan harta.

Dunia penuh misteri, tidak ada yang tahu, esok hari, bahkan satu menit kemudian tidak ada yang tahu, itu semua masih bisa berubah. Bisa jadi keterlambatanmu akan mendapatkan satu hadiah yang tak terduga.

Lebih dari itu, kita menjadi tahu arti dari usaha keras, dan betapa sulitnya mendapatkan sekeping rupiah. Sehingga kita akan bisa lebih menghargai apa yang kita punya. 

Orang-orang tangguh lahir karena kondisi yang sulit, orang-orang yang bermental baja hanya lahir dari rahim yang mengalami lika-liku kehidupan, catur marut duniawi. Sudah banyak orang hebat yang hadir dari kondisi sulit. Ini hanyalah proses untuk mencapai itu, satu proses yang harus dilalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun