Minggu lalu, seperti biasa, saya mengisi hari libur dengan berjalan sehat sambil anjangsana ke masyarakat tani. Bagi saya, akhir pekan bukanlah jeda dari pekerjaan, tetapi waktu terbaik untuk merasakan denyut kehidupan di sawah dan ladang. Kali ini, langkah saya membawa kembali ke Kelompok Tani Maju Bersama di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Ini bukan kunjungan pertama saya ke sana. Sebelumnya, saya pernah menyambangi wilayah ini dan berdiskusi dengan beberapa petani. Salah satunya adalah Ketua Kelompok Tani Maju Bersama, Pak Cepi. Waktu itu, kami berbincang soal tantangan yang mereka hadapi, dan seperti banyak kelompok tani lainnya2 persoalan klasik muncul: ketersediaan benih unggul.
Saya masih ingat jelas, saat itu saya melihat pertanaman padi yang tumbuh tidak optimal. Ketika saya tanyakan, rupanya benih yang digunakan adalah benih dari hasil panen yang sudah ditanam berulang kali. Padahal, benih semacam ini sudah menurun kualitas genetiknya dan sebenarnya tidak layak dijadikan sumber benih lagi. Tak heran jika pertumbuhan tanaman tidak merata, bahkan hasil panennya pun jauh dari harapan.
Dalam hati saya waktu itu berjanji: saya akan kembali membawa benih unggul untuk mereka. Bukan hanya sebagai bentuk tanggung jawab moral saya sebagai penyuluh pertanian, tetapi sebagai wujud kepedulian kepada para petani yang tidak pernah berhenti berjuang.
Saya datang bersama istri. Di saung kecil di tengah sawah yang hijau dan asri, kami berkumpul dengan sekitar 15 orang anggota dan pengurus kelompok tani. Istri saya membawa beberapa hidangan sederhana untuk dinikmati bersama. Obrolan pun mengalir hangat dari mulai cerita panen, keluhan hama tikus, hingga harapan-harapan mereka untuk musim tanam ke depan.
Masalah tikus, rupanya jadi kendala serius bagi mereka. Hama ini begitu merusak, hingga hasil panen pun hanya cukup untuk kebutuhan makan keluarga sendiri. Tidak ada lebihnya. Saya bisa merasakan kekhawatiran itu, namun lebih dari itu, saya merasakan semangat dan ketangguhan yang luar biasa dari mereka. Tak pernah menyerah. Tetap bertani meski penuh tantangan.
Di tengah diskusi itu, saya langsung menghubungi seorang rekan (Ibu Tini dari Balai Besar Tanaman Padi) yang tahu di bidang pengendalian hama. Lewat sambungan telepon yang disetel keras-keras agar semua bisa mendengar, beliau menjelaskan beberapa metode praktis yang bisa segera diterapkan petani untuk mengatasi tikus:
Sanitasi Lahan
Bersihkan gulma dan semak-semak di sekitar sawah, pematang, serta saluran irigasi yang menjadi tempat persembunyian tikus. Pematang sawah juga perlu diperbaiki agar tidak menjadi sarang. Jerami dan sisa panen sebaiknya segera dibersihkan agar tidak menjadi habitat baru bagi tikus.
Penggunaan Perangkap