Di tengah upaya besar pemerintah untuk mendorong swasembada pangan nasional, saya melihat peluang besar yang selama ini sering luput dari perhatian: padi gogo lokal dataran tinggi Sumatra Utara. Sebagai penanggung jawab program pengembangan padi gogo untuk Kabupaten Simalungun, saya menyaksikan langsung bagaimana benih-benih lokal seperti Sigara-gara masih menjadi andalan petani di tengah keterbatasan lahan dan air.
 Kementerian Pertanian mendorong peningkatan areal tanam (PAT), Luas Tambah Tanam (LTT) dan Indeks Pertanaman (IP) melalui Optimasi Lahan dan Pengembangan padi Gogo di lahan kering dengan pendekatan yang adaptif.
Dalam program tersebut, terutama pada pengembangan padi gogo di lahan kering, Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) melalui BRMP Perkebunan diberi mandat sebagai penanggung jawab di tiga kabupaten: Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Karo.
Dari ketiganya, hanya Labuhanbatu yang memilih varietas unggul nasional, yakni Inpago. Sementara itu, dua lainnya, yaitu Karo dan Simalungun, justru mengusulkan benih padi gogo lokal: Sigambiri dan Sigara-gara.
Bagi banyak orang, pilihan petani ini mungkin terlihat sebagai langkah konservatif. Namun bagi kami yang mendampingi langsung di lapangan, itu adalah wujud dari kecerdasan lokal. Varietas seperti Sigambiri dan Sigara-gara sudah terbukti tahan terhadap penyakit, efisien dalam pemupukan, dan mampu tumbuh di lahan-lahan tinggi dengan curah hujan minim. Bahkan, hasil panennya bisa menyaingi beberapa varietas unggul nasional.
Sekitar 78,9% dari lahan padi gogo di Sumatra Utara berada di dataran tinggi, mencakup Karo, Simalungun, Dairi, hingga Pakpak Bharat. Sayangnya, sebagian varietas ini belum terdaftar resmi sebagai varietas unggul atau belum mendapat perlindungan sebagai Sumber Daya Genetik (SDG) nasional.
Dengan melihat kenyataan di lapangan, saya percaya sudah saatnya kita menempatkan padi lokal tidak hanya sebagai warisan, tetapi sebagai bagian integral dari strategi pembangunan pertanian. Kementerian Pertanian melalui BRMP, Unit Kerja, dan Unit Pelaksana Teknis telah dan akan terus mendorong upaya:
*Pemurnian dan karakterisasi varietas lokal seperti Sigembiri dan Sigara-gara.
*Penguatan program benih lokal bersertifikat bekerja sama dengan BPSB.