Mohon tunggu...
Teuku Rahmad Danil Cotseurani
Teuku Rahmad Danil Cotseurani Mohon Tunggu... Auditor -

Pribadi yang menyenangkan dan suka berinteraksi dengan orang lain. jadilah, langkah pertama menentukan langkah selanjutnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah Isu Penculikan Anak ?

21 Maret 2017   16:56 Diperbarui: 22 Maret 2017   01:00 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini masyarakat Aceh dan Nasional dikejutkan dengan adanya isu para penculik anak-anak, balita pada khususnya. Lebih marak lagi dengan ada gambar, foto dan video beredar di media sosial terutama Facebook dan grup-grup Whatsapp bahkan dimuat di Serambi Indonesia penangkapan sejumlah orang yang diduga penculik namun setelah diintegorasi ada yang mengatakan orang gila, sakit jiwa dan stress.

Benarkah issu ini penculik anak? inilah yang menjadi pertanyan besar para orangtua yang memiliki anak masih balita, dihantui dan keresahaan akan keselamatan buah hatinya yang masih TK dan di tempat pengajian. Pihak keamanan dalam hal ini pihak kepolisan perlu mengklarifikasi berita dan issu ini, apakah benar ada sindikat penculik anak dan dijual organ tubuhnya dipasar gelap dunia dengan harga yang fantastis itu.

Juga beredar foto salah satu berita dari surat kabar di Manado lengkap dengan harga sejumlah harga organ tubuh anak-anak. Kepanikan dan keresahan terus bergulir bak bola salju ditengah-tengah masyarakat, terutama para orangtua yang memiliki akses ke dunia maya dimana dengan mudahanya teman kita membagi sesuatu di media sosialnya yang kadang kala tidak pantas kita lihat, maaf mutilasi tubuh terhadap anak-anak begitu marak tanpa dibluur atau sensor beredar di internet.

Konon lagi kepanikan warga Aceh entah mitos atau dongeng bahwa jika ada pembangunan jembatan maka akan perlu tumbal kepala anak manusia, ini beredar dan jadi cerita turun temurun dalam masyarakat dan dalam hal ini seperti kita ketahui bahwa jembatan Tingkeum di Kuta Blang, kabupaten Bireuen sedang dalam tahap perbaikan dan pembangunan kembali setelah miring dihempas kayu-kayu akibat yang dibawa hanyut air sungai yang deras.

Lalu tidak dapat kita pungkiri bahwa ada pengalihan issu dan penggiliringan opini publik dari kasus-kasus besar di Indonesia. Sehingga kasus-kasus besar tengelam lenyap ditelan bumi dan akan ada kasus dan issu yang gempar lagi. Yang justru kita kasihani adalah salah tangkap dan main hakim sendiri dari masyarakat akibat kepanikan ini, bisa jadi orang yang tidak ada sangkut pautnya, tidak bersalah dan benar-benar kurang waras menjadi amukkan massa.

Kiranya kepada masyarakat silahkan cek di lapangan dan klarifikasi kebenaran suatu berita, ada atau tidak kasus kehilangan anak. Kalaupun ada kasus penculikan biar polisi dan aparat penegah hukum menenggarai dan mempublikasi benar adanya.dan mengungkapkan jika benar ada modus operandi yang beredar di media sosial belakangan ini seperti penjaulan organ tubuah dan perdagangan manusia. silahkan cek laporan kehilangan anak yang masuk ke kantor polisi di daerah masing.

Seperti kasus di Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Utara dan sekitarnya sampai saat ini belum ada yang melaporkan pada pihak berwenang bahwa ada anaknya yang diculik. Hanya kabar berantai yang disebar tanpa merasa perlu diklarifikasi meski kemudian tahu hal itu tidak terjadi. Makin banyak masyarakat yg senang mengarang ketakutan.  Disinilah peran Polisi dan aparat penegak hukum juga pemerintah daerah untuk bisa menenangkan warga masyarakat dari keresahan akan para penculik dan predator anak seperti suksesnya polda Metro Jaya mengungkapkan akun grup facebook predator anak dimana anak menjadi objek seksual dan divideokan dalam grup facebook tersebut.

Semoga masyarakat umum dan pengguna media sosial cerdas dalam menggunakan intenet dan dunia maya, untuk tidak langsung membagikan dan share bila berita bohong atau hoax, akan lebih baik lagi jika memposting sesuatu lengkap dengans sumbernya dan ada klarifikasi dari intansi atau lembaga terkait. Kepada para orangtua tetap harus waspada dan berhati-hati dalam menjaga para buah hatinya dari para penculik dan predator anak bisa jadi mereka dari kalangan keluarga besar kita sendiri akibat pengaruh negatif internet. Nyan ban! Terimakasih

 *) Teuku Rahmad Danil Cotseurani

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun