Mohon tunggu...
Dani Fitriyani
Dani Fitriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan

Penggemar kopi sachet

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nahdlatun Nahdliyin

20 Mei 2019   19:31 Diperbarui: 16 Maret 2023   20:35 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebangkitan warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU), perlukah ada kebangkitan di kalangan warga NU? Bukankah nama yang disandang Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama) mencukupkan ulama saja yang perlu bangkit sedang umatnya tidak usah? Ah, apakah dapat dibenarkan kalau hal itu di-iya-kan? Lalu apalah arti ulama jika tanpa adanya sinergi dengan ummat/warganya?

Antara keduanya sama-sama dibutuhkan adanya suatu kebangkitan dari berbagai sisi kehidupan. Yang di atas memberi, yang di bawah menerima. Yang di atas mengayomi, yang dibawah menghormati. Yang di atas memfatwakan, yang di bawah melaksanakan.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa latar belakang dibentuknya NU adalah untuk menguri-uri ajaran Ahlussunah wal Jamaah, selain itu juga di latar belakangi oleh semangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan menyatukan langkah para Kyai, santri, juga ummat dalam kesatuan organisasi. Sehingga, semangat keagamaan, kenegaraan, juga kebudayaan telah menjadi ciri khas dalam perjalanan kehidupan organisasi sosial keagamaan yang satu ini. Mungkin hal tersebut dikarenakan latar belakang sejarah juga ajaran yang diperjuangkannya.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas secara dasar dan detail akan sejarah awal berdirinya NU, namun yang akan saya tuliskan lebih ke "orangnya" (baca: Nahdliyin). Untuk selanjutnya, sebenarnya siapakah Nahdliyin itu? Secara umum, akan saya jawab bahwa Nahdliyin adalah orang NU, atau orang yang menjadi bagian dari NU. Lalu bagaimana caranya bisa menjadi Nahdliyin? Apakah harus tercatat secara resmi dalam Kartu Tanda Anggota?

Kemudian bagaimana dengan mereka yang tak berkesempatan untuk mencatatkan dirinya dalam administrasi keorganisasian tersebut? Apakah mereka tetap tidak bisa dikatakan sebagai Nahdliyin? Saya rasa, NU tak se-eksklusif ataupun seangkuh itu. Bahkan mahabbah (kecintaan) kepada NU sudah cukup untuk mengatakan orang tersebut sebagai orang Nahdliyin.

Saya pernah mendengarkan ceramah dalam event pengajian NU, bahwasanya untuk ikut ngurip-urip NU tidak harus berjuang di medan keorganisasian. Namun sekedar ikut serta dalam pengajian rutinan NU sudah bisa dikatakan sebagai menghidupkan NU. Atau mungkin perbuatan lain apapun bentuknya, yang diniatkan untuk kebaikan NU adalah juga upaya dalam memakmurkan NU.

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kebangkitan Nahdliyin adalah penyokong penting makmurnya Nahdlatul Ulama. Meskipun kebangkitan tersebut tidak melulu berupa peran dalam ranah kepengurusan organisasi. Tak mungkin juga kan semua menjadi pengurus?

Melakukan hal apapun untuk kemaslahatan NU merupakan upaya yang mempunyai tujuan serupa, yaitu untuk bisa gondhelan sarunge Mbah Hasyim. Semoga kita semua pantas untuk disebut sebagai santri beliau, aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun