Mohon tunggu...
Daniel SetyoWibowo
Daniel SetyoWibowo Mohon Tunggu... Tutor - Tutor kelompok belajar anak-anak

Seorang warga negara Indonesia yang mau sadar akan kewarganegaraan dengan segala ragam budaya, agama, aliran politik, sejarah, pertanian / kemaritiman tetapi dipersatukan dalam semangat nasib dan "imagined communities" yang sama Indonesia tetapi sekaligus menjadi warga satu bumi yang sama.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(Tinjauan Buku) "Amarah" Karya John Steinbeck

13 Agustus 2019   12:10 Diperbarui: 13 Agustus 2019   12:16 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai di sini, masih ada harapan, yaitu pergi ke Barat, yaitu California seperti dilakukan banyak petani tuna tanah dari Oklahoma. California seperti menjanjikan tanah terjanji bagi petani-petani itu, termasuk keluarga Joad, kecuali kakek dan nenek yang mati dalam perjalanan yang tidak rela  meninggalkan bekas rumah dan tanahnya. Selebaran-selebaran akan pekerjaan sebagai buruh pemetik buah-buahan, bertebaran. Para petani tuna tanah pun berbondong-bondong walau tanpa kepastian.

Perjalanan dari Oklahoma ke California begitu jauh sehingga perlu persiapan matang, termasuk menyiapkan dananya, apalagi membawa anak-anak, kakek-nenek, ayah-ibu, saudara-saudara, dan Casy. Dana mereka sangat minim. Dan, dengan ketergesaan mereka menjual apa yang masih bisa dijual meski dengan harga yang sangat murah. Demi suatu harapan.

Kendaraan yang dibeli itupun barang rongsokan yang tidak tahu bisa mengantar sampai ke tempat tujuan atau tidak. Dengan tekad yang kuat memperbaiki hidup, mereka berangkat. Mereka berpikiran kalau pekerjaan mudah didapat sehingga cita-cita mempunyai rumah mungil yang berlantai semakin memotivasi mereka dalam menempuh perjalanan.

Mereka tidak kehilangan harapan ketika mereka mendengar beberapa petani senasib seperti mereka memberi pengalaman buruk mereka ketika berada di sungai. Bahkan, harapan itu semakin membubung  tinggi ketika mereka berada di suatu puncak pada dini hari dan melihat tanah terjanji California yang penuh dengan kebun buah-buahan. Begitu indah dari kejauhan.

California yang indah dari kejauhan, ternyata menyimpan kepahitan-kepahitan dan air mata seperti dialami keluarga Joad. Semakin didekati, semakin pahit, kasar, dan tak manusiawi. Tanah baru itu tidak membutuhkan mereka, kecuali tenaga yang dibayar murah. Makan saja susah meskipun banyak kentang dan buah-buahan yang dibuang oleh perusahaan-perusahaan pertanian itu. 

Pemogokan kerja tidak memberi pengaruh berarti karena begitu mogok, ribuan orang berdatangan untuk mencari pekerjaan. Atau pemimpin yang melakukan pemogokan dibunuh oleh orang-orang suruhan perusahaan seperti terjadi pada kasus Casy. Dan, Tom terpaksa melarikan diri karena membela Casy.

Kepahitan dan kepedihan seakan bertubi-tubi menyerang keluarga Joad dan para petani tuna tanah itu. Kepedihan satu belum pergi, kepahitan lain yang lebih ganas sudah berdatangan seperti air bah. Air bah itu datang tiba-tiba meskipun sang ayah sudah berusaha membuat tanggul. Rose dari Sharon yang dipanggil Rosasharn, anak dari keluarga Joad terpaksa melahirkan dalam kondisi air bah dan menolong orang tua renta yang mau mati karena kekurangan gizi. Rosasharn akhirnya merelakan menyusui si lelaki tua renta itu. Bibirnya merapat dengan tersenyum penuh misterius.

Memasyarakat

Dalam pengantarnya, Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa novel ini merupakan salah satu buku yang paling memasyarakat di negerinya. Padahal, pengarangnya seorang penyendiri. Dikatakan pula, sejak diterbitkan pada 14 April 1939 dalam jangka waktu dua bulan sudah ada sekitar 90 ulasan dan timbangan buku di pelbagai media massa dan jurnal. Bahkan, menjadi buku 'best seller'.

Buku ini tidak hanya memasyarakat, tetapi sempat memenangkan Hadiah Pulitzer, hadiah sastra paling bergengsi di Amerika dan pada tahun 1962 menjadi bahan pertimbangan utama dalam pemberian Hadiah Nobel bagi John Steinbek. Karya ini sudah diterjemahkan ke dalam sekitar 30 bahasa.

dokpri
dokpri

Membosankan

Ketika mulai membaca sastra ini, tidak terkesan apa-apa. Tampaknya datar. Dialogpun monoton. Bahan yang digarap pun tampak lokal dan temporal. Tentu, ini sulit dipahami orang Indonesia atau setidaknya di luar Amerika, khususnya Oklahoma dan California. Konsep hidup yang ditawarkan juga tidak terlalu mengesankan. Biasa-biasa saja. Membaca setengah saja, rasanya ingin cepat-cepat menutup. Apa yang ingin disampaikan juga rasanya belum begitu jelas. Membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun