Tidak bisa dibayangkan bagaimana Petrus dan murid-murid Yesus, suatu kelompok orang-orang sederhana dan pemimpinnya mati hina di kayu salib, tidak pernah buyar dan bahkan menjadi besar dan menyebar ke seluruh dunia.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana Saulus yang memburu dan membunuh murid-murid Tuhan, justru menjadi Paulus murid Tuhan yang pantang menyerah. Atau Fransiskus Assisi yang awalnya pemuda kaya berfoya-foya menjadi penghayat kemiskinan Tuhan yang taat dan setia sampai kesudahannya.
Itulah transfigurasi. Kita berada dan bekerja di dunia, mengalami nasib serupa dengan dunia, tetapi mengarahkan pandangan ke kota Tuhan, tempat nilai-nilai dan tujuan kita.
Bagaimana dengan Indonesia ? Apakah orang-orangnya terkendala struktur yang menggoyahkan etos ataukah justru etos itu yang seharusnya menggerakkan struktur ? Semakin ditimpa masalah justru kuat dan semakin digelontorkan begitu banyak materi semakin melemah?
Atau sebaliknya semakin digelontorkan materi, etos itu semakin kuat; dan semakin banyak masalah dan tantangan, etos semakin lemah ? Atau di satu sisi tidak banyak masalah tetapi tidak muncul-muncul materi ? Yang disebut terakhir dalam paragraf ini adalah ketidakadilan. Yang sebelumnya dalam paragraf ini adalah hedonisme.
Selamat memperingati Kemerdekaan Indonesia ke 74.
Daniel Setyo Wibowo