Mohon tunggu...
Daniel Reza
Daniel Reza Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

random

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan dalam Lingkup Perkuliahan, Menjadi Ketua atau Pemimpin yang Kurang Baik

29 November 2022   15:30 Diperbarui: 30 November 2022   01:59 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori fungsionalis dalam Antropologi beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian yang berguna bagi masyarakat dimana unsur-unsur tersebut berada, dan dalam Antropologi spesialis dalam keilmuan sosial, ilmu ini mempelajari manusia dari sisi keragaman fisik salah satunya yang terlihat jelas adalah perilaku, bisa dibilang ilmu sosial dalam Antropologi mempelajari tentang apa saja yang terjadi dalam kehidupan manusia, dan saya akan menyampaikan opini saya yang menuru saya sedikit bersangkutan dengan teori fungsionalis dan ilmu sosial Antropologi dari pengalaman yang saya dapat dari sekitar saya sendiri.

Dalam memimpin di sekmen apapun tentunya pemimpin atau ketua tersebut terpilih karena dipilih oleh anggota kelompok atau masyarakatnya, artinya seorang pemimpin atau ketua dalam suatu kelompok telah di beri kepercayaan untuk menjalankan suatu kelompok atau organisasi dengan tujuan membuat kelompok masyarakat tersebut menjadi lebih baik atau bisa mencapai tujuan bersama mereka.

Banyak sekali pemimpin-pemimpin yang tidak menjalankan tugas mereka dengan baik, kebanyakan orang hanya memanfaatkan derajat atau pangkat mereka untuk kepentingan pribadi masing-masing, yang jelas membuat orang-orang yang sudah menaruh kepercayaan kepada orang yang di tunjuk menjadi pemimpin ini kecewa, hingga ingin melengserkan kepemimpinan mereka, tapi terkadang hal itu sulit untuk di lakukan, sehingga anggota kelompok ini menjadi acuh tak acuh kepada pemimpin mereka.

Terlihat dari perilaku dan kebiasaan seorang pemimpin tersebut yang pilih kasih dan memilih berteman dengan siapa, dekat dengan siapa, bahkan hingga soal duduk saat di kelas, terlihat sekali mereka-mereka yang suka pilih-pilih dalam berteman hingga membuat perpecahan dalam suatu kelompok tersebut, semua itu di mulai dari pemimpin dari suatu kelompok tersebut.

Kebiasaan yang di lakukan seorang pemimpin yang seharusnya menyatukan seluruh anggota nya. Bukan malah membuat circle sendiri dan menghasilkan perpecahan dan kurang kompaknya seluruh anggota suatu kelompok ini, dari yang saya rasakan sendiri, saya amati dan rasakan setelah sekitar satu tahun kuliah ini, satu tahun berada dalam suatu kelompok yang memiliki satu pemimpin ini, membuat saya berfikir bahwa orang-orang seperti mereka akan sulit bersatu dan benar-benar kompak, dilihat jelas mereka-mereka ini hanya bias di katakana akrab dan kompak dengan circle mereka sendiri-sendiri, saya sebagai orang yang termasuk netral atau bias dibilang tidak memiliki circle yang alhasil saat di kelas atau ada tugas kelompok sedikit lebih sulit mendapat kelompok sedangkan mereka yang sudah memiliki circle masing-masing bias langsung berkelompok.

Kesimpulan yang bisa saya ambil dan tentunya pengalaman dari yang saya rasakan sendiri adalah perbedaan kondisi ekonomi per orangan yang ada dalam suatu kelompok ini menjadi salah satu penyebab kenapa dalam suatu kelompok dalam suatu jurusan perkuliahan ini tidak dapat menjadi satu, selain kondisi ekonomi, juga terlihat jelas level sosial yang menjadikan mereka-mereka ini patokan untuk membentuk circle sendiri dalam kelompok ini, dirasa tidak sebanding oleh mereka yasudah tidak akan ada kesempatan bergabung dalam circle mereka-mereka ini, dari yang saya lihat dan saya rasakan sendiri, mereka-mereka yang tidak punya circle ini diperlakulan hampir seperti orang dari luar kelompok besar jurusan dalam perkuliahaan ini, mentok-mentok ya cuman saling sapa, kesenjangan sosial ini jika diteruskan tidak baik, pemimpin atau pentolan yang ada dalam kelompok tersebut harus bisa merubah kondisi menjadi sebagaimana mestinya suatu kelompok itu.

 lalu hubungan dengan teori antropologi adalah, Teori Fungsionalis yang dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski, pandangan fungsionalis menekankan bahwa pada setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan, karena pada zaman sekarang orang-orang tidak dapat bersatu dan kompak seperti pada dahulu, kebanyakan memang terlihat mementingkan kebutuhan masing-masing sehingga level dari hubungan sosial antar perorangan menjadi berkurang. inilah yang menyebabkan kebudayaan sosial pada sebuah masyarakat dapat berubah-ubah karena beberapa faktor entah dari internal maupun eksternal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun