Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Reklamasi Tambang, Dari Hutan Kembali ke Hutan

13 September 2015   22:31 Diperbarui: 13 September 2015   22:46 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lubang tambang itu menganga begitu lebar dan pada bagian dasarnya telah terisi air sehinga membentuk sebuah danau berwarna biru dengan diameter lebih kurang 2 kilometer dan elevasi minus 240 m (berada di bawah permukaan air laut). Air berwarna biru itu kelihatan indah, namun sebenarnya memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga bersifat mencemari lingkungan.


[caption id="attachment_348151" align="aligncenter" width="496" caption="dok. pribadi"][/caption]

Berbicara mengenai pertambangan, isu utama yang selalu diangkat adalah lingkungan. Kegiatan pertambangan memang akan mengubah kondisi alam yang pada mulanya bisa berupa bukit atau gunung dengan vegetasi rapat –setelah proses penambangan- kemudian menjadi tanah berlubang cukup besar dan gersang. Kerusakan lingkungan ini akan berakibat buruk jika tak segera diatasi. Di lain pihak, hasil-hasil tambang begitu diperlukan dalam kehidupan kita. Mulai dari alat-alat dapur, alat kantor, alat elektronik, telepon seluler dan barang-barang yang kita pakai sehari-hari memiliki unsur logam yang tentunya diperoleh melalui proses penambangan. Dan akhirnya reklamasi tambang mutlak dilakukan.

 

Berkesempatan menjadi salah satu peserta Sustainable Mining Bootcamp yang diadakan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) pada pekan lalu, saya bisa mengenal secara langsung kegiatan pertambangan di Batu Hijau, Sumbawa Barat tersebut. Para peserta melalui bootcamp ini belajar dan mengamati kegiatan penambangan, pengolahan konsentrat, pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab kemasyarakatan yang dilakukan oleh PT NNT. Pada tulisan ini saya akan berfokus pada reklamasi tambang sebagai salah satu bagian dari pengelolaan lingkungan.

 

Bentang alam semula sebelum kegiatan penambangan berupa gunung dengan hutan alami. Lahan yang dibuka dan selanjutnya ditambang dan diproses lebih lanjut, setelah proses tersebut mencapai final maka lahan akan dikembalikan kepada fungsinya semula sebagai hutan. Kegiatan ini kita kenal sebagai reklamasi tambang.

 

Saya dan 3 peserta bootcamp lain: Fahmi, Griska dan Della (dari total 16 peserta) berkesempatan melihat secara langsung kegiatan reklamasi di Tongoloka pada hari Rabu, 21 Januari lalu. Pada hari tersebut memang peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mengunjungi tempat yang berbeda yang terkait dengan kegiatan pengelolaan lingkungan di PT NNT.


[caption id="attachment_348152" align="aligncenter" width="496" caption="Recontouring dan pemadatan (dok. pribadi)"]

14222985411828528555
14222985411828528555
[/caption]

Tahap awal untuk mereklamasi lahan tambang adalah recontouring yaitu membentuk contour tanah dengan kemiringan yang telah ditentukan. Setelah terbentuk, contour tersebut ditimbun dengan tanah dan dipadatkan. Tanah yang dipakai untuk menimbun berasal dari tanah yang pada saat awal penambangan dikeruk dan disimpan pada stockpile, dan di kemudian hari akan dipakai setelah proses penambangan berakhir. Dalam kunjungan ke Tongoloka tersebut, beberapa alat berat terlihat sedang melakukan recontouring sekaligus pemadatan tanah.


[caption id="attachment_348153" align="aligncenter" width="496" caption="Penyemprotan air, pupuk dan mulsa (dok. pribadi)"]

1422298676377402867
1422298676377402867
[/caption]

Setelah pemadatan tanah selesai, selanjutnya dilakukan pemasangan energy breaks yang berfungsi mencegah terjadinya erosi. Pada akhirnya lahan siap untuk ditanami dengan tumbuhan penutup (hydroseeding) dan dilanjutkan dengan tumbuhan pokok. Sebuah kendaraan saat itu saya lihat sedang menyemprot lahan dengan cairan yang berisi campuran air, pupuk dan mulsa (material penutup tanaman untuk menjaga kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma).


[caption id="attachment_348154" align="aligncenter" width="496" caption="Bibit pohon (dok. pribadi)"]

14222988181207224292
14222988181207224292
[/caption]

Bibit-bibit pohon yang ditanam pada lahan tersebut berjarak 3 x 2 meter. Di antara bibit-bibit pohon pokok, juga ditanami pohon pelindung berupa turi. Penanaman turi ini dimaksudkan untuk melindungi pohon utama agar terhindar dari sinar matahari secara berlebihan. Seiring dengan pertumbuhan pohon pokok, kerapatan turi akan dikurangi (dengan cara ditebang), atau turi mati dengan sendirinya setelah mencapai usia sekitar 4 tahun.

 

Pemeliharaan terhadap pohon-pohon yang mulai besar juga dilakukan. Beberapa petugas saya lihat sedang membersihkan lahan yang sebenarnya sudah mulai ‘jadi’. Seorang bapak terlihat membawa bibit-bibit pohon tambahan untuk ditanam di lahan tersebut. Sebuah sungai kecil mengalir di antara lahan dan jalan. Air yang mengalir cukup bersih, namun masih memiliki pH sekitar 4-5 yang artinya bersifat asam. Air ini tidak mengalir ke hutan masyarakat, namun ditampung di semacam kolam tak jauh dari tempat tersebut untuk diolah.


[caption id="attachment_348155" align="aligncenter" width="496" caption="Pemeliharaan (dok. pribadi)"]

14222989201150862213
14222989201150862213
[/caption]

[caption id="attachment_348156" align="aligncenter" width="496" caption="Ada sungai kecil (dok. pribadi)"]

14222990171948702277
14222990171948702277
[/caption]

Ada salah satu tempat di mana saya bisa berdiri dan menyaksikan kegiatan reklamasi secara keseluruhan dan saya sempat memotretnya. Di sisi paling kiri adalah lahan yang masih dalam tahap recontouring dan pemadatan. Bergerak ke kanan adalah lahan yang ditanami bibit pohon, kemudian lahan yang sudah ‘jadi’ yang kelak akan menjadi hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun