Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Ngehe" Dulu Tinggal di Pinggir Rel Kereta, Kini Sukses Jadi Pengusaha

22 Agustus 2019   09:59 Diperbarui: 22 Agustus 2019   12:04 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya ketika ia duduk di bangku SMP, ia bersama teman-teman sekolahnya membuat rencana untuk melakukan petualangan ke Bandung dengan naik kereta api seusai kegiatan PORSENI di sekolahnya. 

Pada akhirnya teman-temannya memilih mengurungkan niat tersebut, dan Ali memutuskan berangkat ke Bandung seorang diri.

Berbekal duit 25 ribu rupiah yang sebagian ia simpan di saku dan sebagian lagi di dalam kaus kaki (karena takut seandainya dipalak), Ali memulai petualangan pertama naik kereta tanpa membayar tiket. 

Tujuannya ke Bandung cukup sederhana, ingin ke Bandung Indah Plasa (BIP). Ia menjelajah setiap sudut BIP, mengamati tingkah laku orang-orang kota, hingga menikmati makan di McDonald's. Kepergiannya ke Bandung ini sempat membuat keluarganya kebingungan mencarinya.

Ali kemudian juga berkisah tentang kisah seusai lulus SMA. Saat teman-temannya memiliki rencana kuliah di Bandung, Yogya, atau Purwokerto, Ali sadar ia tak mungkin memaksakan diri melanjutkan pendidikan karena terbentur masalah perekonomian. Merantau menjadi pilihannya. 

Berbagai profesi sempat ia lakoni, mulai dari menjadi seorang OB, petugas fotokopi, admin, tukang masak di kantin, hingga penulis skenario sinetron di sebuah stasiun televisi.

Suasana di Kemuning Room Hotel Mulia sore itu sempat mendadak hening, ketika Ali tak kuasa menahan haru menceritakan salah satu titik terendah dalam hidupnya.

Sang ibunda tercinta meninggal dunia di tahun 2013, dan kisah ini ditulisnya dalam Bab "Ain't No Sunshine When She's Gone" di buku Ngehe tersebut.

Berusaha bangkit dari kegagalan-kegagalan yang dialami, Ali akhirnya sukses menjalankan bisnis makaroni. Bermodal pinjaman 20 juta rupiah dari temannya, Ali memulai usaha makaroni dari sebuah outlet kecil di dekat tikungan Kampus Binus Anggrek di Jakarta Barat. 

Dari outlet kecil inilah bisnisnya berkembang hingga sekarang menjadi 33 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Karawang, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, dan Palembang.

Membaca Ngehe, buku pertama dari sang founder dan CEO Makaroni Ngehe, kita tidak akan pernah 'digurui ' dengan teori-teori bisnis yang biasanya kita temukan dalam buku-buku wirausaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun