Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jokowi Vs Prabowo Jilid 2, Akankah Peta Suara 2014 Berubah pada 2019?

11 Agustus 2018   02:14 Diperbarui: 11 Agustus 2018   02:44 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilihan Presiden tahun 2019 telah berakhir hari Jumat, 10 Agustus 2018 kemarin. Dua pasangan menyatakan siap untuk berkontestasi di pesta demokrasi tahun depan. 

Pasangan Joko Widodo dan K. H. Ma'ruf Amin mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat pagi, sementara pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mendaftar seusai sholat Jumat.

Pertarungan antara dua pasangan ini tentunya akan menjadi pertarungan yang kedua kalinya, terutama untuk calon presiden Jokowi dan Prabowo. Keduanya sebelumnya juga bertarung pada pilpres 4 tahun lalu. Pasangan Jokowi-JK akhirnya mengungguli Prabowo-Hatta, dan menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia saat ini.

Sebagai petahana, Jokowi memiliki keunggulan karena rekam jejak selama menjabat sebagai presiden. Data dan fakta terkait hasil pembangunan infrastruktur dan ekonomi selama 4 tahun terakhir menjadi amunisi bagi Jokowi. Pembangunan jalan tol trans-Sumatera, trans- Jawa hingga trans-Papua dan infrastruktur lainnya menjadi modal besar menghadapi pilpres 2019.

Dipilihnya nama K. H. Ma'ruf Amin sebagai cawapres diperkirakan mampu menambah perolehan suara dari golongan kanan, sekaligus sebagai negasi terhadap tuduhan anti Islam yang selama ini ditembakkan oleh lawan politik Jokowi. Bahkan tidak lama setelah Ketua MUI tersebut dideklarasikan sebagai cawapres, gerakan #2019GantiPresiden langsung ditolak oleh ulama Banten.

Tidak menutup kemungkinan pasangan nasionalis-religius ini bisa mencuri suara dari daerah-daerah yang pada tahun 2014 lalu dimenangkan oleh Prabowo seperti Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat, mengingat pembangunan infrastruktur juga dinikmati oleh daerah-daerah tersebut.

Di sisi lain, tingkat elektabilitas Jokowi untuk Pilpres 2019 belum bisa dibilang aman, meski mengungguli Prabowo. PolMark Indonesia melakukan survei dalam kurun waktu 15 Januari 2016 hingga 11 Juni 2018 untuk mengukur elektabilitas kandidat calon presiden 2019 dengan responden di pulau Jawa dan Sumatera. Dipilihnya kedua pulau ini karena jumlah pemilih di Jawa sekitar 60% dan Sumatera 20% dari total pemilih di seluruh Indonesia.

Hasilnya, elektabilitas Jokowi di Jawa memiliki range yang cukup lebar. Elektabilitas tertinggi sebesar 60,9%  (Jawa Tengah) dan terendah 16,7% (Banten). Sementara elektabilitas Prabowo, tertinggi sebesar 32,9% (Jawa Barat) dan terendah 6,6% (jawa Tengah). Di Sumatera, elektabilitas Jokowi tertinggi sebesar 49,9% (Sumatera Utara) dan elektabilitas Prabowo tertinggi sebesar 33,6% (Riau). 

Dari angka-angka tersebut, pemilih non-Jokowi bisa jadi akan menjatuhkan pilihan kepada Prabowo pada pilpres 2019 nanti, mengingat hanya ada dua pasangan yang bertarung.

Jumlah pemilih pemula yang merupakan kaum milenial diperkirakan mencapai 10% pada pilpres nanti. Jumlah ini cukup besar, dan kedua pasangan perlu memikirkan cara untuk memenanginya. Kecenderungan pemilih dari kaum milenial yang menyukai tokoh muda bisa dimanfaatkan oleh Prabowo yang menggandeng Sandiaga Uno.

Masih banyak waktu menuju pilpres 2019. Strategi dari masing-masing tim pemenangan kedua pasangan menarik untuk kita saksikan. Dan apakah peta suara pilpres 2014 yang lalu akan mengalami perubahan?

Kilas Balik: Peta Suara 2014

Pada tulisan tahun 2014 yang lalu, saya mencoba memetakan perolehan suara Jokowi dan Prabowo. Secara sederhana saya mencoba memberi simbol lingkaran berwarna untuk keunggulan setiap pasangan di masing-masing wilayah. Lingkaran berwarna biru menunjukkan keunggulan Prabowo-Hatta dan lingkaran merah untuk Jokowi-JK.

Lebih lanjut lagi, kedua warna tersebut saya bagi lagi masing-masing menjadi dua jenis. Warna muda (biru muda atau merah muda) untuk menggambarkan keunggulan perolehan suara kurang dari 65% dan warna tua (biru tua dan merah tua) adalah untuk perolehan suara 65% atau lebih.

- Biru muda : hasil perolehan suara suatu wilayah yang dimenangkan oleh Prabowo-Hatta dengan prosentase < 65%
- Biru tua : hasil perolehan suara suatu wilayah yang dimenangkan oleh Prabowo-Hatta dengan prosentase 65% atau lebih.
- Merah muda: hasil perolehan suara suatu wilayah yang dimenangkan oleh Jokowi-JK dengan prosentase < 65%
- Merah tua : hasil perolehan suara suatu wilayah yang dimenangkan oleh Jokowi-JK dengan prosentase 65% atau lebih.

dok. pribadi
dok. pribadi
Pada perolehan suara nasional, Prabowo unggul di 10 provinsi di mana dua di antaranya (yaitu di Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat) dengan perolehan suara di atas 65%. Sedangkan Jokowi unggul di 23 provinsi, di mana di 8 provinsi dengan prosentase di atas 65% yaitu Bangka Belitung, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat.

dok. pribadi
dok. pribadi
Lebih lanjut saya petakan perolehan suara di tingkat kabupaten/kota  di pulau Jawa yang menyumbang hampir 60% suara nasional. Di provinsi Banten, Prabowo unggul dengan selisih 800 ribu suara. Keunggulan ini coba dikejar oleh Jokowi dengan memenangkan perolehan suara di DKI Jakarta dengan selisih 300 ribu suara. 

Di Jawa Barat yang memiliki total suara terbesar di Indonesia, Prabowo unggul dengan selisih 4,5 juta suara. Jokowi bisa menyalipnya di Jawa Tengah dengan keunggulan 6,4 juta suara. Jokowi menang mutlak di Jawa Tengah yang bisa dilihat dari warna merah di seluruh wilayah Jawa Tengah. Keunggulan Jokowi terus berlanjut di Yogyakarta (yang semuanya juga berwarna merah) dan Jawa Timur.

dok. pribadi
dok. pribadi
Di Sumatera, secara keseluruhan Prabowo unggul atas Jokowi. Sumatera Barat menjadi penyumbang suara signifikan bagi Prabowo.

dok. pribadi
dok. pribadi
Di Kalimantan, Jokowi ganti meraih keunggulan. Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur (termasuk Kalimantan Utara), semuanya berwarna merah. Prabowo hanya unggul tipis di Kalimantan Selatan. Di Sulawesi, warna merah sebagai keunggulan Jokowi hampir memenuhi seluruh wilayah pulau ini, kecuali Gorontalo yang berhasil dibirukan oleh Prabowo.

dok. pribadi
dok. pribadi
Jokowi unggul dan berhasil memerahtotalkan Bali. Namun sebaliknya, warna biru juga sangat dominan di Lombok dan Sumbawa. Selanjutnya di Flores, Sumba dan Timor kembali warna merah yang menjadi pemenang. Secara keseluruhan Jokowi di 3 provinsi ini (Bali, NTB, NTT).

dok. pribadi
dok. pribadi
Selanjutnya Maluku dan Papua. Warna biru dan merah meraih hasil seimbang di provinsi Maluku Utara dan Maluku. Namun di Papua Barat dan Papua, dominasi warna merah merajai hampir seluruh wilayah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun