Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jogja (Masih) Istimewa?

26 September 2020   10:05 Diperbarui: 26 September 2020   10:09 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: travelspromo.com

Sejak dulu Jogja terkenal akan keistimewaannya, maka dari itu kota ini sering mendapat julukan Jogja Istimewa. Banyak hal yang membuat kota kecil di ujung selatan Jawa ini menjadi kota yang istimewa.

Yang pertama dan merupakan faktor utama tentu saja karena gubernur dan wakil gubernur Jogja yang bukan dipilih melalui pilkada seperti daerah - daerah lainnya, melainkan menjadi hak dari Sri Sultan serta Pakualam. Bagi yang belum tahu, kebijakan ini terjadi karena dulunya Sri Sultan ke IX selaku pemimpin tertinggi Jogja saat itu dengan kerendahan hati bergabung serta membantu perekonomian NKRI. Berbekal kerendahan hatinya tersebut maka Soekarno menjadikan Jogja sebagai daerah istimewa dan masih bertahan hingga sekarang. Hal ini merupakan faktor formal dari keistimewaan Jogja. Namun, ada beberapa faktor lain yang menguatkan julukan ini.

Jogja adalah kota pelajar. Berbagai pelajar mulai SD sampai mahasiswa dari berbagai pelosok negeri berbondong - bondong datang ke kota ini untuk menuntut ilmu. Adalah hal yang lumrah ketika melihat banyak asrama mahasiswa yang dibangun sebagai tempat tinggal mereka . Keberadaan para pelajar dari luar itu juga membuat keberagaman yang ada di Jogja menjadi begitu tinggi. Jogja adalah cerminan dari Indonesia mini. 

Julukan Kota pelajar ini didapatkan karena kualitas pendidikan di Jogja tergolong baik dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini tercermin dari banyaknya sekolah - sekolah unggulan yang berdaya saing unggul dalam tingkat nasional. Kita sebut saja UGM (Universitas Gadjah Mada) yang namanya sudah tersohor di seantero negeri. Tingkat SMA, SMP bahkan SD pun juga memiliki sekolah - sekolah yang tidak kalah bagusnya.

Terakhir, Jogja dikenal karena keramahan masyarakatnya serta kebudayaannya yang terkenal hingga ke mancanegara. Sudah banyak turis yang terkesan akan keramahan masyarakat di sini. Karena hal itulah banyak turis yang berdatangan ke Jogja baik dari dalam maupun luar negeri. Ditambah lagi banyak tempat - tempat wisata di Jogja yang dapat dipilih mulai dari wisata alam hingga budaya, semua tersedia di sini.

Namun, perkembangan zaman yang terjadi sekarang mulai menunjukkan gejala untuk menggerus keistimewaan Jogja. Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Jogja tetapi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, apa yang terjadi di Jogja perlu menjadi perhatian kita bersama.

Penggerusan paling kentara dan sering menjadi perbincangan hangat publik adalah kasus klitih yang marak terjadi. Pelakunya adalah para remaja tanggung yang sedang berjuang mencari jati diri. Tindakan amoral ini menimbulkan keresahan yang mendalam di masyarakat. Banyak dari mereka yang khawatir untuk berpergian malam karena takut akan diklitih. Orang tua pun menjadi was - was terhadap aktivitas dari putra putrinya. Padahal jika kita telusuri, ada nilai luhur yang seharusnya dimengerti oleh kaum muda yakni Memayu Hayuning Bawana yang berarti menjaga keindahan dunia. Sementara tindakan klitih justru bertentangan dengan ajaran tersebut.

Selanjutnya adalah keengganan kaum muda untuk melestarikan atau istilah Jawanya nguri - uri budaya nenek moyang mereka sendiri. Mereka banyak beranggapan jika mempelajari budaya asing maka akan dianggap lebih gaul, lebih keren, dan lebih hitz. Fenomena ini terjadi akibat tidak mampunya para kaum muda membuat benteng pertahanan dari derasnya arus globalisasi. Mentalitas yang masih labil membuat mereka gampang terseret arus itu. Kita dapat melihat dampaknya seperti penabuh gamelan yang semakin sedikit, susahnya mencari MC berbahasa jawa, atau tidak lakunya jurusan pedalangan merupakan sekelumit kisah pilu yang harus segera dicari solusinya.

Dengan segala perubahan yang terjadi tersebut masih pantaskah Jogja disebut istimewa? Mungkin masih secara formal, tetapi dalam prakteknya masyarakat Jogja perlu was - was. Dalam aspek sosial dan budaya, situasinya riskan dan berbahaya.

Jogja harus segera berbenah jika tidak ingin kehilangan identitas. Pemerintah bersama masyarakat harus duduk bersama mencari penyelesaian yang terbaik. Jangan lupakan juga peran kaum muda sebagai tonggak yang akan menentukan arah kota ini ke depannya. Mereka harus dilibatkan dalam proses musyawarah dan mufakat. Percuma jika para kaum tua mengambil keputusan tetapi nantinya tidak dapat diterima oleh para generasi muda ini.

Prinsip dasar dari Ki Hajar Dewantoro Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, serta Tut Wuri Handayani sekiranya dapat menjadi acuan bagi para stakeholder terkait untuk mengambil keputusan. Semoga dengan koordinasi yang baik dari berbagai pihak serta usaha sadar dari masing - masing masyarakat, Jogja dapat kembali memancarkan keistimewaannya yang sekarang  (tampaknya) mulai meredup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun