Mohon tunggu...
Jerremiah P
Jerremiah P Mohon Tunggu... Freelancer - Who am i?

Hanya sekedar mencoba, kalah atau menang adalah takdir yang tak terelakkan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satu Malam bersama Para Escorts

17 Januari 2020   17:44 Diperbarui: 17 Januari 2020   17:40 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggilan sederhananya adalah pelacur. Entah itu kelas atas atau kelas bawah, sama saja mereka merupakan tuna susila. Banyak alasan mereka terjun ke bisnis tertua di dunia ini. Yang paling klasik adalah butuh biaya hidup, ada juga yang Cuma ingin senang -- senang tapi dapat bayaran, sedikit yang memilih balas dendam dengan cara menguntungkan, hanya satu atau dua karena sudah tidak percaya cinta.

Malam semakin gelap di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Saat itu saya akan bertemu dengan salah seorang kawan lama disebuah warung kopi di Kuningan City. Butuh teman mengobrol katanya. Waktu yang cukup senggang, saya luangkan untuk bertemu. Ternyata, bukan hanya satu yang menunggu. Disana saya mendapati dua wanita dan tiga pria. Kelimanya adalah escort. Penjaja cinta bayaran, dengan kelas yang lebih tinggi daripada sekedar mangkal dipinggir jalan.

Malam itu adalah jadwal libur mereka semua. Satu malam sebelumnya, tiga dari lima orang itu "laku" dan mereka memutuskan untuk tidak "jualan" keesokannya. Saya yang awalnya hanya ingin bertemu kawan lama, tergelitik untuk mengobrol dengan mereka semua. Satu hal yang ingin saya temukan adalah, mengapa dan bagaimana.

Aldi (bukan nama sebenarnya) yang pertama kali menjawab. Wajahnya tampan, tubuhnya atletis dan saya cukup yakin dia salah satu paling laris diantara mereka semua. Saya tidak akan heran kalau Aldi mengaku sudah "memuaskan" entah berapa wanita kesepian. Sayangnya, Aldi lebih sering jadi teman bagi tamu prianya. Ternyata dia seorang yang tidak memilih kelamin untuk mendapatkan uang.

Menurut pengakuannya, Aldi adalah lulusan sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Mendengar nama kampus yang disebutkannya, saya agak curiga kenapa pria berusia dua puluh empat tahun itu masuk kedalam bisnis haram tersebut. Sebab, universitas yang dia sebutkan, saya paham betul biaya satu semesternya seringkali membuat terbelalak mata orang tua dengan ekonomi mengengah kebawah. Terlebih, jurusan yang diambil adalah hukum yang membutuhkan biaya tidak sedikit untuk mencapai gelar sarjana.

Aldi "menemukan" jalannya sebagai escort karena lelahnya mencari pekerjaan di Jakarta. Ada pekerjaan, tapi tidak sesuai dengan bidangnya. Atau pekerjaan yang menjanjikan penghasilan bahkan tidak cukup untuk biaya hidupnya. 'kalau udah lulus kuliah, masih minta orang tua kan malu' kata Aldi membela diri.

Jadilah, ketika sedang bermain disalah satu tempat dugem di bilangan Kuningan, Aldi mendapat tawaran untuk menemani seorang pria. Menghasilkan uang cukup banyak, Aldi ketagihan terlebih "yang nawar" kebanyakan kalangan atas baik wanita setengah baya kesepian atau pria -- pria "sakit" lupa akan anak istrinya dirumah.

Ada juga Amira (bukan nama sebenarnya). Wanita cantik, cukup sempurna kalau membintangi iklan atau sebatas model di majalah. Amira punya alasan yang cukup menyayat hati. Wanita itu pernah dikelabui kekasihnya, saat hamil dirinya ditinggal. Amira yang saat itu masih muda memilih menggugurkan kandungannya, dan menjalani profesi sebagai pedagang kenikmatan.

"bagaimana kalau kena penyakit?" tanya saya. Setelah Amira mengaku lebih sering tidak menggunakan pengaman saat berhubungan dengan kliennya.

Saya cukup terkejut saat wanita berusia tiga puluhan tahun itu mengaku sudah mengidap HIV positif selama dua tahun terakhir. Menurutnya, dengan tanpa menggunakan pengaman, dia sedang menghukum pria -- pria hidung belang yang hanya menjadikan wanita sebagai objek pemuas nafsu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun