Mohon tunggu...
Jerremiah P
Jerremiah P Mohon Tunggu... Freelancer - Who am i?

Hanya sekedar mencoba, kalah atau menang adalah takdir yang tak terelakkan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diundang Nikahan Mantan? Wait...

11 Januari 2020   07:57 Diperbarui: 11 Januari 2020   08:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan saya tidak pernah jatuh cinta pada wanita. Mungkin satu -- satunya wanita yang ingin saya nikahi adalah dia. Dan menurut saya, dia harusnya berbangga. Sebab hanya dia wanita yang berhasil membuat saya patah hati, dengan undangan pernikahannya. Sekarang anaknya sudah dua, tapi ada cerita. Konyol, tapi tetap saja sebuah cerita tentang masa lalu saya dan dia.

Akhir tahun 2011 sebuah pesan masuk lewat blackberry messengger milik saya. Isinya kurang lebih adalah undangan untuk saya menghadiri pernikahan seorang sahabat sekaligus mantan gebetan.

Tidak pernah jadi pacar, sebab setiap kali saya akan prosesi tembak menembak ala anak 2000-an dia sudah keburu menjadi milik orang lain. Anaknya cantik, pintar dan menjadi rebutan seluruh siswa di sekolah. Selama tiga tahun mengeyam bangku SMP, nyaris tiada waktu yang dia habiskan dengan menjomblo. Hari ini putus, besok sudah PDKT sama yang lain. Ngeri bah!

Hanya saja, dari semua gebetannya tampaknya Cuma saya yang berhasil makan dari suapan tangannya. Dan sepertinya Cuma gorengan bekas saya yang dia makan seenaknya. Hubungan persahabatan saya dan dia, sedekat itu!

Ketika undangan pernikahan itu datang, saya menjadi dilema. Di satu sisi saya sudah berada di Jakarta dan pernikahan akan berlangsung di Medan. Di sisi lain, pria yang akan menjadi suaminya adalah alumni yang sama dengan saya dan dia bersekolah SMP dulu. 

Artinya, si calon suami tahu betul hubungan saya dengan calon istrinya seperti apa. Menghadiri pernikahan seseorang dengan status mantan orang terdekat adalah hal paling menggelikan yang mungkin pernah saya lakukan.

Saya tetap menghadiri acara pemberkataan pernikahan itu. Bagaimanapun saya bersahabat dengannya, dengan kakak perempuannya, dan kenal baik dengan adik -- adiknya. Dan ibunya, saat itu ayahnya sudah meninggal dunia. Tidak ada drama yang terjadi selain saya menjadi bahan guyonan berikutnya di acara pesta adat yang dilakukan.

Bagi saya menghadiri pernikahan dalam satu kesempatan adalah kewajiban. Terlebih yang mengundang adalah seorang krabat dekat. Seseorang yang pernah saling berbagi mimpi bersama. Dengan menghadiri pernikahan krabat dekat itu, saya sedang menunjukkan bahwa saya tetap akan ada bersamanya dalam susah dan senang. 

Meski tersakiti walau cuma cinta monyet, saya sedang membuktikan bahwa tidak ada persahabatan yang luntur hanya karena ikatan perkawinan antara dirinya dengan orang lain. Terlebih sebelum saling suka, saya dan dia memang lebih dulu menjadi sahabat. Jadi cerita mantan gebetan tersingkirlah demi persahabatan.

Di sisi lain, undangan pernikahan adalah hak. Saya boleh datang, boleh tidak. Salah satu alasannya adalah karena saya tidak mengenal secara personal orang yang akan menikah. Walaupun ternyata dia adalah teman saat SMA. Walaupun dia menikah di kota yang sama dengan saya tinggal. 

Saya tidak wajib hadir dipernikahannya karena kehadiran saya justru akan menjadi pertanyaan "dia siapa". Adalah aneh, ketika hadir dalam sebuah pernikahan dan satu satunya yang mengenal anda adalah si mempelai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun