Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sayang Anak, atau Mau Bunuh Anak Anda?

30 Januari 2012   16:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_158260" align="aligncenter" width="400" caption="(ilustrasi, sumber: family.ghiboo.com)"][/caption] Kecelakaan lalu-lintas; sebuah mobil menerjang, menabrak dan menewaskan sekaligus banyak orang, seperti yang terjadi pada Minggu, 22 Januari 2012 di kawasan Gamkbir, Jakarta Pusat, nyaris terulang kembali di Makassar, Sabtu, 28 Januari 2012. Kalau di Jakarta, penyebabnya si pengemudi, Afriyani Susanti 29 tahun, mengemudi dalam keadaan mabuk berat dibawa pengaruh alkohol dan narkoba, maka di Makassar, penyebabnya karena pengemudinya masih bocah usia 14 tahun, Hadi Rezki Ramadani, tidak mampu mengendalikan mobil Honda Jazz yang dikendarainya. Akibatnya, bermula dari dikejutkan oleh sebuah sepeda motor yang menyalibnya, anak di bawah umur ini terkejut lalu panik, menabrak sebuah becak yang berada di kiri jalan, di Jalan Baji Gau. Selanjutnya, Hadi semakin panik, bukan menginjak rem, tetapi malah meninjak pedal gas Honda Jazz berwarna merah itu. Melaju tak terkendali, menabrak dan menyenggol sampai 10 kali; becak, orang, sepeda motor, dan sebuah mobil Toyota Yaris, di sepanjang jalan yang dilewatinya. Sebelum, akhirnya terhenti karena mobilnya terperosok ke dalam sebuah selokan, di Jalan Daeng Tata. Mobil itu pun menjadi sasaran amuk massa yang sejak tadi mengejarnya. Hadi juga nyaris menjadi sasaran amuk massa. Beruntung polisi segera tiba di TKP dan mengamankannya. Masih beruntung bagi yang bersangkutan dan orangtuanya, dia sendiri tidak sampai menderita luka parah atau malah tewas dalam kecelakaan tersebut.

Pada peristiwa ini, seorang anak di bawah umur, si Hadi Reski, diinformasikan bisa membawa mobil ayahnya itu karena mengambil kunci mobil itu tanpa sepengetahuan oarangtuanya. Tetapi di Indonesia, sering pula dengan sepengetahuan orangtua, seorang anak yang masih di bawah umur, bahkan masih terbilang bocah (masih duduk di Sekolah Dasar), terlihat mengemudiakan sepeda motor atau mobil di jalan raya. Terutama sekali sepeda motor. Apalagi di kawasan pinggiran kota, tetapi lalu lintasnya tergolong ramai.

[caption id="attachment_158272" align="aligncenter" width="608" caption="(Jawa Pos, 29/01/2012 - Grafis: Heri Owel)"]

132794464998795176
132794464998795176
[/caption]

1327940153915065785
1327940153915065785
Entah apa yang ada di benak orangtua yang bisa begitu dengan mudah memperbolehkan anaknya mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya. Apakah dia merasa bangga, kalau anaknya sudah bisa mengemudi sepeda motor atau mobil sendiri? Saya tidak habis pikir, ada saja orangtua yang malah ikut mendorong anaknya untuk cepat-cepat bisa membawa kendaraan bermotor itu, dengan cara memalsukan umur si anak agar bisa memperoleh SIM! Padahal si anak belum mahir membawa kendaraan bermotor tersebut. Ada juga yang malah membeli anaknya sepeda motor, dengan alasan agar si anak senang, dan bisa ke sekolah sendiri dengan sepeda motor barunya. Padahal masih sekolah di SMP, alias umurnya belum cukup. Saya cukup sering juga bertemu dengan anak-anak usia SMP, bahkan SD yang membawa sepeda motor sendiri, atau sambil berboncengan dengan anak-anak lain seusianya. Melawan arus lalu-lintas, tidak pakai helm lagi. Saya bertanya-tanya di dalam hati, “Di mana saja orangtuanya? Apa tidak sayang sama anaknya ini?”
132793962218162902
132793962218162902
[caption id="attachment_158262" align="aligncenter" width="320" caption="(http://robioktaalfimona.blogspot.com)"]
13279406961487642547
13279406961487642547
[/caption] Bicara soal sayang anak. Saya pernah bertanya kepada orangtua yang membeli anaknya sepeda motor, padahal anaknya itu masih SMP. Kenapa kok terlalu cepat membeli anaknya itu sepeda motor, dan mengizinkannya mengemudinya sendiri? Atau orangtua yang membantu anaknya melakukan hal-hal yang manupulatif seperti memalsukan umur anak supaya bisa dapat SIM dan mengendarai mobil sendiri. Kenapa dia melakukan hal itu untuk si anak? Jawabannya pada intinya sama, yakni  karena sayang anak. Atau kasihan sama si anak, sudah lama mendambakan sepeda motor baru sendiri. Sudah lama ingin bisa bawa mobil sendiri. Dalam hati saya berkata: Ini namanya sayang anak, atau mau membunuh anak sendiri secara tidak langsung? “Anda membayar sesuatu untuk membunuh anak sendiri!” Nanti kalau semua sudah terjadi, menyesal pun tiada gunanya. Hal yang sama juga adalah pemandangan di jalan raya, ketika satu sepeda motor bisa dipakai oleh satu keluarga. Suami memegang kemudi, istri diboncengan belakang. Dengan tambahan dua orang anak atau lebih! Satu di antara posisi ayah dan ibunya, dan satu lagi duduk atau berdiri di depan ayahnya yang mengemudi. Yang paling bertambah parah adalah, sudah begitu, si ayah dalam mengemudi pun seolah-olah tidak memperhatikan lagi keselamatan mereka sekeluarga. Kalau malam, ada yang sepeda motornya tidak berlampu, atau sambil ngebut, bermanuver di antara truk-truk tronton/trailer, dan lain-lain yang pada intinya sangat berisiko tinggi untuk keselamatan mereka sendiri. Akibat aksi-aksi konyol seperti itu, sudah sangat sering kita melihat atau mendengar kabar tentang pengendara dan sepeda motornya yang mengalami kecelakaan dengan truk-truk tronton atau trailer yang bobotnya belasan sampai puluhan ton. Sungguh lawan yang sangat tidak sepandan. Tetapi itulah yang paling sering terjadi. Rasanya hampir setiap hari ada kejadian memilukan seperti ini. Tetapi, kok, sepertinya tidak pernah ada yang kapok, dan belajar dari pengalaman kejadian-kejadian tragis seperti ini? [caption id="attachment_158263" align="aligncenter" width="472" caption="(http://robioktaalfimona.blogspot.com)"]
1327940776376291797
1327940776376291797
[/caption]

Sayang kerap menggeleng-geleng kepala ketika melihat aksi maut dari pengendara sepeda motor yang bisa dengan beraninya bermanuver di antara truk-truk tronton/trailer. Apakah itu mereka sendiri, atau sambil membonceng anggota keluarganya, termasuk anak-anak. Sekali saja mereka gagal, tersenggol badan truk. Hampir pasti akibatnya sangat fatal. Apakah fenomena ini adalah bagian dari dampak ketidakbecusan pemerintah dalam menyediakan prasarana umum yang memadai di negara ini? Terutama sekali di kota-kota besar? Seandainya saja, kota-kota seperti Jakarta dan Surabaya punya prasarana angkutan massal seperti MRT yang moderen, bersih, aman dan nyaman, tentu pemandangan-pemandangan yang memiriskan hati itu tidak bakalan ada. Rakyat (kecil) selalu menjadi tumbal dari ketidakbecusan pemerintah mengurus negara ini. ***

[caption id="attachment_158264" align="aligncenter" width="500" caption="Kalau yang ini lebih hebat lagi. Di Cina. Aksi konyol, yang tidak patut ditiru"]

13279414621465181366
13279414621465181366
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun