Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Deklarasi Damai ala KPU DKI: Ajang Ahok Diolok-olok

13 September 2012   18:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:30 6332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1347559517970812777

[caption id="attachment_198883" align="aligncenter" width="620" caption="Deklarasi Damai ala KPU DKI Jakarta (Sumber: Kompas.com)"][/caption] Deklarasi Damai Pilkada DKI Jakarta yang diselenggarakan oleh KPU Jakarta di Monas, Kamis, 13 September 2012, kelihatannya hanya merupakan formalitas saja. Juga membuktikan bahwa komitmen cagub-cawagub Foke-Nara, yang katanya sangat antiSARA hanyalah pemanis di bibir saja. Respek terhadap pesaing di Pilkada ini pun tak diperlihatkan, malah sebaliknya. Padahal acara penting itu selain dihadiri oleh Foke-Nara dan Ahok, juga ada Ketua KPU DKI Dahlia Umar, Kapolri Timur Pradopo, Mendagri Gamawan Fauzi, dan Ketua DPR-RI Marzuki Alie.

Ketika Fauzi Bowo mendapat giliran untuk berpidato, hal pertama yang dia sampaikan adalah menyindir dan mengkritk ketidakhadiran pesaing utamanya cagub Jokowi yang berhalangan hadir di acara itu. Padahal, sebelumnya, cawagub Basuki Tjahya Purnama alias Ahok sudah menjelaskan bahwa Jokowi tidak bisa hadir, karena belum mendapat izin cuti dari Gubernur Jawa Tengah. Izin cuti itu baru diberikan untuk Jumat, 14 – 16 September 2012, sesuai dengan masa kampanye putaran kedua Pilkada DKI itu.

Tetapi dasarnya sejak semula tidak menaruh respek kepada Jokowi, penjelasan Ahok itu diabaikan begitu saja oleh Fauzi Bowo. Di awal pidatonya, dia tetap saja menyindir Jokowi yang tidak bisa datang. Padahal, katanya, ini acara yang sangat penting. Karena untuk mendeklarasi perdamaian di Pilkada DKI ini. Sebuah retorika Fauzi Bowo yang terbukti basa-basi saja, ketika kemudian kita menyaksikan apa yang terjadi setelahnya.

Ketika giliran Ahok berpidato, dan dia diteriaki serta dicerca dengan kata-kata tak patut,, bahkan sampai ada teriakan yang bernuansa SARA oleh para pendukungnya, Fauzi Bowo, maupun Nachrowi Ramli, diam saja. Malah setelah Ahok selesai berpidato, si Foke terlihat mengacungkangkan kedua jempol tangannya ke arah para pendukungnya itu. Kelihatannya dia menikmati adegan itu, dan memuji apa yang telah dilakukan oleh para pendukungnya itu terhadap Ahok.

“Tentunya, sangat disayangkan pasangan calon yang tidak lengkap, yaitu cagub-nya berhalangan hadir. Padahal ini adalah kesempatan yang sangat berharga, di mana kami mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari Ketua DPR-RI, Mendagri, Kapolri, dan Ketua KPU DKI. Ini merupakan suatu kesempatan yang tidak terjadi di setiap tempat dan di setiap saat,” kata Fauzi Bowo di awal pidatonya itu (detik.com, 13/09/2012). Foke tidak mau tahu dengan alasan ketidakhadiran Jokowi, yakni karena belum mendapat izin cuti untuk hari itu. Dengan kata-katanya itu, dia ingin memberi kesan dan predikat negatif kepada Jokowi. Seolah-olah Jokowi tidak menghargai betapa pentingnya acara itu.

Padahal Foke dan Nara sendiri terlambat datang di acara tersebut sampai sekitar satu jam. Acara dijadwalkan mulai pukul 15.00 WIB, mereka berdua baru datang sekitar pukul 16.00 WIB, sedangkan Ahok malah sudah datang sebelum pukul 15.00 WIB.

Apa kata Fauzi Bowo? Bahwa ini adalah kesempatan sangat berharga mereka mendapat bimbingan dan tuntunan dari Ketua DPR-RI, Mendagri, Kapolri, dan Ketua KPU DKI? Bimbingan dan tuntunan macam apa yang dimaksud oleh Fauzi Bowo ini?

Ketua DPR Marzuki Alie, malah ikut-ikutan tak mau tahu alasan ketidakhadiran Jokowi di acara itu. Dia pun mengatakan hal yang senada dengan si Foke; “Sayang sekali Jokowi tidak bisa hadir. Padahal ini acara yang sangat penting sekali.”

Bimbingan dan tuntunan dari Ketua DPR, Mendagri, Kapolri, dan Ketua KPU DKI macam apa yang dimaksud si Foke di acara itu? Acara sangat penting apa yang dimaksud si Marzuki Alie?

Mereka itu semua diam saja, termasuk Foke-Nara, ketika massa pendukung Foke-Nara dengan tidak menunjukkan respek sedikitpun kepada Ahok yang sedang berpidato, terus meneriaki Ahok dengan kata-kata tak pantas. Pepatah mengatakan, diam itu berarti setuju. Dan, kelihatannya si Foke memang setuju. Buktinya dia bukannya mengingatkan massa pendukungnya agar menghentikan ulah mereka itu dan menunjukkan respek kepada Ahok, Foke malah memuji tindakan mereka itu dengan dua jempol tangannya. Detik.com menulis bahwa isyarat dua jempol itu adalah maksud Foke menenangkan massa pendukungnya. Saya pikir itu tafsiran yang salah. Mana ada orang menenangkan orang lain dengan isyarat seperti itu? Lagipula kok setelah Ahok selesai pidato?

Seperti yang diberitakan beberapa media online, di antaranya Kompas.com, di acara Deklarasi Damai Pilkada DKI Jakarta 2012-2017 di Monas itu, ketika giliran Ahok hendak menyampaikan pidatonya, serentak para pendukung Foke-Nara yang berada di dekat-bawah panggung terus meneriaki cawagub pasangan Jokowi itu dengan teriakan-teriakan yang menggangu dan sama sekali tidak menaruh hormat kepada yang bersangkutan. Menurut Kompas.com, di antara teriakan-teriakan itu juga terdengar teriakan yang menyinggung agama yang dianut Ahok, dan kerusuhan Mei 1998.

Woi inget 98 woi. ... Siapa yang pindah-pindah, elo yang pindah-pindah. ... Dasar pindah partai. ... Woi ini bukan kampanye, ... dasar pengkhianat. ... Woi turun, woi. ... Woi, selesaikan masa jabatan dulu. ... Jangan pindah-pindah woi, ...” adalah teriakan-teriakan tak sopan, yang terus mengganggu sepanjang Ahok berpidato, seperti yang dikutip Kompas.com.

Dan, semua ulah itu tidak membuat satu orang pun dari kubu Foke-Nara, KPU DKI, Mendagri, Kapolri, dan Ketua DPR yang berinisiatif untuk menghentikannya. Itukah arti penting acara Deklarasi Damai,  bimbingan dan tuntunan para tokoh tersebut di atas, seperti yang dimaksud Fauzi Bowo?

Namanya saja "Deklarasi Damai" malah dijadikan ajang mengolok-olok pihak lain, KPU DKI cuma bisa diam saja, dan Fauzi Bowo (dan Nachroni Ramli) pun menikmati dan memuji. ***

Artikel lain yang terkait:

- Foke-Nara Menolak Hadir di "Mata Najwa", Kenapa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun