Karena saat itu kubu pendukung Anies secara terstruktur, sistematis, dan masif mempraktikkan politik identitas (SARA) secara terang-terangan dan vulgar demi memenangkan Anies. Anies membiarkan semua itu terjadi, bahkan menikmatinya karena semua itu sangat menguntungkannya.Â
Anies bersekutu dengan ormas-ormas konservatif yang sering memainkan isu dan provokasi SARA demi mencapai tujuannya. Jika Anies mau, ia bisa mencegahnya dengan melakukan pendekatan kepada para pimpinannya. Tetapi itu sama sekali tidak dilakukannya.Â
Ia justru mendatangi markas-markas ormas-ormas itu, memberi ceramahnya, yang juga cenderung bernuansa politik identitas.Tak berlebihan jika dikatakan bahwa kemenangan Anies di Pilkada DKI Jakarta 2017 itu adalah karena politik identitas tersebut.
Demi jabatan gubernur DKI Jakarta saja Anies rela melakukan hal-hal itu, apalagi demi jabatan presiden.
Dengan latar belakang Anies seperti itu tak heran jika Jokowi tidak bisa menerima saat Surya Paloh dan NasDem-nya yang nota bene adalah koalisi pemerintahannya justru secara tiba-tiba mendeklrasikan Anies sebagai bakal calon presiden mereka. Ditambah lagi dengan berkoalisi dengan dua parpol oposisi Jokowi. Bagaimana bisa sekutu koalisi sekaligus juga koalisi oposisi?
Surya Paloh malah memilih bakal capres dari lawan politiknya, bukan dari orang yang Jokowi dukung. Tapi bisa-bisanya masih mengklaim masih merupakan sekutu Jokowi.
Ketidaksukaan Jokowi dengan langkah yang telah dilakukan oleh Surya Paloh itu diisyaratkan lagi saat ia menolak untuk berpelukan dengan Surya Paloh di acara HUT Partai Golkar itu. Dari cuplikan video yang beredar terlihat jelas sekali gestur tubuh Jokowi yang tidak mau berpelukan dengan Surya Paloh. Padahal sebelumnya, seperti yang pernah dikatakan Surya sendiri, Â di acara-acara seperti itu setiap kali keduanya bertemu selalu berpelukan akrab.
Diminta tanggapannya, Surya Paloh membantah jika kejadian itu sebagai pertanda hubungan dia dengan Jokowi kini memburuk. Katanya, tak ada masalah. Kemesraan tidak harus selalu ditunjukkan ke publik.
Tapi bantahan Surya itu seolah dijawab telak Jokowi dengan tidak menghadiri baik secara fisik maupun virtual di acara perayaan HUT NasDem, yang puncaknya diselenggarakan pada 11 November 2022. Â Sekadar mengirim ucapan HUT kepada Surya Paloh pun tidak.
Langkah Jokowi untuk menunjukkan ketidaksukaannya kepada langkah politik Surya Paloh itu diduga masih akan berlanjut, yaitu dengan akan mencopot semua dari tiga menteri asal NasDem dari kabinetnya. Yaitu, Johnny G Plate sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Syahrul Yasin Limpo sebagai Menteri Pertanian, dan Siti Nurbaya Bakar Menteri sebagai Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK). Diperkirakan pencopotan itu akan dilakukan oleh Jokowi saat melakukan lagi reshuffle kabinetnya, yang diprediksi pada Januari-Februari 2023.